Anak Angkat

Kemarahan Satria



Kemarahan Satria

0Dengan penuh semangat Salsa menarik tangan Nadia, dan hendak mempertemukannya dengan Lizzy.     

Namun Salsa teringat akan suatu hal, sehingga dia berhenti sesaat.     

"Tunggu!" ucap Salsa.     

"Ada apa lagi, Salsa? Kamu bilang ingin mengajakku bertemu dengan Lizzy?" tanya Nadia.     

"Tapi bagaimana dengan Satria, Bu? Pasti saat ini dia sedang mencari-cari Bu Nadia, dan menghawatirkan keselamatan, Ibu?" tanya Salsa.     

Namun Nadia menjawabnya dengan santai.     

"Sudah tidak apa-apa, nanti aku akan mengirim pesan ke nomornya. Aku yakin dia tidak akan khawatir lagi," ujar Nadia.     

Mendengarnya perasaan Salsa menjadi lega.     

"Ah, baiklah kalau begitu, mari!" ajaknya kembali menarik tangan Nadia.     

***     

Sesampainya di depan rumah Mesya, tampak Arthur dan Celine, yang sedang bercengkrama di teras rumah.     

Salsa tampak ragu-ragu untuk menyapa mereka, namun Arthur malah sudah menyapanya duluan,"     

"Eh, Salsa! Ada perlu apa?" tanya Arthur.     

Salsa pun tak langsung menjawab pertanyaan Arthur, wanita itu terdiam sesaat.     

Sebenarnya Salsa merasa tidak nyaman mengbrol dengan pria itu, terlebih di sini juga ada Celine. Dia tidak mau membuat Celine merasa cemburu lagi.     

Namun di saat itu pula, Celine malah tersenyum kepadanya, yang artinya wanita itu sudah tidak salah paham lagi terhadap Salsa.     

"Salsa, apa kamu sedang mencari Mesya!" tanya Celine.     

"Iya!" Salsa menjawabnya penuh semangat, bibirnya juga menggulum senyuman.     

"Masuk saja!" suruh Celine.     

"Baiklah!" Salsa menggandeng tangan Nadia.     

"Mari, Bu," ajaknya dengan nada pelan.     

Salsa dan Nadia pun masuk ke dalam rumah.     

Celine juga ikut masuk, bahkan dia pula yang memanggilkan Mesya serta Lizzy agar keluar menemui Nadia dan Salsa.     

"Kalian, duduk dulu, ya! Biar aku panggilkan, Mesya dan Lizzy!" tukas Celine seraya berlalu pergi.     

Salsa senang dengan sikap Celine, yang kembali ramah kepadanya.     

Kini hubungannya dengan Celine kembali membaik.     

***     

Ketika Lizzy keluar dari dalam kamarnya, dia terlihat bingung saat melihat wajah Nadia.     

Dia tidak tahu siapa Nadia, namun entah mengapa, wajah Nadia terasa tidak asing di mata Lizzy.     

Sehingga Lizzy pun memilih untuk terdiam. Dia sedang mengingat-ingat lagi siapa Nadia.     

Lain halnya dengan Mesya yang langsung memeluk Nadia dengan erat.     

"Bu Nadia!" panggil Mesya seraya mendekap wanita parung bayah itu.     

Memang sejak dulu hubungannya dengan Nadia cukup dekat. Mereka tak pernah sama sekali bertengkar, malahan sebaliknya, mereka yang sangat kompak.     

Berkat Nadia pula Mesya bisa menyelesaikan misinya dengan sempurna.     

"Mesya! Kamu baik-baik saja?!" tanya Nadia seraya menangis haru.     

"Aku baik, Bu. Bagaimana keadaan, Bu Nadia?" tanya Mesya.     

"Aku juga baik, Mesya!" Keduanya tampak bergembira atas permuan ini.     

Mereka benar-benar tak menyangka bisa bertemu di sini. "Bu, aku minta maaf atas kesalahanku dulu, ya?" tukas Mesya.     

"Tidak apa-apa, Mesya! Mungkin jika bukan karena dirimu, aku juga tidak bisa hidup bebas seperti ini! Mungkin aku juga masih hidup di bawah kekangan Wijaya!" tukas Nadia sambil tersenyum.     

Kamudian wanita paruh bayah itu pun melupakan Mesya sesaat, dan beralih menghampiri Lizzy.     

Nadia tidak langsung memeluknya.     

Dia memandang wajah Lizzy dengan seksama, kemudian dia merabanya sambil tersenyum.     

"Lizzy, kamu benar-benar, Lizzy?" tukas Nadia yang seakan tak percaya dengan keberadaan Lizzy.     

Seorang gadis yang dulu hanya diam mamatung, tanpa sedikit pun bisa berbuat apa-apa, kini dia bisa berbicara dan bertingkah layaknya manusia normal pada umumnya.     

