Anak Angkat

Kepolosan Lizzy



Kepolosan Lizzy

0Sore hari yang cerah, Lizzy berjalan menuju warung soto milik Salsa.     

Dia datang bukan hanya untuk mengantri soto buatan Salsa. Akan tetapi karena Lizzy juga memiliki tujuan lain.     

Ya ... dia berharap bisa dipertemukan lagi dengan Satria di tempat ini.     

Tampak warung yang begitu rampai seperti biasanya. Antrian begitu panjang dan berjubel.     

"Aku mau masuk ke dalam saja lah, sekalian membantu, Kak Salsa," gumam Lizzy.     

Lizzy pun menerobos kerumunan lalu menghampiri Salsa.     

"Hai, Kak Salsa!" sapa Lizzy dengan ramah.     

"Hai, Lizzy! Kau datang kamari?"     

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Lizzy.     

"Boleh! Tapi ... apa tidak merepotkan?" tanya Salsa.     

Lizzy menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.     

"Tidak!"     

"Baiklah, kalau bagitu tolong bantu aku memberikan  pesanan ini untuk pelanggan berbaju biru di dana!" suruh Salsa seraya menunjuk orang yang ia maksud. Sementara tanganya masih sibuk menyiapkan bahan soto yang akan ia berikan kepada pelanggan yang selanjutnya.     

"Baik, Kak Salsa!" jawab Lizzy penuh semangat.     

"Terima kasih ya, Lizzy!"     

"Iya, Kak! Sama-sama!" sahut Lizzy.     

Kehadiran Lizzy sangat membantu Salsa. Terlebih saat ini Delon sang suami sedang berada di luar kota untuk urusan keluarga.     

Sehingga dia tidak bisa membantu Salsa.     

Salsa semakin bersemangat dengan hadirnya Lizzy, karena gadis itu tampak dengan senang hati membentunya. Lizzy sangat cekatan, dan senyuman terus mengembang di bibir manisnya.     

***     

Tak berselang lama dagangan soto pun habis.     

Dan mereka mulai beristirahat. Salsa dan Lizzy duduk santai di dalam kedai dan mereka melepas lelah sembari menyeruput es teh manis.     

"Cepek, ya?" tanya Salsa pada Lizzy.     

"Lumayan ... tapi seru!" jawab Lizzy.     

"Syukurlah kamu datang," kata Salsa. "Kalau tidak aku pasti kerepotan." Imbuhnya.     

"Memangnya suami, Kak Salsa, ada di mana?"     

"Suamiku, sedang pergi keluar kota. Karena ada urusan keluarga." Jawabnya.     

"Lalu kenapa, Kak Salsa, tidak ikut saja?"     

"Aku, tidak bisa meninggalkan warung. Nanti pelangganku akan kecewa," jawab Salsa.     

Lizzy mengangguk paham, kemudian dia melanjutkan obrolannya lagi.     

"Warung, Kak Salsa, benar-benar sangat ramai, ya!" ucap Lizzy.     

"Yah, seperti itulah kurang lebihnya," jawab Salsa dengan santai, dan senyuman penuh rasa syukur.     

"Terus kenapa Kak Salsa, tidak mencoba membuka cabang saja?"     

"Mungkin suatu saat nanti, Lizzy, sekarang aku belum punya banyak uang untuk membuka cabang lagi," ujar Salsa.     

"Oh begitu, ya," Lizzy kembali mengangguk paham.     

Ki ini giliran Salsa ayang berbalik tanya kepada Lizzy.     

"Lalu, apa tujuanmu datang kemari? Kamu ingin membeli soto?" tanya Salsa.     

"Ah, sotonya kan sudah habis semuanya?"     

"Ah, kau benar, Lizzy! Aku lupa menyisakan untukmu! Maaf, ya!"     

"Ah, tidak apa-apa, Kak Salsa! Lagi pula tujuan utamaku datang kemarin, bukan itu," kata Lizzy sambil tersenyum.     

"Lalu apa tujuanmu datang kemari?" tanya Salsa.     

"Aku menunggu seseorang," jawab Lizzy.     

"Seseorang?" Salsa mengernyitkan dahinya.     

"Iya, aku pernah melihat orang itu mengentri di sini. Yah ... walaupun aku masih tidak yakin jika orang itu akan kembali ke tempat ini lagi atau tidak?" ujarnya agak sedikit kecewa.     

"Kalau begitu, seperti apa ciri-ciri orang itu? Mungkin aku bisa mengingatnya?" tanya Salsa.     

"Tapi, pelangganmu, banyak sekali, bagaiamana kau bisa mengenalnya satu per satu?" Lizzy meragukan ucapan Salsa.     

"Ya, benar ... tapi ada banyak orang yang dapat aku ingat kok,"     

"Benarkah?"     

