Dendam Winarsih

Malam Berdarah



Malam Berdarah

0Pesta pernikahan Winarsih dan Joko sudah selesai di gelar. Mereka berpamitan kepada orang tua Winarsih untuk istirahat. Karena keduanya sudah lelah.     

"Mak, kami masuk dulu, ya," ucap Joko pada mertuanya.     

"Iya, nduk, kalian masuklah. Lagian acara juga sudah selesai. Tamu juga sudah pulang semua," ucap mak Iyem.     

Abah tersenyum melihat tingkah kedua manten itu. "Masuklah, sudah malam juga ini." Abah menimpali ucapan istrinya.     

Joko dan Winarsih masuk ke dalam kamar manten yang di hias sedemikian cantik. Walaupun sederhana, tapi sangat indah di mata Narsih. Narsih ingin membuka baju pengantinnya namun, Joko langsung menggendong istrinya itu menuju kasur.     

"Akang, Neng malu," ucap Narsih.     

"Akang sudah tidak sabar. Ini malam pertama kita, sayang," bisik Joko. Narsih malu-malu mendengar ucapan sang suami. Joko mengecup kening Narsih dan membaca doa untuk memulai ritual sebelum melakukan malam pertama.     

'Brakkk!'     

Kedua pasangan manten itu kaget mendengar jendela terbuka dengan paksa. Kelompok pemuda yang tak dikenal masuk ke dalam kamar manten mereka.     

"Siapa kalian?" tanya Joko dengan suara lantang.     

"Wah, Joko kau hebat sekali bisa menikmati gadis pujaanku! Tapi sayang gadis ini akan jadi milikku," ucap pemuda itu.     

"Siapa kau? Apa kau tidak tahu, masuk rumah orang di tengah malam akan di tuduh maling!" geram Joko.     

"Cihh, aku tak peduli! Karena yang aku peduli adalah dia, apa kalian sudah malam pertama?" tanya pemuda itu.     

Joko yang sudah kesal turun dari ranjang menghampiri pemuda yang berdiri dihadapannya. Pemuda itu dengan cepat mengarahkan golok di leher Joko.     

"Jika mendekat akan kutebas kepalamu! Kalian amankan dia, aku mau dia menyaksikan malam pertamaku dengan gadis ini," kata pemuda itu. Joko yang mendengarnya langsung memukul wajah pemuda itu.     

"Sialan kau! Jangan berani kau sentuh istriku! Jika kau berani sentuh dia maka aku akan membunuhmu!" Joko dengan keras memukul pemuda itu. Rekan pemuda itu tidak tinggal diam. Dia menarik paksa Joko dan mengikat Joko dengan tali.     

"Lepaskan aku sialan! jangan kau sentuh istriku!" gertak Joko dengan penuh amarah.     

Pemuda itu mengacungkan golok di leher Joko agar Joko tidak memberontak. Joko yang melihat golok ada di lehernya langsung terdiam tak berdaya. Joko sama sekali tidak mengenali siapa yang mendatangi rumahnya. Wajah pemuda yang datang tertutup dengan topi kupluk persis seperti pencuri.     

"Jika kau bersuara aku akan menghabisimu!" ancam pemuda itu.     

"Sikat terus, setelah kau selesai giliran kami yang merasakan kehangatan dari gadis desa ini," ucap pemuda lain yang diikuti gelak tawa mereka.     

Winarsih menggelengkan kepalanya kearah pemuda yang mendekati dirinya.     

"Aku mohon akang jangan sakitin, Neng. Tolong lepasin," lirih Narsih.     

"Kita akan bersenang-senang, Sayang. Akang tidak akan menyakitimu. Kita main cantik, ya, Sayang," kata Pemuda itu lagi.     

Narsih mengesot ke arah sandaran ranjang. Dia tidak mau di sentuh lelaki lain. Narsih memohon pada suaminya dengan tatapan sendu. Joko tidak bisa berbuat apa-apa. Leher Joko sudah melekat golok yang tajam.     

