Anak Angkat

Daging Yang Kau Panggang



Daging Yang Kau Panggang

0Pemudah yang bernama Joni itu pun akhirnya mau menerima ajakan Charles.     

Dan dia masuk ke salam rumah Charles.     

Sebenarnya dia agak kurang nyaman masuk ke rumah ini, terlebih dia baru saja berkenalan.     

Namun dia merasa kagum dengan kebaikan Charles.     

Joni mengira jika Charles adalah pria baik yang sangat pengertian. Dan dia tidak tahu jika Charles itu akan mengancam hidupnya.     

Dia menerima ajakan Charles karena nomor Arisa tidak aktif.     

Dan sudah berulang kali ia mencoba meneleponnya, tetapi hasilnya sama saja, nomor gadis itu tidak aktif juga.     

Dan dengan masuk di rumah Charles, setidaknya dia memiliki teman mengobrol. Sehingga dia tidak akan merasa bosan sampai kekasihnya datang.     

Pria itu masih terlalu polos dan tidak tahu jika kekasihnya telah mati, dan tidak akan kembali lagi, apalagi sampai meneleponnya.     

Kalau dia sampai tahu mungkin cerintanya akan berbeda lagi.     

"Mari, silakan masuk," suruh Charles.     

"Baik, Charles," sahutnya.     

Kedua netra pria itu mengedar keseluruh ruangan, dia begitu takjub melihat keadaan rumah ini, yang megah bak istana.     

"Wah, benar-benar sangat menakjubkan," ucapnya secara reflek.     

"Kau tadi bilang apa?" tanya Charles.     

"Begini, Pak Charles, rumah Anda ini benar-benar sangat menakjubkan,"  puji Joni kepada Charles.     

"Wah, terima kasih atas pujiannya." Ucap Charles.     

Kamudia ia menyuruh Joni untuk duduk di atas sofa.     

"Mari silakan duduk, aku akan menyuruh istriku untuk mengambilkan minuman," kata Charles.     

Namun  si pria yang bernama Joni itu merasa tidak enak.     

"Eh, tidak usah! Saya tidak mau merepotkan kamu, dan istrinu, Charles!" ujarnya.     

"Tidak apa-apa, santai saja ... istriku itu sangat baik, dia akan membuatkanmu minuman dengan senang hati," ujar Charles.     

"Ah, begitu, ya? Ya sudahlah terserah kau saja," ujar Joni.     

Charles pergi ke belakang dan menemui istrinya, lalu meberikan kabar baik, kepada istrinya bahwa dia baru saja mendapatkan tangkapan baru.     

"Sayang," bisik Charles di telinga Arumi. Dan dia memeluk Arumi dari belakang.     

"Charles, kau ini apa-apaan, sih?" oceh Arumi.     

"Aku sedang memasak, Charles!" imbuhnya.     

"Aku tahu, tetapi aku sedang membawakan sesuatu untukmu," ujar Charles.     

"Memangnya kau membawa apa, Charles?"     

"Di luar ada seorang pemuda, dia kekasih dari wanita yang dagingnya sedang kau panggang itu," tukas Charles.     

"Benarkah?" Arumi langsung mematikan kompor dan melihat kearah Charles.     

"Katakan apa yang harus aku lakukan?" tanya Arumi.     

"Sayang, bawakan dia minumam yang enak dan pastikan dia bisa tertidur lelap untuk mempermudah pekerjaan kita!" perintah  Charles.     

"Baiklah, aku akan melakukannya, Sayang," jawab Arumi.     

Kemudian Charles melepaskan pelukannya, "Baik, Sayang, aku keluar dulu, ya?"     

"Iya,"     

***     

Charles kembali duduk di sofa, menemani Joni yang sejak tadi mengutak-atik ponselnya.     

"Bagaimana? Apa dia masih tidak mengangkat teleponnya?" tanya Charles kepada Joni.     

"Masih tidak aktif juga, Charle," jawab Joni.     

"Sudah tidak apa-apa, sebentar lagi juga sampai," kata Charles.     

"Tapi, Arisa itu jarang sekali seperti ini? Bahkan hampir setiap saat dia mengabariku," kata Joni.     

"Ah, mungkin  ponselnya sedang kehabisan batrai," ucap Charles meyakinkan Joni.     

"Ah, bisa jadi ... huft ... syukurlah, untungnya aku bertemu denganmu. Pria yang sangat baik untukku, sehingga aku tidak merasa canggung," kata Joni. Dia mengira jika Charles itu adalah pria yang sepantaran dengannya, karena wajah dan penampilan Charles yang terlihat sangat muda.     