"Iya, sebutkan saja!     

Ciri-cirinya! Ingatanku bagus, lo!" tukas Salsa dengan penuh rasa percaya diri.     

Lizzy pun dengan bersemangat menyebutkan ciri-ciri dari Satria.     

"Jadi dia itu, pria tampan berkulit putih, dan bermata tajam. Dia memiliki tubuh yang tinggi besar hampir mirip dengan Kak David. Waktu itu aku melihat dia datang kemari dengan seorang wanita paruh bayah. Aku rasa dia ibunya." Tutur Lizzy.     

"Emh ... kau tahu tidak siapa namanya?" tanya Salsa lagi.     

"Namanya, Satria," jawab Lizzy.     

"Ah, dia rupanya?"     

"Kau mengenalnya, Salsa?"     

"Tentu saja!"     

"Lalu, di mana dia tinggal?!" tanya Lizzy.     

Lizzy terlihat sangat antusias saat mengetahu jika Salsa mengenalnya.     

"Tunggu! Aku harus tahu dulu Lizzy ... apa tujuanmu ingin bertemu dengannya?"     

Lizzy terdiam sesaat mendengarnya.     

"Dia ... orang yang sangat berarti bagiku. Dia sahabat kecilku, dia orang yang selalu menjagaku, dan dia pria yang ada dalam mimpiku." Jawab Lizzy.     

"Kau menyukainya?" celetuk Salsa secara spontan.     

"Cinta?" Lizzy terdiam lagi.     

"Iya, kamu menyukai pria itu?" tanya Salsa sekali lagi.     

Entah mengapa saat Salsa bertanya tentang cinta kepada Lizzy, gadis itu telihat sangat bingung. Dia seperti belum paham dengan apa makna dari kata itu.     

"Kau, tinggal jawab saja, Lizzy. Kenapa malah melamun?" sergah Salsa.     

Perlahan keluar kalimat dengan penuh keraguan dari bibir Lizzy.     

"Aku pernah mendengar tentang cinta, tapi aku belum pernah merasakan secara langsung." Ucapnya.     

"Hah?!" Salsa tak percaya dengan jawaban Lizzy.     

Dia tak percaya jika Lizzy sepolos ini.     

"Apa yang kau maksud itu ... kau belum mengerti apa itu cinta?" tanya Salsa dengan ekspresi yang penasaran.     

"Aku tahu ... aku pernah melihatnya di televisi. Dan aku juga pernah melihatnya di internet. Ada banyak orang yang membahas kalimat itu." Pungkas Lizzy.     

Dan ekspresi Lizzy saat mengucapkan kalimat itu pun, terlihat sangat ragu.     

Meski Lizzy sedang berkata jujur, tapi Salsa mengiranya jika Lizzy sedang mengajaknya bercanda.     

"Astaga! Sudah cukup bercandanya, Lizzy!" kata Salsa sambil tertawa. "Kau itu hampir membuatku gila gara-gara berpikir terlalu keras dengan ucapanmu itu, Lizzy! Haha!"     

Salsa berpikir jika apa yang dikatakan oleh Lizzy ini hanyalah lelucon saja.     

Padahal Lizzy itu berkata benar dan bersungguh-sungguh.     

"Kak Salsa, kenapa tertawa?" tanya Lizzy.     

"Lihat wajah polosmu itu! Kau mirip dengan anak kecil!" ledek Salsa lagi.     

"Apa?!" Kedua mata Lizzy menajam, ada guratan kekesalan di wajahnya.     

"Astaga! Ektingmu sangat bagus, Lizzy!" Salsa menunjuk wajah Lizzy sambil tertawa. Bahkan Salsa sempat memegang kedua pipi Lizzy dan mencubitnya dengan kedua tangannya agar Lizzy ikut tertawa.     

Namun sayangnya tidak.     

Melihat Salsa yang menertawakan dan malah menyebutnya mirip anak kecil, membuat Lizzy merasa tersinggung.     

Gadis itu pun langsung berdiri dari kursi, dan segera meninggalkan warung soto milik Salsa tanpa berpamitan terlebih dahulu.     

"Eh, Lizzy! Kau mau kemana?!" teriak Salsa memanggilnya.     

Namun Lizzy tidak menghiraukan, dan dia terus berjalan cepat.     

Salsa pun mencoba mengejarnya.     

"Tunggu! Kau ini kenapa, Lizzy?" tanya Salsa seraya meraih tangan  Lizzy.     

Dan gadis itu pun menghentikan langkah kakinya sejenak.     

"Lepaskan! Aku memang, Anak Kecil! Jadi tidak pantas dekat-dekat dengan, Kak Salsa!" ujar Lizzy dengan nada ketus.     

Kemudian dia melepas tangannya dari genggaman Salsa, dan kembali melangkah pergi.     

