Anak Angkat

Trik Charles Dan Arumi



Trik Charles Dan Arumi

0"Apa tujuan kalian menyekapku di sini?!" tanya Arisa.     

"Karena kami menginginkan sesuatu darimu!" jawab Arumi.     

"Apa yang kau inginkan dariku!?"  tanya Arisa lagi. Dia tidak habis pikir mengapa ada seorang istri yang menyuruh suaminya untuk mendekati wanita lain. Lalu dengan kompaknya mereka menyekap serta melukai si wanita.     

Hal itu membuat Arisa merasa heran dan sangat penasaran. Tentunya juga berhasil membuatnya ketakutan.     

Dia tidak bisa tenang dengan darah yang terus mengucur dari punggungnya.     

Terasa begitu nyeri dan membuatnya sulit untuk berdiri.     

"Ayo katakan?!" desak Arisa dengan nada tinggi, "apa tujuan kalian melakukan ini kepadaku?!" teriak Arisa.     

Dan dengan santainya Arumi menjawabnya,     

"Kami menginginkan dagingmu, Sayang," ucapnya. Lalu dia melirik kearah sang suami dengan senyuman menyiratkan sesuatu, namun tidak diketahui oleh Arisa.     

"Daging?" Arisa tidak paham dengan apa yang diucapkan oleh Arumi itu.     

"Apa yang kau maksud itu? Aku tidak paham!?" ujarnya.     

Kemudian Arumi mendekat dengan membawa kapaknya.     

"Kalau kamu belum paham, biar aku tunjukkan!" tukas Arumi sambil menyeringai dan mengayunkan kapak itu.     

Crok!     

"Akh!" Arisa berteriak histeris. Dia tak menyangka  jika Arumi akan melakukan hal sekeji ini.     

"Kenapa! Kau memotong tanganku?!" teriaknya sembari melihat potongan tangan yang tergelincir di atas lantai.     

Darah yang bercucuran membanjiri ranjang yang beralas kain warna putih.     

Dan hal yang membuat gadis itu semakin tercengang ketika melihat Arumi meraih potongan tangannya dari atas lantai, lalu tanpa terasa jijik Arumi memakan tangan itu layaknya menggigit paha ayam.     

"Ump ...." Dia menikmati potongan tangan itu.     

Arisa ingin muntah, dan tubuhnya semakin bergetar.     

"Kau! Gila!" teriaknya. Arisa pun berusaha bangkit untuk dapat keluar dari dalam rumahnya sendiri.     

"Aku harus menyelamatkan diriku," gumamnya sambil berlari.     

"Hei! Kau mau kemana, Sayang?" tanya Arumi.     

"Biarkan aku pergi!" teriaknya.     

"Jangan!" Arumi meraih tangan Arisa yang satunya lagi. Dan membuang potongan tangan yang sempat ia cicipi itu.     

"Ayo kita bicarakan baik-baik," rayu  Arumi.     

"Aku tidak mau berbicara dengan orang gila!" tukas Arisa sambil meronta.     

"Tidak, Sayang, aku akan mengajakmu berunding dulu," pinta Arumi.     

"Tidak!" pekik Arisa, dan semakin lama tubuh gadis itu terasa begitu lemah karena kehabisan banyak darah.     

Akhirnya Arisa pun terjatuh di atas lantai.     

Dia tampak pasrah, dan seakan kehabisan tenaga.     

Pandangan gadis itu pun juga mulai kabur.     

"Nah, begitu dong," kata Arumi seraya menghampiri tubuh Arisa yang terkulai lemah.     

"Kalau kau tidak banyak gerak, maka aku akan melakukannya dengan pelan. Tetapi kalau kau banyak gerak, maka aku akan melakukanya dengan kasar ... dan kau tahu jika aku melakukannya dengan kasar? Maka rasanya akan menyakitkan." Tutur Arumi.     

Kedua mata wanita itu menajam dengan bibir menyeringai.     

"Ya ... contohnya seperti luka di tanganmu itu," kata Arumi.     

Lalu dengan suara pelan dan mata setengah terpejam, gadis itu mulai memohon kepada Arumi.     

"Siapa pun kamu, aku mohon lepaskan aku ... aku sudah tidak tahan lagi seperti ini ... sakit ...." Rintih Arisa.     

"Ah ... kasihan ... tapi aku suka melihatnya, haha haha haha!" Arumi pun malah menertawakan kesakitan gadis itu.     

"Charles ... kenapa kau diam saja? Kenapa kau membiarkan istrimu mengakitiku?" ocehnya  pada Charles dengan nada yang benar-benar sangat pelan.     

