Anak Angkat

Lizzy Yang Sakit



Lizzy Yang Sakit

0Arthur dan Celine masih berada di dalam kamar.     
0

Mereka tengah mengobrol, dan saling meluapkan keluh kesah, serta mengungkapkan kekaguman masing-masing.     

Kondisi Arthur sudah membaik, dan hal inilah yang membuat Celine merasa bahagia.     

Karena kini dia tidak lagi dihantui dengan ketakutan.     

Selama Arthur sakit, Celine hampir tak mau meninggalkan Arthur walau sebentar saja. Dia takut kalau sampai terjadi hal buruk kepada Arthur, Celine sangat takut Arthur meninggal.     

Dia benar-benar tak bisa membayangkan kalau sampai dia kehilangan Arthur. Di dunia ini hanya Arthur yang membuatnya merasa kuat. Bahkan dia tak peduli dari mana Arthur berasal, dan seperti apa keluarganya.     

Yang terpenting bagi Celine. Adalah dia tetap ada bersama dengan Arthur sampai kapanpun. Bahkan sampai ajal menjemput mereka.     

"Celine, hari ini aku sudah mampu berjalan tegap, kamu ingin pergi ke mana?" tanya Arthur, "aku siap menjadi pengawalmu," ujarnya.     

"Aku tidak ingin pergi ke mana pun, Arthur, cukup bersamamu saja, aku sudah bahagia," jawab Celine.     

"Benarkah?" Arthur meraih tubuh istrinya, "yasudah kalau begitu kita berpelukan saja," kata Arthur.     

Arumi pun tersenyum pasrah, namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Karena di luar kamar terdengar suara gadu.     

Suara Mesya dan Lizzy.     

"Lizzy! Kamu kenapa?!" teriak Mesya dengan lantang.     

Arthur dan Celine sampai kaget mendengarnya. Dan mereka pun segera keluar dari dalam kamar.     

"Ada apa?!" tanya Arthur dengan suara yang panik.     

Kemudian dia melihat Lizzy yang tergeletak di lantai dengan tubuh menggigil.     

"Kak! Lizzy, Kak!" ujar Mesya yang panik.     

"Di mana, Kak David?" tanya Arthur.     

"Kak David, sedang di toko! Ayo bantu Lizzy, Kak!" suruh Mesya.     

Kemudian dengan sigap Arthur pun segera mengangkat tubuh Lizzy, dan memindahkannya ke dalam kamar.     

Dengan melihat gejala sakit Lizzy yang sama dengan sakitnya pada waktu itu, membuat Arthur yakin jika Lizzy sedang beradaptasi dengan kehidupannya yang baru.     

Untuk menjadi manusia dan terbebas dari keluarga Davies, memang tak mudah. Butuh perjuangan dan pengorbanan.     

"Ah, dia baru bereaksi sekarang!" kata Arthur.     

"Dia sakit seperti, Kak Arthur, kemarin?" tanya Mesya.     

"Iya, benar." Jawab Arthur.     

"Astaga!" Masya mengusap keninganya sendiri. Dan kini masalah kembali menghampiri keluarganya.     

Baru saja Arthur sembuh dari sakitnya, dan kini giliran Lizzy. Mesya harus bersabar untuk menghadapi cobaan yang silih berganti menghampiri keluarganya.     

"Lizzy, kalau begitu kamu tunggu dulu, ya! Aku akan membuatkan minuman jahe, agar tubuhmu sedikit hangat," tukas Mesya. Lizzy menjawab dengan anggukkan kepalanya, sementara kedua matanya memejam dengan tubuh yang masih menggigil.     

Sedangkan Celine memijit-mijit bagian kaki Lizzy.     

"Sabar ya, Lizzy, kamu pasti bisa melewatinya. Kak David, Arthur dan Mesya, saja bisa melawatinya. Kamu pasti bisa!" ujar Celine yeng memberikan semangat kepada Lizzy.     

"Terima kasih, Kak ...," jawab Lizzy dengan suara pelan dan betgetar.     

Tak lama Mesya datang denganln membawa gelas berisi minuman jahe untuk Lizzy.     

"Ini, minumannya sudah siap," ujar Mesya. Kemudian dia meletakkannya di atas meja dilanjutkan membangunkan Lizzy dengan dibantu oleh Celine.     

Dengan tubuh yang lemas, Lizzy bersandar di tembok.     

"Ayo di minum," Mesya mulai memberiakn gelas itu pada Lizzy. Dengan pelan gadis itu menyeruput wedang jahe buatan Mesya.     

Lizzy merasa sedikit nyaman, hangatnya jahe dengan aromanya yang khas, membuat tubuhnya merasa lebih baik. Walau tidak subuh total, namun setidaknya dapat berkurang.     

