Anak Angkat

Kehamilan Mesya



Kehamilan Mesya

0Perlahan David menggenggam tangan sang istri, lalu dia mengulangi kalimatnya.     

"Mesya, aku mohon maafkan aku, Mesya. Aku tahu aku salah, aku menyesal ...," ucapnya David.     

"Kenapa, Kak David, meminta maaf? Bukankah aku yang salah?" sengut Mesya.     

"Tolonglah, Mesya, berhenti marah ... aku sudah menyadarinya, dan aku juga meminta maaf kepadamu, ayo kambali tersenyum," rayu David.     

Namun tak semudah itu, Mesya sudah terlanjur kesal. Kali ini dia yang berbalik mengungkit sikap David selama ini.     

Memang mengungkit kesalahan orang tidaklah baik, tetapi Mesya hanya ingin David merasakan apa yang selama ini ia rasakan.     

"Aku juga sering mengatakan hal itu kepada, Kak David, aku meminta maaf atas kesalahanku karena sempat menyukai, Kak Satria, tetapi, Kak David juga tak peduli. Dan Kakak masih terus-terusan menyalahkanku, lalu marah tidak jelas dengan alasan cemburu. Padahal, Kak David, juga tahu jika itu semua sudah menjadi masa lalu!" Mesya berbicara dengan  nada ketus.     

"Iya, Mesya. Aku tahu, dan oleh karena itu, aku meminta maaf kepadamu, aku tahu aku salah," ujar David.     

"Kalau aku memaafkanmu, apa, Kak David, mau berjanji tidak akan mmengulaingainya lagi?" tanya Mesya.     

David menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat.     

"Tentu saja! Aku tidak akan mengulanginya lagi! Dan aku tidak akan cemburu lagi! Sungguh! Aku berjanji, Mesya!" tukas David dengan tegas.     

Raut wajah Mesya perlahan berbeda, kekesalannya terhadap sang suami mendadak pudar. Dan dia tidak marah lagi. Baiklah kalau begitu, aku memaafkanmu, Kak David, " ucapnya.     

"David pun tersenyum senang menanggapi ucapan Mesya.     

"Terima kasih, Sayang," David mengecup kening istrinya, lalu memeluknya.     

Kini masalah dua sejoli itu akhirnya selesai.     

Dan hubungan mereka kembali harmonis lagi.     

"Kalau  begitu, bagaiamana ayo kita masuk ke dalam?" ajak David.     

"Ayo!" Mesya berdiri sambil menggandeng lengan sang suami.     

Namun baru beberapa langkah memasuki rumah. Tiba-tiba Mesya berhenti dan menutup mulutnya rapat-rapat.     

"Ump! Hoek!" Mesya melepaskan tangan David dan segera beralari.     

"Mesya! Kau kenapa?!" teriak David.     

Mesya tak menyahutinya, lalu dia muntah sejadi-jadinya di dalam kamar mandi.     

David tampak bingung sekaligus panik.     

Kemudian Arthur pun menghampiri kakaknya.     

"Ada apa, Kak?" tanya Arthur.     

"Aku tidak tahu, tiba-tiba dia seperti itu. Padahal tadi baik-baik saja, kok!" jawab David.     

"Sebelumnya juga sering seperti ini?" tanya Arthur.     

"Tidak sih, tetapi beberapa hari yang lalu aku lihat dia juga muntah-muntah!" jawab David.     

"Apa dia sakit?"     

"Entalah, Arthur!"     

"Kalau begini aku jadi teringat dengan Celine dulu," kata Arthur.     

"Memanganya ada apa dengan Celine?"     

"Dulu saat dia mengandung putra kami, dia muntah-muntah begini, dan aku pikir dia itu sedang sakit. Eh ... ternyata dia sedang hamil," ujar Arthur sambil tersenyum.     

"Hamil?!" David tampak syok.     

"Aku ini hanya bercerita, Kak! Aku tidak bilang kalau Mesya itu sedang ham—"     

"Ssst! Diam, Arthur!" David membungkam mulut adiknya secara reflek. Kemudian David melanjutkan kalimatnya.     

"Bisa jadi ucapanmu tadi benar, Arthur. Ya ... Mesya sedang hamil!" ujar David penuh  yakin.     

"Tapi aku tidak bilang begitu, Kak!" sangkal Arthur. "Aku hanya—"     

"Ssst, sudah diam!" David pun langsung bergegas menghampiri Mesya.     

Tok! Tok!     

Dia mengetuk pintu kamar mandi.     

"Mesya!" panggil David.     

"Ayo buka pintunya!" teriak David.     

Ceklek!     

Mesya membuat pintu dengan wajah yang memerah.     