"Akang tolong, Neng ," ucap Narsih dengan suara pelan dan bergetar. Air mata Narsih keluar membasahi wajah cantiknya. Pemuda itu menarik kaki Narsih dengan gerakan cepat. Narsih yang memandang sang suami tersentak kakinya ditarik. Narsih berusaha untuk melawan namun, tenaga pemuda itu jauh lebih kuat dari pada Narsih.     

'Krakk!'     

Gaun pengantin putih ditarik paksa sama pemuda itu. Narsih membulatkan matanya melihat gaunnya terbuka dan memperlihatkan bagian tubuhnya. Gairah sebagai lelaki normal muncul. Lelaki itu langsung melahap habis tubuh Narsih tanpa ampun. Di Luar kedua orang tua Narsih mendengarkan keributan di kamar pengantin anak dan menantunya. Keduanya mendekati kamar anak dan mantunya.     

'Tok!'     

'Tok!'     

Orang tua Winarsih mengetuk pintu kamar anaknya. Mereka merasa ada yang aneh dengan kedua anak dan menantunya. Malam pertama kenapa seperti itu. Pemuda yang sedang di dalam bersama Winarsi dan suaminya kaget. Dia memberikan kode pada rekannya untuk meminta Joko mengatakan sesuatu pada orang yang mengetuknya. Rekan pemuda itu menganggukkan kepalanya dan memberikan kode pada Joko untuk mengatakan sesuatu.     

"Bilang kalau kalian baik-baik saja," ucap pemuda itu.     

Joko enggan mengatakannya tapi golok itu sudah ada di leher istrinya. Mau tak mau dia bersuara.     

"Ada apa, Abah?" tanya Joko dengan suara bergetar.     

"Narsih dan kamu baik saja, kan?" tanya Abah lagi.     

"Iya, kami baik, Bah. Abah tidur saja maaf mengganggu Abah sama Emak, ya," ucap Joko lagi.     

"Iya sudah kalau begitu, kami tidur dulu."     

Tak ada suara dari luar lagi. Pemuda itu langsung melakukannya aksinya kembali tanpa memperdulikan Joko suaminya Narsih yang sudah memohon padanya.     

"Tolong jangan sakiti istriku! Kalian boleh sakit aku, tapi jangan dia aku mohon," lirih Joko.     

Joko tidak tega melihat sang istri menjerit kesakitan mendapatkan serangan di intinya. Joko tertunduk melihat istrinya di perkosa dengan sadis. Narsih melihat manik mata lelaki yang merebut kebahagiaan dirinya dan suami. Dia juga melihat tato bergambar ular melingkar di dada lelaki itu.     

"Kau masih perawan sayang. Kau nikmat sekali," bisik pemuda itu.     

Gerakan demi gerakan pemuda itu lakukan. Membuat Narsih tak berdaya. Setelah selesai melampiaskan semua, pemuda itu menyerahkan Narsih ke temannya yang lain secara bergiliran.     

Malam manten yang bahagia harus dirasakan Narsih dan Joko penuh dengan air mata.     

Narsih terkulai lemas melayani aksi bejat pemuda itu. Narsih mengingat pemuda itu satu persatu. Dia tak melupakan seseorang pun. Terlebih pemuda yang merebut kesuciannya.     

"Dia nikmat kawan," ucap pemuda terakhir itu.     

"Kau benar sekali. Bagaimana dengan mereka berdua. Jika kita lepaskan, maka kita akan diburu polisi," bisik salah satu dari mereka.     

"Habisi lelaki itu. Tebas sampai kepalanya putus," ucap pemuda itu.     

Narsih yang mendengarnya langsung panik. Dia tidak terima jika suaminya akan di tebas.     

"Aku mohon kalian jangan bunuh suamiku. Aku janji tidak akan melaporkan kalian semua, janji," ucap Narsih sembari memohon. Narsih mengatupkan kedua tangannya kearah pemuda yang sudah memperkosa dirinya. Pemuda yang merebut keperawanan Narsih mendekati Narsih dan menarik rambut Narsih dengan kuat.     

"Ahh ... sakiti. Lepaskan!" lirih Narsih.     

