Dendam Winarsih

Kalian Pembunuh



Kalian Pembunuh

0Deka yang melihat Bram membela Diman menepis tangan Bram dengan kasar. Dia tidak menyangka kalau Bram membuat dia benar-benar terhina dan dia juga tidak tahu kenapa Bram malah membela pembunuh istri Deki yang tidak bersalah.     

"Kalau kalian tidak bisa diam, saya usir kalian dan saya akan masukkan kalian ke sel jika masih berkelahi, ini rumah sakit, jadi jangan buat masalah kalian, paham?" teriak Komandan polisi.     

"Baiklah, maafkan kami pak, kami tidak bisa terima karena teman kami meninggal, maafkan kami pak," ucap Bram yang berbicara dengan pelan ke pak Komandan.     

"Baik, jika kalian masih berkelahi, maka aku akan buat kalian masuk penjara langsung, paham kalian bertiga," tegas pak Komandan kepada ketiganya.     

Bram menganggukkan kepala dan tidak bisa berkata apapun lagi. Dia geram karena Deka datang tiba-tiba dan memukul Diman, padahal baru ketemu dan sekarang kenapa dia memukul Diman.     

Deka menatap nyalang ke arah keduanya, dia tidak menyangka kalau Bram dan Diman mempunyai otak yang jahat dan kejam, kenapa dia tega dia membunuh sahabat mereka dan istrinya juga, atas dasar apa.     

"Kalian bisa bawa jasad sahabat kalian ke rumahnya, apa orang rumahnya sudah dikasih tahu?" tanya pak Komandan kepada Bram.     

"Sudah, kami sudah kasih tahu, kami akan segera bawa dia pergi, terima kasih ya, karena sudah di bantu," jawab Bram kepada pak Komandan.     

Bram bersalaman dengan pak Komandan, Bram melihat suster membawa peti Deki keluar. Bram mengikuti suster membawa peti jenazah keluar dan masuk dalam mobil ambulan.     

Deka ikut dari belakang, dia tidak mau masuk dalam mobil ambulan, dia tidak seperti mereka yang munafik. Bram sedikit diam, kenapa Deka memukul Diman dengan membabi buta tanpa ada alasan, dan Deka juga memandang dirinya dengan tatapan tajam. apa dia sudah tahu kalau aku yang membunuh Deki, tapi tahu dari mana di tahu aku yang melakukannya.     

Mobil ambulan tiba di rumah Deki, seluruh keluarga Deki sudah tiba dan menyambut dengan air mata, termasuk anak Deki. Pak supir yang sudah membawa Deki ke tempat aman hanya diam saja, dia tahu kalau ada yang membunuh majikannya, sebelum tidak sadar kan diri majikannya pesan untuk menjaga anaknya jangan diberikan ke sahabatnya apapun yang terjadi, dan saat majikannya tidak sadar kan diri dia meminta suster di rumah sakit untuk merahasiakan keberadaan majikannya. Sekarang, dia di sini menjaga keselamatan anak majikannya.     

Keesokkan harinya, semua keluarga membawa jenazah yang mereka duga Deki itu ke pemakaman. Isak tangis mengiringi kepergian Deki, Bram masih menatap peti yang masuk ke dalam tanah dan ditutup, Bram hanya senyum tapi tidak terlihat, Deka yang dari balik kerumunan pelayat memandang tajam ke arah Bram, dia ingin tahu apakah ada penyesalan di hati Bram, ternyata tidak, dia tidak menyesal sama sekali karena senyum jelas terlihat di sudut bibir Bram.     

"Manusia tidak punya hati sama sekali, dia benar-benar luar biasa kejamnya, aku tidak menyangka kalau pria ini iblis, dia benar-benar iblis dan tidak bisa di ajak berteman lagi," gumam Deka yang geram Bram tidak punya rasa iba.     

Deki yang malang, kalian berdua meninggal karena ke dua sahabat kalian, istri dan kamu harus pergi dengan cara yang tragis, aku benar-benar tidak habis pikir. Sekarang aku akan mengakuinya, aku tidak peduli, aku akan buat keputusan ini demi anakku, kalau pun aku di penjara, aku bisa lihat anakku begitu sebaliknya, dan anakku bisa melihat aku nantinya.     