Charles hanya diam sambil tersenyum memandang gadis yang ada di hadapannya memohon. Padahal Arisa berharap jika Charles itu orang yang baik. Dan tentunya mau menolongnya yang sedang kesulitan seperti ini, namun ternyata dia salah.     

Charles justru menertawakannya. Dia menyesal telah menyukai Charles. Pria yang terlihat tampan mempesona, dan yang mampu mencuri hatinya itu ternyata adalah pembunuh berdarah dingin.     

"Charles, apa kau mau ambil bagian?" tanya Arumi.     

"Tidak, Sayang, kau saja yang menghabisinya," jawab Charles.     

"Ah, begitu, ya?" Arumi mengangguk paham, "baiklah!" Arumi mengangkat kapak itu lalu menghunjamkannya kearah Arisa yang sudah tak berdaya.     

Crok!     

Crok!     

Crok!     

Crok!     

Arumi mengayunkan kapaknya hingga beberapa kali. Dan tubuh gadis itu sampai tak berbentuk lagi.     

"Ah, selesai!" tukas Arumi seraya bernapas dengan lega.     

"Kau sudah lelah, Sayang?" tanya Charles seraya memegang pundak istrinya.     

Arumi menjawabnya dengan anggukkan kepala.     

"Kau saja  yang melanjutkannya, Charles!" suruh Arumi.     

"Baiklah, Sayang!" dengan senang hati Arumi pun menuruti permintaan Arumi.     

Dia mamainkan kapak itu hingga berkali-kali.     

Dan dilanjutkan dengan menguliti tubuh si gadis lalu mengambil     

daging-dagingnya.     

Setelah di rasa cukup, Charles dan Arumi pun pergi meninggalkan tempat itu.     

"Sayang, aku akan segera membuatkan makanan yang enak untukmu," kata Arumi.     

"Aku juga sudah tidak sabar  untuk menikmati daging-daging segar yang telah kita dapat ini!"ujar Charles dengan penuh antusiasme, "aku yakin rasanya akan sedikit manis," imbuhnya.     

"Tentu saja, Sayang, apalagi kalau aku yang memasaknya?" ujar Arumi dengan bangga.     

"Tentu saja, istriku ini, 'kan memang yang terbaik," puji Charles seraya mencubit manja bagian dagu sang istri.     

Dengan kompak mereka berdua membawa bungkusan plastik hitam berisi daging menuju rumah mereka.     

Terhuyung-huyung mereka berjalan menyebrangi jalan untuk sampai ke rumah mereka.     

Beruntung keadaan jalan dan komplek perumahan itu sedang sepi, sehingga tak ada yang melihat mereka.     

Pagi ini benar-benar terasa menyenangkan bagi Arumi, kegalauan pikirannya dapat terobati dengan adanya tetangga baru yang cantik, dan yang kini menjadi korban mereka.     

Wanita malang itu, pun kini berakhir di sebuah alat penggangan milik Arumi     

Dan hal ini pula yang membuat Arumi semakin bersemangat untuk menikmati hobinya selain membunuh orang, yaitu memasak.     

***     

Selama Arumi tengah sibuk berada di dapur, Charles kembali duduk di teras dan memandang ke rumah tetangganya itu.     

Dan tak lama muncul seorang pria muda yang berdiri di depan pintu gerbang yang tertutup.     

Charles pun segera menghampiri pemuda itu dan mulai bertanya apa yang hendak dilakukan oleh si pemuda.     

"Halo, selamat siang," sapa Charles dengan ramah.     

Dan pria muda itu menengok kearah Charles.     

"Halo, selamat siang juga," sahutnya.     

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Charles.     

"Iya, saya ingin bertanya, apa benar ini rumahnya, Arisa?"     

"Kamu temannya Arisa?" tanya Charles.     

"Iya, saya kekasihnya Arisa," jawab si Pria Muda.     

"Oh, kebetulan orangnya baru saja keluar rumah," kata Charles, tentu saja dia hanya berbohong, sebenarnya Arisa sudah mati karena dibunuh olehnya dan Arumi.     

"Siapa nama, Anda?" tanya Charles.     

"Nama saya, Joni," Pemuda itu menyodorkan tangannya kearah Charles.     

"Saya, Charles!" Dia menyambut tangan si Pemuda itu.     

"Joni, sebaiknya kamu menunggu pacarmu di rumahku saja!" ajak Charles.     

"Tapi, saya akan—"     

"Sudahlah! Aku dan istriku mengenal Arisa cukup baik, jadi kau tidak perlu khawatir. Pasti gadis itu akan kukabari, dan tentunya dia akan merasa tenang bila kamu berada di rumah kami." Pungkas Charles, membujuk si pemuda.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.