Anak Angkat

Meyakinkan Satria



Meyakinkan Satria

0"Lizzy, kamu kenapa? Kamu bertengkar dengan Kak Salsa lagi, ya?" tanya Mesya yang merasa heran.     

"Tidak," jawab Lizzy.     

"Lalu kau kenapa?"     

"Aku beru saja bertemu dengan, Kak Satria," jawab Lizzy sambil menangis.     

"Apa?!" Mesya melepaskan pelukan Lizzy secara reflek, saking kagetnya.     

"Kamu benar-benar telah bertemu dengan, Kak Satria?!" tanya Mesya memastikan.     

"Iya, tapi dia membenciku, Mesya!"     

"Tapi kenapa?"     

"Dia mengira jika kedatanganku ke kota ini karena memiliki maksud tertentu!" jelas Lizzy. "Dia mengira jika aku bersekongkol dengan Ayah dan Ibu!"     

"Dan dia juga menyangka aku ini orang jahat, Mesya! Padahal selama ini aku sedang mencari-cari, Kak Satria! Tetapi dia malah ingin pergi meninggalkanku!" tukas Lizzy dengan derai air mata kekecewaan.     

"Sabar Lizzy," Mesya kembali memeluk Lizzy. Untuk menenangkan saudara angkatan ini.     

Dia juga tak bisa berbuat apa-apa untuk membuat Satria kembali. Bahkan dia pun juga ingin bertemu langsung dengan pria itu, dan kembali mengulangi permintaan maafnya. Karena permintaan maafnya dulu terasa masih kurang, dan Mesya pun juga yakin jika Satria belum memaafkannya sepenuh hati. Terlebih kesalahan Mesya cukup besar, dia sudah menipu Satria dan mempermainkan perasaan pria itu.     

Jika Satria marah pun adalah hal yang sangat wajar. Akan tetapi besar harapan Mesya agar Satria mau memaafkannya dengan sepenuh hati.     

Yang Mesya inginkan saat ini, adalah berdamai dengan Satria, dan berhubungan baik dengannya. Setidaknya masa kelamnya yang dulu menjadi suami-istri, dia ingin menjadi persahabatan.     

Walau mesya tahu, hal itu sangat sulit.     

Satria pasti juga tidak akan mau bertemu dengan Mesya, sama halnya dengan Lizzy.     

"Lizzy, sudah jangan menangis. Percayalah ... jika Tuhan menakdirkan kalian untuk bersama, pasti Satria akan tetap berada di sini, dan mau kembali denganmu lagi," ucap Mesya menenangkan Lizzy.     

"Tapi, bagaimana kalau aku tidak ditakdirkan dengannya?"     

Mesya pun terdiam.     

"Aku pun tidak mau berharap terlalu banyak, dan aku juga tak bisa menaksa Kak Satria, untuk aku miliki selayaknya kamu yang memiliki Kak David, Mesya. Karena aku tahu, jika perasaan tidak bisa dipaksakan. Yang aku ingin hanya gar kami bisa tetap berteman ... itu saja! Tidak lebih!" tukas Lizzy.     

"Iya, Lizzy! Aku tahu ... bersabarlah ... dan ikhlaskanlah," tukas Mesya.     

"Percaya jika Tuhan, memiliki rencana yang lebih indah,"     

Lizzy pun akhirnya terdiam namun masih terdengar suara isak tangisnya.     

Bersyukur dia memiliki saudara angka sebaik Mesya, yang selalu mengerti dirinya dan selalu sabar menghadapinya.     

*****     

Sementara itu Satria tengah berjalan dengan langkah cepat menuju rumahnya.     

Dia hendak memberitahu sang ibu untuk pindah, serta mengemasi barang-barangnya.     

Dan tak sengaja dia berpasangan dengan Salsa.     

"Hei, Satria! Dari mana, kau?" tanya Salsa.     

"Hei, Salsa!" sahut Satria. "Aku dari mini market!" jawab Satria.     

"Oh, kenapa wajahmu seperti itu? Apa ada masalah?" tanya Salsa.     

Satria pun mengelak nafas sesaat kemudahan dia berkata, "tidak ada, Salsa!" jawabnya.     

"Tapi aku lihat kamu—"     

"Salsa, mumpung kita bertemu di sini, sekalian aku ingin berpamitan kepadamu," tukas Satria memotong ucapan Salsa.     

"Berpamitan? Memangnya kau itu mau kemana?"     

"Aku akan meninggalkan kota ini!"     

"Kenapa?"     

"Ada sedikit masalah," jawab Satria kemudain dia langsung meninggal Salsa begitu saja.     

