Anak Angkat

Melepaskan Keluh Kesah



Melepaskan Keluh Kesah

0DUAR!     

Bunyi peluru yang berhasil menembus bagian belakang tubuh Andre hingga menembus ke bagian jantung.     

Pria itu tak kuat lagi hingga akhirnya dia pun terkulai lemah jatuh ke lantai.     

Nafasnya tersengal-sengal dengan kedua mata yang menajam.     

Dia tak bisa berbuat apa-apa lagi selain pasrah.     

Inilah akhirnya dari perjuangan untuk tetap hidup.     

Pria itu kini tak sanggup melawan lagi, perlahan-lahan jiwanya terlepas dari raga yang sudah tak kuat menampung lagi.     

Usahanya untuk tetap hidup dan terlepas dari Arumi serta Charles hanya sia-sia saja.     

***     

Setelah mendengar bunyi ledakan itu, Arumi pun juga terbangun dari pingsannya. Entah pingsan atau hanya berpura-pura pingsan saja, yang jelas ini ia lakukan untuk kesenangannya dan Charles.     

Akan tetapi dia merasa kecewa melihat Charles telah membunuh si pria.     

"Kau sudah membunuhnya, ya?" tanya Arumi memastikan.     

"Iya, Arumi Sayang, aku lihat kamu sudah lelah menghadapi pria ini," ujar Charles.     

"Aku memang lelah, tetapi bagiku sangat menyenangkan, dia satu-satunya pemuda yang memilki semangat hidup tinggi," pungkas Arumi.     

"Haha, kau benar, Arumi! Bahkan dia bisa menghindar dari bidikan kapakmu sampai berkali-kali," ujar Charles.     

"Iya! Dia cukup tangguh! Rasanya sayang sekali kau membunuhnya terlalu cepat, Charles," tukas Arumi masih dengan raut kecewanya.     

"Ah, sudahlah Arumi, tidak perlu menyesalkannya, aku yakin kita akan mendapatkan permainan yang lebih seru dari ini," tukas Charles meyakinkan istrinya.     

"Ah, baiklah, Charles, ayo lalukan selanjutnya!"     

"Mari, Sayang!"     

Mereka kembali melakukan tugas mereka selanjutnya, yaitu memotong-motong dan menguliti serta mengambil daging si pria malang itu.     

"Haha! Rasanya sangat menyenangkan! Setelah ini aku akan membuatkan makanan yang lezat untukmu, Charles," ujar Arumi.     

"Aku sudah tak sabar lagi, Arumi. Daging yang baru saja ditangkap terasa berbeda," ujar Charles.     

"Tantu saja, apalagi kalau aku yang memasaknya,"     

"Iya, istriku, ini memang yang tetbaik," puji Charles seraya mencolek bagian dagu Arumi.     

***     

Pesta hari ini seperti biasa salalu diakhiri di atas meja makan. Orang yang baru saja mereka bunuh, kini dagingnya sudah mereka sajikan di meja makan. Tanpa rasa bersalah sedikitpun mereka menyantapnya dengan penuh suka cita.     

Kini mereka hanya berdua saja, sehingga meja makan pun sengaja dibuat berbeda dari biasanya.     

Ukuran meja yang cukup besar kini diganti dengan ukuran yang lebih kecil, dan cukup untuk dua orang saja.     

Kini keadaan ruang makan terlihat lebih romantis dengan lilin-lilin yang menghiasi meja makan.     

Hidangan hasil masakan Arumi tampak lezat menggoda, dan hanya tersedia dua porsi saja.     

Serta hanya ada dua kursi yang tersisa, Charles sengaja menyingkirkan kursi-kursi yang lain agar Arumi tidak terus-menerus bersedih, karena memikirkan anak-anaknya yang telah pergi.     

Charles hanya ingin menunjukkan kepada Arumi, bahwa berdua pun mereka bisa bahagia.     

Walau Charles juga akan membuat anak-anak mereka untuk kembali ke rumah ini lagi. Namun itu nanti.     

Dan saat ini dia ingin sedikit memberi ruang kepada mereka. Agar anak-anaknya bisa hidup bebas walau itu hanya sesaat.     

Dan Charles pun juga ingin merasakan hidup lebih tenang serta menghabiskan waktu hanya berdua saja dengan Arumi.     

Tak dapat dipungkiri perasaan cinta Charles terhadap istrinya memang sangatlah besar.     

Tak ada wanita lain di dunia ini, selain Arumi.     

Dalam hidupnya yang kelam juga Arumi satu-satunya wanita yang mau menerimanya apa adanya, dan yang mau mendampinginya hingga saat ini.     