"Kamu tidak apa-apa?" tanya David.     

Mesya menggelengka kepalanya.     

"Apa kita ke dokter sekarang?" ajak David.     

"Tidak usah, Kak, aku baik-baik saja kok," jawab Mesya.     

"Tapi, kita harus mengecek keadaanmu, bagaimana kalau kamu hamil?" ujar David.     

"Hamil?"     

"Iya! Kata Arthur, dulu saat Celine hamil dia juga muntah-muntah begini!"     

"Tapi, belum tentu, Kak! Bisa jadi aku—"     

"Ayolah, Mesya! Aku penasaran!" ajak David seraya menarik paksa tangan Mesya.     

"Kak, belum tentu!" sangkal Mesya.     

"Kalau aku belum lihat buktinya, aku belum bisa tenang, Mesya!" ujar David.     

Namun Arthur datang menghampiri mereka.     

"Pakek ini saja!" ujarnya seraya menyodorkan sebuah tespek kehamilan.     

"Benda apa ini?" David masih belum paham.     

"Ini milik Celine, sudah lama dia menyimpan benda ini di kamar, aku pikir kalian lebih membutuhkan," jelas Arthur.     

"Tapi apa tidak sebaiknya pergi ke Dokter, saja?" tanya David. Dia tidak begitu yakin dengan benda seperti itu.     

Namun Mesya langsung meraih alat tes kehamilannya dan membawanya pergi ke kamar mandi untuk menggunakannya.     

"Eh, Mesya!" panggil David. "Tunggu dulu!" Tetapi Mesya tidak menghiraukannya.     

David hendak mengejarnya, namun Arthur menghentikan David.     

"Biarkan saja, Kak!"     

"Tapi—"     

"Dari pada jauh-jauh pergi ke Dokter, dan masih belum jelas, mendingan pakai alat itu dulu!" kata Arthur.     

"Tapi aku ingin hasil yang akurat,"     

"Ini juga akurat kok. Hanya untuk sementara, David," kata Arthur.     

David pun menganggukkan  kepalanya.     

"Baiklah kalau begitu," ujar David pasrah.     

Dan tak lama Mesya keluar dari dalam kamar mandi.     

Sementara David sudah tidak sabar untuk melihat hasilnya.     

"Bagaiamana, Mesya?" tanya David.     

"Apanya?" Mesya malah bertanya balik.     

"Hasilnya bagaimana, Mesya? Apa kamu positif hamil?" tanya David.     

Mesya pun tertawa melihat ekpresi David yang terlihat sangat heboh itu.     

Mesya menyodorkan alat tes kehamilan itu pada David.     

"Ini!"     

David meleraihnya, dan terlihat ada dua garis merah yang tergambar.     

"Ini apa maksudnya?" David masih tidak paham. Baru kali ini dia melihat benda itu dan melihat menggunakannya.     

"Kak David, belum paham juga, ya?" tanya Mesya sambil tersenyum.     

Kemudian  Arthur yang melihat pun turut menertawakan David.     

"Haha! Kau ini payah, David!" cerca Arthur seraya menepuk pundak David.     

"Tapi aku ucapkan selamat kepadamu ... karena sebentar lagi kamu akan segera menjadi Ayah!" ucap Arthur.     

Seketika kedua mata David melot tajam dan seakan tak percaya dengan apa yang telah ia dengar ini.     

"Aku akan menjadi seorang, Ayah?"  ucap David dengan bibir yang terperangah.     

"Iya! Mesya itu sedang mengandung!" tegas Arthur.     

"Mesya? Kau benar-benar sedang hamil? Kau sedang nengandung anakku?!"     

Mesya menjawabnya dengan anggukan seraya tersenyum.     

"Ya, Tuhan! Aku akan menjadi Ayah?!" David berteriak heboh.     

Sampai membuat Celine keluar dari kamar Lizzy.     

"Ada apa?"     

"Sebentar lagi kita akan memiliki keponakan, Celine!" ujar Arthur.     

"Benarkah?" Celine langsung memeluk Masya     

"Selamat ya, Mesya! Aku turut bahagia mendengarnya!" ucap Celine.     

***     

Keadaan rumah itu kembali ceria, meski Lizzy sedang sakit.     

Tetapi Mesya yakin jika Lizzy juga akan tersenyum bahagia setelah mendengar kabar kehamilannya.     

Dan saat ini yang menjadi masalah adalah orang tua mereka.     

Ini akan berbahaya jika Arumi dan Charles sampai mengetahuinya.     

Tentu saja mereka akan kembali merebut anak David dan Mesya, untuk dijadikan tumbal.     

Dan hal inilah yang membuat Arthur serta David benar-benar waspada, serta terus mengawasi Mesya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.