Anak Angkat

Belum Siap Untuk Bercerita



Belum Siap Untuk Bercerita

0'Aku yakin kata 'kebebasan' yang kau maksud adalah ingin hidup tanpa kekangan dari orang tuamu. Karna hal itulah kau mau menikah denganku, diusiamu yang masih belia ini ... pasti kau ingin agar kau mendapatkan kebebasan dengan hidup bersamaku. Aku merasa sangat bersalah kepadamu, Mesya. Karna aku malah menjerumuskanmu  dalam sebuah kegelapan. Kau pikir Ayahku benar-benar ingin berdamai dengan Ibumu ... padahal semua itu hanya omong kosong. Ayahku sangat licik dia memanfaatkan hubungan kita. Kau mungkin hanya mendengar beberapa hal menyeramkan tentang ayahku, dari orang tuamu. Kau tidak mengenakan Ayahku secara langsung. Dia jauh lebih menyeramkan dari kelihatanya. Bahkan aku saja benci dengan ayahku sendiri, hanya saja aku tak bisa menentangnya. Aku banyak anak lemah yang harus patuh kepada orang tuanya. Dan menipu gadis yang kucinta demi, Iblis.'     

"Kak Satria, kenapa sejak tadi malah melamun? Kau sedang memikirjan apa?" tanya Mesya.     

"Ah maaf, Mesya, aku jadi mengabaikanmu," ucap Satria.     

"Iya, tidak apa-apa ayo kita pulang sekarang," ajak Mesya.     

Kini gadis itu yang giliran memikirkan Satria.     

Dia tahu jika batin Satria saat ini sedang berkecamuk.     

'Pasti, Kak Satria, itu sedang mikirkan ucapanku tadi, dan aku juga menebak jika dia merasa bersalah kepadaku, atas rencana pernikahan ini. Dia tak tahu kalau sebenarnya aku merasakan hal yang sama. Dan bahkan keluargaku memiliki rencana yang tak kalah jahat dari rencana, Tuan Wijaya,' bicara Mesya di dalam hati.     

Tanpa membeli satu pun barang dalam pusat perbelanjaan itu, mereka malah pergi. Setelah puas berkeliling Mesya minta diantarkan pulang oleh Satria.     

Dia merasa sangat lelah dan ingin beristirahat sejenak.     

***     

Setelah ini kehidupannya akan berubah semakin menantang lagi.     

Sepanjang perjalanan pulang Mesya lebih memilih untuk diam dan memejamkan matanya.     

'Rasanya aku benar-benar ingin mati? Tuhan ... kenapa hidupku seperti ini? Aku ibarat seorang peri yang tersesat dalam dunia iblis. Aku hanya sendirian, tak ada yang bisa membantuku. Kecuali Engkau ... orang bilang jika butuh sesuatu, tapi aku tak bisa meminta kepada orang lain, maka aku harus meminta kepada-Mu, jadi aku mohon bantu aku, Tuhan. Walau aku tak begitu dekat dengan-Mu. Bahkan dalam keluarga ini mereka tak pernah mengenalkanku kepada-Mu, mereka lebih senang mendekatkanku kepada Iblis. Mereka ingin aku memuja apa yang mereka puja. Mereka tak peduli aku mau atau tidak, aku suka atau tidak, aku telah terjerumus dalam kegelapan kedua keluarga yang butuh keabadian ....'     

Satria memandangi wajah Mesya yang saat ini masih terpejam sembari menyandarkan tubuh dia kursi mobil.     

"Kau kenapa, Mesya? Apa kau sedang tidak enak badan?" tanya Satria.     

Mesya menggelengkan kepalanya, dengan masih memejamkan matanya.     

Masih merasa penasaran Satria meraba kening Mesya.     

"Suhu badanmu normal," ucapnya.     

"Aku memang tidak sakit, Kak, hanya saja aku lelah. Aku hanya butuh istirahat saja," ucap Mesya.     

"Tapi kau tak biasanya seperti ini, Mesya. Apa kau merasa keberatan atas pernikahan ini?" tanya Satria.     

"Bu-bu-kan begitu, Kak, tapi ...." Mesya tampak panik dengan pertanyaan Satria.     

"Tapi, apa? Apa kau merasa tidak rela harus berhenti sekolah karna menikah denganku?" Sekali lagi Satria bertanya kepada Mesya.     

Gadis itu menjawab dengan menggelengkan kepalanya.     