"Satria! Tunggu!" teriak Salsa. Kemudian Salsa mengejar Satria.     

Hubungan Satria dengan Salsa memang dekat.     

Sejak Satria pindah ke tempat ini dia bertemu dengan Salsa yang menjadi tetangga sebelahnya. Terlebih saat Salsa mulai dekat dengan Delon, hal itulah yang membuat Satria semakin dekat dengan Salsa. Karena Delon adalah keponakan dari Nadia ibunda dari Satria.     

"Delon! Aku ingin berbicara denganmu," ujar Salsa.     

"Kau ingin berbicara apa, Salsa?"     

"Aku ingin memberitahumu, Bahwa ada seorang gadis yang sedang mencarimu," tukas Salsa.     

"Siapa?" tanya Satria. Lalu pria itu sejenak terdiam, dan menanggapi ucapan Salsa.     

"Ayo duduk di sana saja!" ujar Salsa seraya menunjuk kearah kursi yang terletak di halaman rumahnya ... Kebetulan rumah Salsa dan rumah Satria memang berdekatan.     

***     

Salsa dan Satria duduk berdua di kursi itu. Dan Salsa pun mulai bercerita.     

"Satria, hampir saja aku lupa mengatakan ini. Ada seorang gadis bernama 'Lizzy' yang sedang mencarimu! " tukas Salsa.     

"Lizzy?" Kedua mata Satria langsung menajam.     

"Akh! Dia lagi!" ketusnya.     

"Loh, memangnya ada apa dengannya?" tanya Salsa. "Dia itu teman masa kecilmu, kan?"     

"Iya, dia memang teman masa kecilku. Dan karena dia pula aku ingin segera pindah dari kota ini," ujar Satria.     

"Memangnya kenapa harus pindah?"     

"Salsa, sebelumnya aku memang tidak pernah bercerita kepadamu. Tentang apa alasanku dan Ibuku pindah ke kota ini!"     

"Iya, Satria! Memang kamu belum sempat bercerita kepadaku ... bisakah kamu bercerita sekarang?" pinta Salsa.     

Lalu Satria pun meneceritakan semuanya kepada Salsa. Bahwa dia sedang menghindar dari sebuah keluarga penganut aliran sesat yang mengancam keselamatan dirinya dan ibunya. Satria juga menceritakan jika sang Ayah telah di bunuh oleh keluarga Davies, untuk dipersembahkan kepada Iblis. Tubuh Wijaya dijadikan tebusan untuk mengembalikan jiwa Lizzy yang ada di tangan Iblis. Masih banyak lagi yang telah diceritakan oleh Satria kepada Salsa. Tak ada yang terlewatkan. Satria menyampaikannya dengan cara sedetail mungkin.     

Tentu saja kenyataan ini terdengar mengejutkan bagi Salsa. Rupanya dunia hanya selebar daun kelor.     

Dan rupanya nasib Satria serta Salsa hampir sama.     

Mereka pergi ke kota ini demi menghindar dari keluarga Davies. Hanya saja Salsa lebih dulu datang kemari ketimbang Satria.     

Dan selama ini Salsa juga tak pernah bercerita kepada orang lain, tentang masalahnya kecuali dengan Delon sang suami.     

Namun setelah melihat fakta ini, Salsa pun juga tidak ragu untuk menceritakan alasanya pindah ke kota ini kepada pria yang ada di hadapannya ini.     

Tantu saja Satria juga syok.     

"Salsa, aku benar-benar tak percaya jika kamu pun memilki nasib yang hampir sama denganku, hanya saja kamu lebih beruntung," ujar Satria.     

"Yah, setidaknya aku tidak sampai mati di tangan mereka. Dan sekarang aku bisa hidup tenang di kota ini," tukas Salsa, "ya ... walaupun kehidupan tenangku di sini akan segera berakhir," pungkasnya.     

"Terus kalau kamu memang bermasalah dengan keluarga itu, terutama kepada Arthur khususnya, lalu mengapa kamu masih mau berhubungan baik dengan Lizzy?" tanya Satria yang keheranan.     

"Karena Lizzy, gadis yang baik. Dan Arthur juga sudah berubah. Dia bukan Arthur yang dulu lagi," jawab Salsa.     

"Lizzy, juga berkata demikian kepadaku. Tetapi aku sama sekali tak percaya! aku yakin Arthur masih jahat dan selicik dulu!" cerca Satria pada ucapan Salsa.     

"Percaya denganku, Satria! Arthur yang sekarang sangat berbeda. Dan dia sudah menjadi pria yang baik." Pungkas Salsa.     

"Aku tidak percaya, Salsa!"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.