"Charles, berapa usiamu?" tanya Joni.     

Charles terdiam sesaat. "Kalau menurut tebakanmu, berapa usiaku?" Charles bertanya balik.     

"Berapa, ya?" Joni bertopang dagu, dan belum sempat menjawabnya, tiba-tiba Arumi keluar dengan membawa nampan berisi dua gelas, dan satu botol anggur merah.     

"Ini, Tuan, silakan dimimum," tukas Arumi.     

"Terima kasih," ucap Joni. Kemudian Arumi pun kembali ke dapur untuk melanjutkan memasaknya. Joni sempat melirik kearah Arumi, dan memerhatikan Arumi dari belakang.     

Dia mulai tergoda dengan kecantikan Arumi.     

'Andai saja aku memiliki istri secentik itu,' bicaranya di dalam hati. 'Pasti aku akan menjadi pria yang paling beruntung di dunia ini,'     

"Ayo, habiskan minumannya!" suruh Charles.     

"Kenapa kalian memberikanku minuman seperti ini?" tanya Joni yang merasa heran.     

"Kenapa? Apa kau tidak suka minuman beralkohol?" tanya Charles.     

"Eh, suka kok," jawabnya.     

"Kalau begitu silahkan di minum," suruh Charles.     

Dan pria itu pun meraih satu gelas kosong, dan Charles pun menuangkan minuman itu untuk Joni.     

"Terima kasih," ucap Charles.     

Sembari menyeruput sedikit demi sedikit minuman itu, Joni masih sempat mengobrol bersama Charles.     

"Yang tadi itu, istrimu, ya?"     

"Iya, benar."     

"Sangat cantik, dan sangat serasi denganmu, Charles," puji Joni.     

"Terima kasih Joni, dia memang sangat cantik. Dan kerena itulah aku jadi jatuh cinta kepadanya," pungkas Charles.     

Setelah beberapa kali menyeruput minumannya.     

Kemudian Joni mulai memegangi kepalanya, dan mulutnya pun kesakitan.     

Charles tersenyum diam-diam, namun dia juga berpura-pura panik.     

"Ap, kamu baik-baik saja?" tanya Charles pada Joni.     

"Kepalaku sakit ...." Lalu pria itu pun langsung menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.     

Tepat di saat itu Arumi datang lalu memanggil sang suami.     

"Charles! Makan malamnya sudah siap!" tukas Arumi.     

"Iya, Sayang! sahutnya Charles.     

Arumi keluar dan melihat si pria yang di sudah tergeletak.     

"Dia sudah pingsan?" tanya Arumi.     

"Iya, Arumi!"     

"Apa kau ingin membongkar tubuhnya sekarang?" tanya Arumi.     

"Iya, tapi nanti setelah kita selesai makan malam!" ujar Charles.     

"lalu apa yang akan kita lakukan, Charles?"     

"Ayo, kita bawa ke gudang, dan kita amankan dulu dia. Dan setelah makan nanti kita akan melanjutkan pekerjaan kita," ujar Charles.     

"Baiklah, Sayang," tanggap Arumi.     

Mereka pun segera mengamankan tubuh Joni dengan mengikat tubuhnya dengan kencang, agar dia tidak bisa lepas. Lalu mereka menaruh tubuh Joni di dalam gudang.     

Kemudian Arumi dan Charles pun berkumpul di meja makan. Dan menyantap olahan daging, yang baru mereka tangkap tadi pagi.     

***     

Di dalam gudang yang sangat pengap itu, Joni terbangun.     

Joni tampak kebingungan, dan dia merasa heran mengapa dia bisa berada di tempat ini.     

Terlebih tangan dan kakinya terikat dengan kencang hingga dia nyaris tak bisa bergerak sama sekali.     

"Kenapa aku bisa berada di sini?" gumamnya.     

"Aduh, kepalaku kenapa pusing sekali!" ujarnya sambil peringisan menahan rasa sakit di kepalanya. Namun dia tak bisa berbuat apa-apa, karena tangan dan kakinya terikat.     

"Hei! Siapa pun yang ada di luar! Tolong lepaskan aku!" teriaknya.     

Namun tak ada yang menyahuti teriakannya itu.     

Dan Joni kembali mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya.     

"Tadi aku baru saja minum—"     

"Astaga! Apa mereka meracuniku?"     

"Lalu apa tujuan mereka melakukan ini kepadaku?"     

"Dan di mana Arisa? Apa terjadi sesuatu kepadanya?" Pikiran Joni pun kembali tak tenang.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.