Anak Angkat

Kecemburuan Part2



Kecemburuan Part2

0Ceklek!     

Akhirnya Celine mau membuka pintu dan menemui Arthur.     

"Celine, maafkan aku, ya," Arthur menggengam tangan Celine. Wanita itu masih terdiam.     

"Celine, aku dan Salsa tidak ada hubungan apa-apa, kami hanya berteman saja," jelas Arthur.     

Celine belum mengeluarkan sepatah kata pun, bibirnya masih cemberut.     

"Celine, tolong jangan cemburuan, ya ... aku tadi hanya meminta maaf, kami tak ada niatan lain," tutur Arthur lagi, yang masih belum menyerah memberikan klarifikasi.     

"Arthur! Kalau hanya berbaikan, kenapa harus berpegangan tangan segala? Apa kata maaf saja tidak cukup?" ujar Celine dengan nada yang masih kesal.     

"Celine, kami berpegangan tangan hanya sebagai tanda perdamaian ...," jelas Arthur.     

"Perdamaian kamu bilang? Tapi aku melihat kalian saling memandang mesra, dan tersenyum?" ujar Celine. Wanita itu kembali memalingkan wajahnya dengan sinis.     

"Ayolah, Celine percaya kepadaku ...."     

Celine mendesis kesal dan lagi-lagi memalingkan wajahnya. Celine seakan tak percaya dengan apa yang disuruh Arthur     

Kemudian Arthur memaksa Celine untuk kembali menatap wajahnya lagi.     

"Ayolah, lihat aku, Celine ...," pinta Arthur.     

"Ayo, tatap wajahku," rayu Arthur kepada Celine, "berapa kali aku harus mengatakan ini, jika aku dan Salsa itu sudah tidak memiliki bubungan apa-apa," tukas Arthur.     

"Kalian memamg tidak memiliki hubungan apa-apa, tetapi kalian masih memiliki perasaan yang sama, 'kan?"     

"Tidak, Celine! Itu hanya masa lalu. Dan aku tahu aku yang mengejar Salsa! Bukan dia! Dan sekarang aku pun juga sudah tidak mencintainya lagi! Aku dulu mendekatinya hanya demi ego saja!" pungkas Arthur.     

Celine kembali mendengus kesal, namun kali ini dia menundukkan kepalanya, dan semakin tidak ingin berdebat lagi.     

"Celine, ayolah ... kita ini sudah dewasa, 'kan? Untuk apa kita harus bertengkar dan membahas masa lalu?"     

"Semua sudah berlalu, Celine. Untuk apa di bahas? Yang ada hanya akan membuang waktu saja, dan tentunya hanya akan membuat sakit hati saja!"     

"Kalau kita bisa membahas hal yang bisa membuat kita bahagia, untuk apa kita membahas hal yang membuat kita terluka?" tana Arthur.     

Seketika amarah Celine redam, kemudian Arthur pun memeluknya.     

"Kamu jangan marah lagi, ya," bisik Arthur di telinga Celine.     

"Aku berjanji tidak akan menduakanmu sampai kapan pun itu, Celine,"     

Celine menangis dalam keluarkan Arthur.     

"Loh, ada apa ini?" tanya Mesya yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Kak Celine, menangis?"     

Dan Celine pun tak menyahuti pertanyaan Mesya sama sekali.     

Dia masih membenamkan kepalanya dalam kelukaan Arthur.     

"Hanya ada sedikit salah paham," jawab Arthur.     

"Ow," Mesya pun mengangguk paham, lalu dia memilih untuk pergi meninggal tempat itu.     

Karena ini masalah Celine dan Arthur.     

Sama halnya dengan apa yang Celine lakukan tadi, saat ia tengah bertengkar dengan David.     

Mesya pun juga melakukan hal yang sama.     

Mereka memang tinggal dalam satu atap, namun itu tidak berarti membuat mereka saling ikut campur dengan kehidupan rumah tangga masing-masing.     

Karena setiap pasangan memiliki cara tersendiri untuk menyelesaikan masalah mereka. Orang lain tidak boleh ikut campur atau saling memihak satu sama lain.     

Cukup diam, dan biarkan mereka menyelesaikan masalahnya.     

Mereka adalah orang-orang dewasa yang sudah tahu apa yang terbaik bagi mereka.     

*****     

"Celine, sudah ya, jangan menangis lagi ... kalau menurutmu tindakanku tadi salah, aku minta maaf. Tapi jujur aku tidak memiliki niat lain, apalagi sampai menduakan kamu," tukas Arthur.     