"Maaf, Ibu, ini siapa, ya?" tanya Lizzy yang masih kebingungan.     

"Apa kamu tidak mengingatku sama sekali, Lizzy?" tanya Nadia.     

Lizzy pun menggelengkan kepalanya.     

"Tidak, tapi ... aku seperti mengenal, Ibu. Dari sentuhannya, serta suara lembut Ibu, terasa tidak asing bagiku," ujar Lizzy.     

"Aku 'Nadia' ibunya Satria, yang dulu bekerja sebagai pelayan di rumah Wijaya Diningrat," jelas Nadia.     

Kemudian Lizzy pun berhasil mengingatnya. Nadia adalah seorang wanita baik hati yang selalu memperhatikannya, dan bekerja cekatan menggunakan seragam pelayanan di rumah besar bak istana itu.     

Seingat Lizzy, terakhir dia melihat sosok Nadia dengan mata kepalanya, sebelum Wijaya menarik tangan kecilnya, dan membawanya masuk ke sebuah taman kecil, yang mirip taman dirumah keluarga Davies.     

Kemudian Lizzy diikat lalu tubuhnya di taruh di atas ranjang yang di penuhi benda-benda aneh.     

Setelah itu Lizzy tidak ingat apa-apa lagi.     

Dan sejak saat itu pula dia juga tak bisa melihat wajah Nadia maupun Satria. Namun suara mereka terdengar samar di telinganya.     

Hanya saja Lizzy tak bisa merespon walau sedikitpun.     

Kehidupan di dunia lain benar-benar menyita waktunya, hingga tak terasa dia sudah tumbuh dewasa tanpa ia sadari sama sekali.     

"Bu Nadia?"     

" Jadi Bu Nadia, ternyata ibunya Kak Satria?"     

"Iya, Lizzy!"     

"Lalu, bagaimana bisa, Bu Nadia, menjadi seorang, Pelayan?"     

"Ah, ceritanya panjang, Lizzy. Dan Ibu sudah tidak mau membahas masalah itu lagi ... dan yang terpenting sekarang Ibu bahagia melihat kamu hidup normal!" tukas Nadia seraya tersenyum, lalu memeluk tubuh Lizzy.     

Lizzy juga turut tersenyum bahagia.     

"Bu, tapi Kak Satria, sudah tidak mau lagi menerimaku. Dia membenciku," tukas Lizzy.     

"Dia tidak membencimu, Lizzy. Hanya saja dia masih terlalu takut. Dia tidak mau terjadi hal buruk kepada kami, akibat ulah keluarga kalian!" ujar Nadia meyakinkan Lizzy.     

Meski begitu, Lizzy masih merasa tidak tak tenang. Karena bukan Satria sendiri yang mengatakan ini.     

Lizzy dan Nadia masih berpelukan untuk melepas rindu.     

Tak berselang lama Satria menelpon sang Ibu.     

Ponsel yang bergetar membuat Nadia melepaskan pelukan dari Lizzy.     

"Sebentar, Satria menelpon," tukas Nadia.     

Nadia pun segera mengangkat panggilan itu.     

[Ibu, ada di mana?] tanya Satria dengan suara yang panik.     

"Ibu, 'kan sudah bilang, Satria! Kalau Ibu sedang berada di rumah teman,"     

[Ibu, tidak mempunyai teman dekat di sini! Ibu hanya dekat dengan Salsa!] tukas Satria yang masih tak mempercayai ucapan sang Ibu.     

[Ayo jujur, Bu ... Ibu, sekarang ada di mana?!] desak Satria.     

Hingga akhirnya Nadia pun mengatakan keberadaannya dengan jujur.     

"Ibu, sedang di rumah Mesya untuk menemuinya dan Lizzy," jawab Nadia.     

[APA?!]     

[Ibu, cepat kirim alamatnya sekarang juga!] paksa Satria.     

"Tapi—"     

[Ayo kirimkan, Bu! Kalau tidak aku akan marah!" ancam Satria.     

Akhirnya Nadia pun menuruti perintah putranya itu.     

Dia segera mengirimkan alamat rumah Mesya ke nomor Satria.     

Nadia tahu jika Satria akan marah kepadanya dan yang lainnya, tetapi baginya ini jauh lebih baik, karena dengan begitu, Satria bisa menyelesaikan masalahnya dengan Mesya dan yang lainnya.     

Wlaupun Mesya sudah bukan istri Satria lagi, tetapi setidaknya mereka tetap harus berteman baik.     

Dan Nadia juga kasihan kepada Lizzy. Terlihat sekali jika gadis itu benar-benar ingin bertemu, dan berteman lagi dengan Satria.     

"Apa, Kak Satria, akan kesini, Bu?" tanya Lizzy.     

"Iya, dia akan ke sini, Lizzy!" jawab Nadia. Tak sadar bibir Lizzy menggulum sebuah senyuman.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.