Anak Angkat

Permintaan Istri



Permintaan Istri

0Sesuai dengan permintaan Arumi, Charles pun mendatangi gadis itu. Tentunya dengan tujuan yang tidak baik.     

Kebetulan Charles melihat si gadis yang sedang berada di halaman rumah, sambil menyiram tanaman.     

"Hai, selamat pagi," sapa Charles dengan ramah.     

Gadis itu pun tampak tersipu malu. Sambil menundukkan kepalanya dia membalas sapaan Charles dengan sopan.     

"Hai, juga  ... selamat pagi,"     

Dia benar-benar tak menyangka jika seorang pria yang ia kagumi kini malah datang menghampirnya.     

"Mr, yang tinggal di rumah mewah itu, ya?"  tanya si gadis sembil menunjuk kearah yang di maksud.     

"Iya, benar." Charles menganggukkan kepalanya.     

"Panggil saya 'Charles' itu nama saya," ucap Charles sambil tersenyum.     

"Iya, Charles ... tadinya aku pikir, kamu tidak bisa berbahasa Indonesia," ujar si Gadis.     

"Saya sudah lama tinggal di Indonesia, oleh karena itu saya sangat fasih berbahasa Indonesia," ujar Charles.     

"Oh, begitu, ya," gadis itu kembali tersipu malu. Dia tak kuasa menahan rasa kagumnya melihat wajah tampan Charles.  Baru kali ini dia melihat pria tampan namun terlihat berbeda di matanya.     

Charles seperti memiliki faya tarik tersendiri di mata gadis itu.     

Dan perlahan kekaguman gadis itu berubah menjadi perasaan cinta.     

Ya ... gadis itu jatuh cinta kepada Charles.     

"Siapa nama kamu?" tanya Charles seraya mengulurkan tangannya kerah si gadis.     

"Nama saya, Arisa," jawab gadis itu seraya menyambut tangan Charles.     

"Wah, nama yang indah," puji Charles.     

"Terima kasih," ucap gadis itu sambil menunduk menahan senyuman.     

"Boleh saya masuk ke dalam? Saya ingin melihat dalam rumah kamu" ujar Charles.     

"Boleh! Boleh!" jawab gadis itu dengan penuh antusias.     

Gadis itu tak berpikiran buruk sedikit pun terhadap Charles.     

Dia juga tak takut sama sekali, apabila istrinya Charles akan marah kepadanya. Walaupun dia sudah tahu jika Charles sudah beristri.     

"Silakan duduk, Charles,"     

"Terima kasih, Arisa," jawab Charles.     

"Kamu datang kemari, tidak takut istrimu marah?" tanya Arisa.     

"Tidak, istriku itu orangnya sangat pengertian," jawab Charles.     

"Wah, benarkah?"     

"Yah, begitulah kenyataannya. Lalu bagaimna denganmu? Kau tinggal sendirian di rumah ini?" Charles berbalik tanya.     

"Iya, aku sendiri. Tetapi bulan depan orang tuaku akan pindah kemari," ujar Arisa.     

"Arisa, kamu tidak takut tinggal sendirian? Di rumah ini, 'kan, dulunya sempat ditemukan mayat si pemilik rumah," tukas Charles, yang sengaja memancing reaksi Arisa.     

Dan memang benar, jika dulunya tempat ini pernah ditemukan mayat dalam keadaan tubuh yang dimutilasi.     

Namun gadis itu sama sekali tidak takut dengan apa yang diucapkan oleh Charles.     

Dengan santainya dia menjawab pertanyaan Charles.     

"Iya, aku sempat dengar sih ... tentang berita itu ... tapi aku sama sekali tidak takut, lagi pula berita itu, 'kan sudah cukup lama!" jawab Arisa.     

Charles pun kembali memancing reaksi Arisa lagi.     

"Dulu, orang yang mati itu di temukan dengan cara mengenaskan loh ... tubuhnya terpotong-poto," ucap Charles lagi seraya melirik kearah Arisa dengan senyuman yang tanpa arti.     

"Charles, kenapa kamu tersenyum seperti itu?" tanya Arisa yang merasa keheranan.     

"Tidak. Aku tidk senyum, tuh? Mungkin hanya perasaanmu saja, Arisa," jawab Charles, "kamu takut, ya?" sindir Charles sambil tersenyum lagi.     

"Apa kamu bercerita seperti itu karena kamu ingin menguji keberanianku?" tanya Arisa pada Charles.     

"Iya!" jawab Charles dengan tegas, "dan aku sangat suka dengan wanita yang pemberani," ucap Charles.     

Mendengar pernyataan Charles membuat Arisa merasa tertantang.     