"Akun tidak menyukai Salsa,"     

"Iya, Arthur. Aku memaafkanmu, dan aku juga meminta maaf kepadamu," ucap Celine seraya mengusap wajah Arthur.     

"Aku saja yang terlalu mudah cemburu," tukas Celine. "Mulai sekarang aku berjanji tidak akan cemburuan lagi,"     

"Iya, Celine, terima kasih, ya," Arthur mengecup atas kepala Celine, "kamu sudah mau mengerti aku," ucapnya.     

Celine menganggukkan kepalanya.     

"Iya,"     

Masalah mereka pun akhirnya selesai.     

Terkadang masalah kecil akan terasa besar apabila salah satu tak ada yang mengalah. Dan rasa cemburu itu adalah hal yang sangat lumrah.     

Sama halnya dengan apa yang di rasakan oleh Celine saat ini.     

Namun semua itu ada batasnya.     

*****     

Sementara itu Salsa berjalan cepat menuju rumahnya.     

Dan sesampainya di depan pintu, rupanya sang suami tengah menunggunya pulang.     

"Dari mana saja?" tanya Delon kepada Salsa.     

"Delon, kamu sudah pulang?" Salsa bertanya balik.     

"Iya, ayo masuk, kita makan malam bersama," ajak Delon. "Aku sudah membelikan makan malam untukmu," ucapnya.     

"Wah, Delon, terima kasih, ya!" Salsa menggandeng tangan sang suaminya.     

"Iya! Karena aku tahu kalau kamu sedang di rumah sendirian begini, pasti kamu itu jarang memasak! Dan makan pun juga tidak tsratur," ujar Delon.     

"Haha! Kau ini tahu saja!" Salsa tertawa renyah seraya menyiapkan dua piring untuknya dan sang suami.     

"Jangan begitu, Salsa. Kamu itu juga harus menjaga pola maknamu," imbuhnya.. "Iya Delon, aku tahu," jawab Salsa seraya mencubit gemas wanga sangat suami.     

"Akh, kenapa malah mencubit, sih?"     

"Hehe, maaf, Sayang ... tapi aku gemas," ujar Salsa sambil tersenyum.     

Dan mereka menikmati makan malam bersama. Kehadiran sang suami mampu membuat Salsa terasa lebih baik. Setidaknya dia dapat meluapkan sejenak rasa kasalnya dengan Arthur dan Celine.     

"Kamu tadi habis dari mana? Kenapa dari tadi pertanyaanku tidak jawab?" tanya Delon.     

"Oh, aku baru saja dari rumah David dan Mesya!" jawab Salsa.     

"Ow," kata Delon sambil menyendiri makanannya. "Lalu kenapa pulang-pulang wajahnya cemberut?" Delon bertanya lagi. .     

"Ya, karena aku ...,"     

"Kenapa?" Delon memegang dagu Salsa.     

"Ada sedikit kejadian yang kurang mengenakan, Delon!" jawab Salsa.     

"Memangkah kejadian apa? Ayo ceritakan saja, jangan ragu!" suruh Delon.     

"Delon, adikku Lizzy tiba-tiba cemburu kepadaku," ujar Salsa.     

"Kenpa bisa begitu?"     

"Jadi aku tadi tak sengaja bertemu dengan Arthur, dan kami—"     

"Tunggu!" Delon menghentikan sesaat ucapan Salsa.     

"Maksudmu, 'Arthur' si pria yang kamu bilang menakutkan itu?" tanya Delon memastikan.     

"Iya, benar."     

"Apa pria itu menyakitimu?"     

"Tidak! Justru kami sudah berbaikan, tapi istrinya salah paham saat kami sedang mengobrol berdua," jelas Salsa.     

"Dia juga sudah punya istri? Bukanlah dulu pria yang kau maksud itu sangat berbahaya? Dan dia seorang psikopat?"     

"Iya, benar. Tapi sekarang dia sudah berubah, dan dia sudah tidak lagi membunuh orang," jelas Salsa.     

"Bagaimana kau bisa seyakin itu?"     

"Ya, aku yakin dia benar-benar sudah berubah, buktinya dia saja sudah punya istri," jawab Salsa.     

"Tapi tetap saja, Salsa! Kau harus berhati-hati dengannya. Karena bisa saja emosinya mereka berubah dalam sekejap mata." Tutur sang Ibu     

"Sudah jangan berpikiran buruk lagi. Dia benar-benar sudah berubah! Dia tidak akan melukaiku lagi. Kami juga sudah berbaikan!" kata Salsa meyakinkan Delon.     

"Yasudah, yang terpenting kamu tetap hati-hati, ya!" pesan Delon pada Salsa.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.