"Aku melihat raut kesedihan di wajahmu, aku melihat ada banyak hal yang membebani pikiranmu. Apa kau tak mau berbagi sedikit saja kepadaku? Kita sebentar lagi akan menikah, itu artinya kita akan bersatu. Aku satu-satunya pria yang akan mendampingimu ... aku yang akan bertugas penuh menjagamu," pungkas Satria.     

'Ya, Tuhan, Kak Satria, benar-benar tulus, dia benar-benar pria yang baik ...,' batin Mesya.     

"Terima kasih, Kak. Aku sangat beruntung memiliki calon suami sepertimu. Hanya saja aku tidak bisa bercerita semua kepada, Kak Satria. Mungkin nanti... tunggu sampai aku benar-benar siap," ucap Mesya.     

"Baiklah, meski aku sangat penasaran, tapi aku akan menunggu penjelasanmu nanti, sampai kau siap untuk menceritakan semua kepadaku, Mesya ...," tukas Satria.     

"Terima kasih atas, pengertiannya, Kak," ucap Mesya.     

Kini Mesya sedikit mengukirkan senyumannya.     

Sambil fokus mengendalikan mobilnya, Satria menggenggam tangan Mesya.     

Sesaat dia melirik gadis yang akan menjadi istrinya nanti.     

Dia sudah tidak sabar untuk hidup bersama Mesya, walau dia sudah tahu pada akhirnya kehidupan rumah tangganya bersam Mesya tidak akan seindah harapannya.     

Sudah pasti Mesya akan menderitanya jika suatu hari nanti, buah hati mereka harus, diserahkan kepada Iblis. Satria tidak bisa membayangkan hal itu. Tapi dia tetap harus melakukan ini. Sang Ayah sudah mengancamnya jika dia tidak jadi menikahi Mesya, maka Wijaya akan membunuh Arumi dan keluarganya termasuk Mesya.Tentu saja Satria tak mau melihat Arumi kembali hancur, terlebih harus kehilangan Mesya.     

Sudah cukup ayahnya membuat Lizzy menjadi tidak waras, dan membuat Arumi kehilangan kedua orang tuanya. Dia ingin agar Arumi dan keluarganya tetap hidup normal, dengan menumbalkan satu bayi saja.     

"Kak, boleh aku bertanya sesuatu,"     

"Iya, kau akan bertanya soal apa?"     

"Kapan kau akan mempertemukan aku dengan, Lizzy?"     

"...." Satria terdiam sesaat, "aku tidak tahu, Mesya," jawab Satria.     

"Kenapa, Kak?"     

"Aku ... baiklah, aku akan mempertemukan dirimu dengan Lizzy suatu hari nanti. Hanya saja aku tidak tahu kapan tepatnya, tapi aku berjanji akan berusaha mempertemukan kalian," tukas Satria.     

"Benarkah?!" Mesya tampak bahagia mendengar ucapan Satria. Tak peduli kapan waktu ia akan bertemu dengan Lizzy, yang terpenting dia memiliki harapn untuk bertemu dengan gadis yang konon katanya sangat mirip dengannya.     

"Kau terlihat senang sekali?" tanya Satria.     

"Tentu saja, aku sangat senang sekali. Karna aku akan segera bertemu dengan gadis yang konon katanya sangat mirip denganku!" jawab Mesya.     

"Haha, yah ... semoga saja aku bisa segera mempertemukan kalian ya,"     

"Iya, Kak. Aku akan menunggu kesempatan itu, lagi pula ...."     

"Lagi pula kenapa?"     

"Lagi pula aku sangat penasaran, dan Kak David, juga sangat merindukannya," jawab Mesya.     

"Kau memberi tahu soal Lizzy, kepada, David?"     

"Maaf, Kak. Aku terpaksa memberitahunya, karna dia itu orang yang paling dekat dengan Lizzy,"     

"Ya tapi bagaimana kalau dia sampai bercerita dengan yang lainnya?"     

"Tenang, Kak Satria, aku sudah mewanti-wanti Kak David, untuk merahasiakan hal ini. Aku pastikan hanya aku dan dia yang tahu," ucap Mesya, dia tampak takut jika Satria akan marah kepadanya. Karna dia sudah bercerita kepada David. Apa lagi kalau sampai tahu jika Arumi dan yang lainya juga sudah mendengar berita ini dari mulut Mesya.     

"Mesya, lain kali kau jangan bercerita kepada siapapun ya! Apa lagi menyangkut tentang keluargaku, karna aku hanya bercerita kepada dirimu saja, Mesya," tukas Satria.     

"Baik, Kak, maafkan aku ya," Mesya menundukkan kepalanya dengan wajah menyesal.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.