Arumi sosok sempurna bagi Charles. Dan tak akan tergantikan.     

Charles seorang psikopat yang memiliki kepuasan tersendiri setelah membunuh orang, dan Arumi seorang wanita kejam yang terlahir dari keluarga penganut aliran sesaat. Membuat mereka hidup bersama menjadi pasangan kejam dan menyeramkan.     

Mungkin jika bukan karena dendam Arumi tidak akan sekejam ini, namun dendam yang sudah mengubahnya, dan Charles, adalah pria yang mendukungnya.     

Membunuh adalah hobi bagi Charles, dan sebuah keharusan bagi Arumi.     

Hal itu yang menimbulkan ke cocokkan bagi mereka. Dan membuat mereka bertahan hingga detik ini.     

Mereka memang selalu mendukung satu sama lain, tak peduli dengan segala kejahatan yang telah mereka perbuat, yang terpenting bagi mereka adalah hidup senang dan bisa mendapatkan segalanya.     

Mereka bagaikan pasangan dari neraka yang ditakdirkan turun ke dunia ini, hanya untuk menebarkan teror dan mala petaka.     

"Charles mau tambah lagi?"     

"Boleh, Sayang," Charles menyodorkan piringnya kearah istrinya, dan dengan sigap wanita itu melayani sang suami.     

*****     

Di Surabaya     

"Lizzy, kau masih lemas, ya?" tanya Mesya seraya menyuapi Lizzy dengan bubur buatanya sendiri.     

"Iya, tubuhku masih lemas, Mesya," jawab Lizzy dengan nada bicara yang kurang bersemangat.     

"Sabar ya, Lizzy, aku yakin sebentar lagi kamu akan sembuh," tukas Mesya yang berusaha memberikan semangat untuk Lizzy.     

"Iya, Mesya. Terima kasih, ya,"     

"Iya," Mesya menganggukkan kepanya.     

Dan tangannya dengan sabar masih menyuapi Lizzy.     

"Maafkan aku ya, Mesya,"     

"Maaf untuk apa?"     

"Karena selama aku sakit aku sudah merepotkanmu," tukas Lizzy.     

"Lizzy, kamu tidak perlu bicara begitu, kita ini, 'kan saudara," ujar Mesya, "dan sebagai saudara, kita memang harus saling membantu,"     

Mesya menghentikan sesat sendoknya, lalu tangannya beralih merapikan rambut Lizzy yang berantakan.     

Dia menyelipkan helaian ribut yang berantakan itu di balik telinga Lizzy.     

"Mesya, tapi kenapa kamu baik sekali?"     

"Ya karena aku saudaramu, Lizzy! Berapa kali aku harus mengatakannya?" jawab Mesya.     

"Tapi aku tidak tahu jika tidak ada dirimu, Mesya. Pasti aku kesulitan hidup di sini. Kau adalah saudara perempuanku yang sangat pengertian. Aku sekarang tidak punya siapa-siapa, Ayah, Ibuku, jahat! Sementara dua kakak lelakiku sudah memiliki pasangan masing-masing. Meski begitu aku senang mereka memiliki pasangan yang baik seperti kamu dan Kak Celine. Hanya saja aku sekarang merasa sendiri. Andai saja aku memiliki pasangan seperti kalian, mungkin aku tidak akan merasa sendiri seperti ini," tutur Lizzy yang meluapkan segala keluh kesahnya selama ini.     

"Lizzy ...." Mesya mengusap rambut Lizzy.     

"kamu jangan bersedih, meski kami sudah berumah tangga, tetapi kami tetap memikirkanmu. Kami peduli denganmu. Karena kamu itu bagian dari keluarga kami," ucap Mesya meyakinkan Lizzy.     

"Iya, aku tahu Mesya ... hanya saja, aku merasa benci dengan hidupku ini. Kenapa aku harus hidup seperti ini? Dan kenapa pula aku terlahir dan memiliki orang tua seperti mereka?" Lizzy menundukkan kepalanya sesaat. "Aku juga ingin hidup seperti yang lainnya, Mesya ...." Kini Lizzy pun menangis.     

"Lizzy, kamu tidak perlu memikirkan hal itu, yang terpenting sekarang kita bersama-sama, 'kan? Bukan hanya kamu yang menderita karena menjadi bagian dari keluarga terkutuk itu, tetapi juga aku," ujar Mesya.     

"Yang harus kita lakukan adalah tetap semangat, dan yakin jika kita akan segera terlepas dari kehidupan ini," pungkas Mesya meyakinkan Lizzy.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.