"Kalau aku wanita pemberani, apa yang akan kau lakukan kepadaku, Charles?"     

"Hei, kenapa kau bertanya seperti itu?" Charles pura-pura heran, padahal dia tahu apa maksud dari kalimat yang diucapkan oleh Arisa itu.     

"Apa kau akan melakukan sesuatu kepadaku tanpa sepengetahuan istrimu?" tanya Arisa dengan senyuman sedikit nakal.     

"Kau, mulai menggodaku, ya?" sindir Charles.     

"Aku tidak—"     

"Arisa, waktu pertama bertemu tadi, kau itu terlihat polos dan pemalu, tetepi sekarang kau keliatan sangat pemberani sekali, ya?" ledek Chales sembari tersenyum nakal.     

"Charles, kamu tahu tidak, jika sejak permata aku pindah ketempat ini, aku itu sering memperhatikanmu?" tanya Arisa. Dan wanita itu menatap Charles dengan sorot mata yang berbeda.     

"Wah, kamu itu—"     

Arisa menutup mulut Charles dengan satu jarinya.     

"Aku suka dengan pria yang tidak banyak berkata-kata, tapi banyak aksi." Arisa tersenyum tipis.     

"Mari kita lakukan sekaraang!" ajak Arisa seraya menggenggam tangan Charles.     

Arisa benar-benar tipe wanita di luar dugaan Charles, gadis yang terlihat poloa dan pemalu itu adalah gadis yang sangat pemberani dan sangat nekat.     

Bahkan tanpa ragu gadis itu menarik tangan Charles dan membawanya ke dalam kamar pribadinya.     

"Arisa, kau mau apa?" tanya Charles. "Kenapa sampai membawaku ke kamar seperti ini?"     

"Charles, kenapa masih bertanya? Memangnya aku harus menjelaskannya juga?"     

Charles pun terdiam sejenak, dan gadis itu mulai membuka kancing baju Charles.     

"Kau, bener-bener nakal, ya?" ledek Charles.     

"Aku, 'kan sudah dewasa! Hal seperti ini bukankah sangat wajar?" tanya gadis itu meledek Charles.     

"Ya...," Charles menjawab dan agak ragu.     

Dan belum sempat gadis itu menunjukkan keliaranya di depan Charles, namun tiba-tiba saja ada yang memukulnya dari belakang.     

BUAK!     

Si gadis itu tersungkur dengan punggung yang berlubang.     

"Rasakan itu, Gadis Nakal!" ujar Arumi sambil tersenyum.     

Dan tangan wanita itu masih memegang sebilah kapak.     

"Sayang, jau datang sekarang?" tanya Charles.     

"Iya, karena aku tidak mau suamiku akan kebablasan!" jawab Arumi.     

"Maaf, Sayang," ucap Charles dengan sedikit rasa penyesalan.     

Gadis itu tampak tak berdaya, namun dia masih bisa melihat Arumi dan Charles dengan jelas.     

"Kalian ...," Arisa berteriak dengan suara lemah.     

"Hai, tetangga baruku, apa kabar?" sapa Arumi dengan ramah.     

"Kenapa kau melukai punggungku?" tanya Arisa sambil peringisan menahan sakit. Luka di punggungnya cukup parah.     

Dan membuatnya kehilangan banyak darah.     

"Itu adalah ucapan salam hormat kepada tetangga baru yang, Nakal!" jawab Arumi.     

"Akh ... Charles! Tolong panggilkan ambulans!" pinta Arisa.     

"Tidak perlu, Sayang! Di sini sudah ada Dokter Bedah yang siap melayanimu!" ujar Charles sambil menyeringai.     

Arisa tidak tahu dengan apa yang di maksud oleh Charles itu.     

"Kau ini bilang apa? Kau harus menjebloskan istrimu yang gila ini ke penjara, Charles!" pinta Arisa dengan Nada marah.     

"Dia itu istri terscintaku, Dan dia tidak gila!" sahut Charles.     

"Tapi, dia sudah melukaiku!" kata Arisa.     

"Tapi kau yang sudah memulainya duluan!" tanggap Charles.     

"Kau yang memulainya duluan, Charles! Bukan aku!" sangkal Arisa. "Kau yang awalnyan menemuiku duluan!"     

"Itu, benar, Arisa. Tapi aku melakukanya berdasarkan perintah dari istriku!" jawab Charles.     

"Apa, maksudmu itu, Charles? Apa jangan-jangan kau dan istrimu sudah merencanakan hal ini kepadaku, ya?!" tanya Arisa.     

Charles dan Arumi pun saling memandang kemudian tertawa lantang.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.