"Apa sudah mendingan?" tanya Mesya. Dan Lizzy pun menganggukkan kepalanya.     

"Terima kasih, Mesya," ucap Lizzy.     

"Iya, Lizzy, sekarang kamu istirahat dulu, ya," suruh Mesya, Lizzy menganggukkan kepalanya lagi.     

Celine serta Mesya pun keluar dari dalam kamar itu lalu mereka duduk di sofa ruang tamu. Sementara Arthur masih duduk di samping Celine.     

"Maaf ya, Kak Celine," ucap Mesya.     

"Maaf untuk apa, Mesya?" tanya Celine.     

"Maaf, karena gara-gara keluarga kami, Kak Celine jadi menderita," ujarnya.     

"Tetapi kenapa kamu bilang begitu, Mesya?"     

"Ya, karena aku merasa tidak enak ,serta merasa kasihan kepada Kak Celine. Aku tahu hidup Kak Celine tak bisa tenang setelah bertemu kami, 'kan?" tanya Mesya.     

Celine terdiam sesaat, barulah keluar kalimat dari dalam mulutnya. Ini adalah kejujuran Celine selama mengenal dan hidup bersama Arthur.     

"Kuakui iya, dan itu karena ketakutanku kepada orang tua kalian. Tetapi aku juga merasa bahagia menjadi bagian dari kalian. Kalian adalah sekumpulan orang yang berhati baik, salah satunya kamu, Mesya," tutur Celine.     

"Kak Celine, ini terlalu berlebihan," sangkal Mesya yang merasa tidak enak hati. "Aku, ini tidak sebaik kelihatanya, Kak!"     

"Kau itu selalu merendah Mesya. Tetapi memang seperti itu, orang baik dia akan selalu merendah" ucap Celine soal tersenyum.     

Tak lama David pun pulang dari toko pakaian mereka.     

"Kak David! Bagaimana keadaan toko?" tanya Mesya     

"Lumayan ramai, Mesya!" jawab David.     

"Ah, syukurlah," Mesya tampak sangat bahagia sekaligus lega.     

"Aku sangat bahagia mendengarnya, Kak," ujar Mesya seraya tersenyum senang.     

"Di mana Lizzy?" tanya David.     

"Lizzy, ada di kamar, Kak! Dia sakit," jawab Mesya.     

"Apa! Dia sakit?!"     

"Iya, Lizzy mengalami sakit yang sama seperti yang lainnya, Kak!"     

"Benarkah?!" David langsung mengecek keadaan Lizzy di dalam kamar.     

David pun mencoba memegang kening Lizzy.     

"Kamu demam tinggi, Lizzy.     

Dan ini akan berlangsung cukup lama, sabar, ya ...." Bisik David di telinga Lizzy. Namun gadis itu sydah tidak peduli sama sekali, Lizzy sedang tertidur. Namun tidurnya terlihat tidak nyaman.     

David mengecup kening adiknya. Kemudian dia pun kembali keluar kamar.     

Mereka membiarkan Lizzy beristirahat. Karena memang mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk sakit yang dirasakan oleh Lizzy. Tidak ada yang bisa menyembuhkan, walau dibawa ke rumah sakit pun tetap saja tak ada gunanya.     

Tidak ada yang bisa menyembuhkan sakit yang di alami oleh Lizzy. Mereka hanya bisa merawat saja, tanpa bisa mengobati.     

Lizzy akan sembuh dengan sendirinya, hanya saja membutuhkan waktu yang cukup lama.     

Saat David dan yang lainnya berada di luar, Lizzy mulai mengigau sendirian.     

Berulang kali dia manggil nama 'Satria' gadis itu tengah memimpikan pria yang menjadi teman masa kecilnya itu.     

"Kak Satria! Tolong jangan tinggalkan aku, Kak!"     

"Kak Satria! Aku rindu ...."     

Suara Lizzy yang sedang mengigau, terdengar sampai luar kamar.     

"Lizzy!" ujar Celine.     

Kemudian Celine dan Mesya pun langsung masuk ke dalam kamar Lizzy.     

Dia mencoba menenangkan Lizzy.     

"Lizzy, kamu kenapa? Satria siapa?" tanya Celine.     

"Satria?" Mesya terdiam sesaat.     

'Ternayta Lizzy benar-benar sangat merindukan, Kak Satria,' bicara Mesya di dalam hati.     

"Mesya, apa kamu kenal, siapa, Satria, itu?" tanya Celine.     

"Iya, Kak! Daya kenal," jawab Mesya.     

"Memangnya dia, siapa?!"     

"Dia ...."     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.