"Eh! Tunggu!" teriak Salsa lagi. Lizzy tak menengok sama sekali.     

Salsa pun menyerah. Dan dia merasa tidak enak hati kepada Lizzy.     

"Dia kenapa, sih?" gumamanya.     

"Aku, 'kan, hanya bercanda saja?"     

"Apa ada yang salah bila aku mengatakan dia seperti, 'Anak Kecil?'"     

Salsa benar-benar tak habis pikir kenapa Lizzy bisa semarah ini kepadanya.     

Padahal apa yang ia lakukan tadi murni hanya ingin bercanda saja kepada Lizzy.     

Tetapi Lizzy malah menganggapnya dengan serius.     

Salsa juga mulai berpikir jika Lizzy tadi tidak sedang berpura-pura polos, serta berpura-pura tidak mengetahui akan cinta. Tetapi memang dia benar-benar tidak tahu dengan maksud dari kalimat itu.     

Salsa sendiri tidak tahu mengapa Lizzy bisa seperti itu.     

Setelah ia pikir-pikir lagi, memang ada yang aneh dengan Lizzy. Sikapnya itu tak terlihat sama dengan para gadis seusianya.     

"Aku jadi tidak enak kepada Lizzy. Apa aku ke rumah Mesya saja, ya?" Salsa pun langsung berdiri, dan bergegas menuju rumah Mesya.     

Dia tidak suka memiliki musuh, atau membuat masalah dengan orang lain.     

Pikirannya menjadi tidak tenang apabila sedang memiliki masalah dengan seseorang. Termasuk saat ia sedang bertengkar dengan Lizzy seperti ini.     

Dan Salsa berharap hari ini juga masalahnya dengan Lizzy akan selesai.     

***     

*Di kediaman Mesya dan David*     

Dengan raut wajah yang kesal Lizzy melangkah cepat masuk ke rumah. Dan tak sengaja dia hampir saja bertabrakan dengan Mesya.     

Untungnya Mesya berhasil menghindar. Kalau tidak bisa jadi ember berisi air penuh bekas mengepel lantai, yang sedang dibawa oleh Mesya akan tumpah.     

"Lizzy! Kau hampir menabrakku, Lizzy!" ujar Mesya.     

Namun Lizzy tidak menyahutinya. Dia melangkah masuk ke dalam kamarnya.     

"Loh, ada apa dengan anak itu?"  gumam Mesya yang keheranan.     

Dan tak lama Mesya melihat Salsa yang sudah berdiri di depan pintu.     

"Eh, ada, Kak Salsa, rupanya!" sapa Mesya dengan ramah.     

"Di mana, Lizzy?!"     

"Ah, dia baru saja masuk ke kamarnya," jawab Mesya, "memangnya ada apa, Kak?"     

"Mesya, bisa kita berbicara sebentar?"     

"Bisa! Mari duduk, Kak!" ajak Mesya.     

Kemudian mereka berdua pun duduk di atas sofa.     

"Memangnya ada apa, Kak? Kelihatanya penting sekali?"     

"Ini menyangkut tentang Lizzy, Mesya," ucap Salsa.     

"Loh, memangnya ada apa dengan anak itu?" Mesya tampak bingung. "Apa kalian sedang ada masalah?"     

"Iya, Mesya! Benar. Kami ada sedikit masalah. Mungkin ini juga hanya karena salah paham," kata Salsa.     

"Ayo ceritakan kepadaku, Kak! Apa masalahnya?"     

"Mesya, aku tadi sedang bercanda. Dan tak sengaja mengatakan Lizzy mirip 'Anak Kecil' lalu dia langsung marah kepadaku!" jelas Salsa.     

Seketika Mesya memahaminya.     

"Oh, jadi itu masalahnya?"     

Salsa menganggukkan kepalanya. "Iya, benar.     

"Oh, pantas saja dia marah," ujar Mesya.     

"Tapi, kenapa? Apa yang salah dengan ucapanku itu? Bukanlah itu hanya bercandaan yang wajar? Aku tidak mengatakan hal buruk kepadanya?" ujar Salsa.     

"Ah ... begini biar aku jelaskan masalahnya, Kak," ujar Mesya.     

Kemudian Mesya pun menjelaskan secara detail kepada Salsa. Bahwa Lizzy merasa kesal dikatai mirip 'Anak Kecil' karena awal dia kembali menjadi manusia, dia memang sangat mirip anak kecil. Namun seiring berjalannya waktu Lizzy mulai beradaptasi, dan sekarang dia sudah menjadi lebih baik. Hanya saja masih ada beberapa hal yang belum ia pahami. Contohnya 'cinta' mungkin ini karena Lizzy belum pernah merasakan jatuh cinta. Ataupun berhubungan dekat dengan lawan jenis sebelumnya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.