"Kalian semua biadab! Kalian tidak punya hati. Lepaskan istriku, kalian sudah merusak kebahagiaan kami apa lagi yang kalian inginkan!" teriak Joko.     

"Hustt ... kalian jangan ribut. Nanti ada yang bangun. Tapi, tidak apa kalian menjerit, karena kedua orang tua kalian tidak mendengarnya, hahahah," tawa pemuda itu.     

Pemuda itu memerintahkan temannya untuk menebas Joko. Dengan sekali tebas golok itu memisahkan kepala Joko dari badannya. Narsih yang melihatnya tak kuasa menjerit. Dia yang tak berdaya berusaha bangun dan mendekati Joko namun di tahan sama pemuda itu.     

"Kalian tidak punya hati sama sekali! Kalian bunuh suamiku. Kalian kejam!" pekik Narsih dengan kuat.     

Pemuda itu melihat Narsih yang menangis histeris. Dia mendekati Narsih dan mengangkat dagu Narsih. Golok yang dia pegang pemuda itu di letakkan di sebelah Narsih.     

"Kau sekarang sudah jadi janda sayang. Dan kau tahu, kalau kau sudah tidak berharga jadi kau juga harus lenyap. Tapi sebelum kau lenyap bagaimana aku menjamahmu dulu, kau mau kan untuk terakhir kalinya?" tanya pemuda itu sambil tersenyum devil.     

Narsih yang mendengarnya langsung kesal. Narsih mundur perlahan untuk menghindari pemuda itu. Namun, kakinya keburu di tangkap sama pemuda itu.     

"Lepaskan! kalian semua kejam, aku akan membalas kalian semua. Aku pastikan kalian akan mati dengan sangat sadis aku bersumpah demi apapun!" teriak Narsih.     

Narsih menendang pemuda itu dengan kencang. Dia berusaha untuk lepas dari pemuda itu, hasilnya sia-sia Narsih sudah berada di bawah pemuda itu.     

"Tolong, jangan sakiti aku lagi. Lepaskan aku. Apa salahku padamu," ucap Narsih dengan lirih.     

"Kau sudah menolakku Narsih. Kau menolak lamaranku. Ini balasan dari semua ini," bisik pemuda itu.     

Narsih terdiam mendengar perkataan pemuda itu. Narsih mulai ingat kalau pemuda ini adalah pemuda kota yang ingin melamarnya. Namun, dia tolak dikarenakan dia tidak mencintai pemuda ini.     

"Kau! kenapa kau sekejam ini? Aku tidak mencintaimu. Aku mencintai suamiku," lirih Narsih lagi.     

"Persetan dengan cinta! Kau membuatku malu. Kau menghancurkan cintaku Narsih     

Aku membencimu. Aku sangat membencimu!" pemuda itu mencekik leher Narsih dengan tenaganya.     

Narsih yang panik meraba di sekitar ranjang dan menemukan golok pemuda itu dia ingin mengangkat golok itu tapi terhenti karena tangan sahabat pemuda itu menahannya.     

Cekikan di leher Narsih dilepaskan. Pemuda itu langsung mengambil golok yang ada di tangan sahabatnya dan menancapkan di kepala narsih. Darah segar bercucuran di wajah Narsih. Pemuda itu menarik golok dari kepala Narsih dan mencabik perut Narsih dengan membabi buta.     

Narsih roboh seketika, tangan Narsih masih memegang golok. Mata Narsih melotot memandang kearah pemuda itu.     

"Sudah, jangan lagi. Dia sudah tewas. Jangan kau cabik lagi perutnya," ucap pemuda di sampingnya.     

Pemuda itu kalap karena perkataan Narsih, jika dia mencintai suaminya bukan dirinya. Malam itu pasangan pengantin baru harus tewas di tangan pemuda kota. Malam berdarah itu menjadi malam yang akan di kenang oleh warga desa Salak. Sebagai malam pembantai yang paling sadis di desa mereka.     

Yuk singgah di novel pertama ku kasih komentar kalian, sekalian singgah ke novel ke duaku ya Kutukan Nyai Darsimah simpan juga di rak Mauliate Godang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.