Deka meninggalkan pemakaman Deki dia ingin ke kantor polisi, Bram yang melihat Deka pergi mengikuti Deka dia ingin menanyakan apa yang terjadi dan Diman yang melihat Bram dan Deka pergi meninggalkan pemakaman langsung mengikutinya kedunya.     

"Bram tunggu, kamu mau kemana?" tanya Diman yang mengejar Bram.     

"Aku mau tanya dia, kenapa dia memukulmu, dia harus jelaskan ke kita, aku yakin dia menyembunyikan sesuatu dari kita, kamu ikut aku sekarang," ujar Bram kepada Diman.     

"Baiklah, ayo kita samperin dia." Diman menyetujui apa yang Bram katakan.     

Bram memanggil Deka, dia mengejar Deka yang masuk dalam mobil. Deka yang di panggil Bram berhenti sejenak dan melihat ke belakang, Diman dan Bram menghampiri dia.     

"Kenapa kamu memukulku?" tanya Diman spontan.     

Deka yang mendengar apa yang dikatakan Diman tersenyum mengejek, dia tidak menyangka kalau Diman bertanya kenapa memukul dia.     

"Kamu kenapa Deka? Ada apa denganmu Deka? Apa salah dia, apa dia menikung bisnismu? Bukannya kalian beda bisnis, kenapa sampai kamu memukul dia, ceritakan kalau ada masalah jangan saling pukul, kita sahabat, kita tinggal bertiga saja, sekarang kita jangan saling pecah," ucap Bram dengan wajah penasaran.     

"Kalian tanya salah apa? Kalian mikir mana ada sahabat makan sahabatnya sendiri, kalian tahu istri Deki tidak salah, tapi kenapa kalian habisi? Atas dasar apa hmm? Apa kalian tidak mikir anak dia sekarang jadi yatim piatu! Apa kalian tidak mikir hmm?" tanya Deka dengan wajah penuh amarah ke arah Diman     

Diman dan Bram terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Deka, termasuk Diman, dia tidak percaya dari mana Deka tahu kalau dia yang membunuh istri Deki.     

"Dari mana kamu tahu dan jangan menuduh aku atau siapapun, bukan aku yang bunuh," terang Diman dengan pucat.     

Deka tertawa dan tepuk tangan dengan kencang, dia tidak menyangka kalau Diman gugup. Bram melihat ke arah Diman dan Deka. Bram bingung kenapa bisa Deka tahu, apa polisi sudah memberitahukan ke Deki pikir Bram.     

"Apa ada aku sebutkan namamu? Ada tidak? Tidak kan? Jika tidak, maka jangan pikir aku menuduh kamu, jika kamu merasa tertuduh, maka itu kamu Diman. Kalian tega, membunuh dia, apa salah dia pada kalian berdua hahhh! Apa Bram, apa Diman?Kalian kejam, sekejamnya Narsih, dia masih punya hati, dia meminta kita menyerah tapi kalian malah membunuh sahabat kalian dan mencari dukun untuk menghancurkan Narsih, picik kalian. Aku tidak akan ikut campur, aku masih punya anak, aku tidak mau anakku kehilangan aku, aku masih ingin melihat anakku besar, walaupun aku di penjara sekalipun," ucap Deka dengan tegas.     

Bram yang mendengar apa yang dikatakan oleh Deka menarik tangan Deka, Bram mengerti dari mana Deka tahu semua ini.     

"Apa hantu sialan itu yang kasih tahu kamu hmm? Luar biasa sekali hantu itu ya, aku tidak menyangka kalau dia berkata seperti itu, aku tidak tahu sekarang kamu memihak dia, apa kamu mau bernasib sama dengan Deki?" tanya Bram dengan raut wajah yang menyeramkan.     

"Dengar baik-baik, aku tidak dengar dari siapapun, dan aku tidak takut padamu, kalian lanjutkan kebusukkan kalian dan kamu Diman, jika ikut dia maka anak dan istri kamu akan di garap dengan dia," ucap Deka yang menepis tangan Bram dari tangannya dan pergi meninggalkan Bram yang emosi dan tangannya di kepal dengan erat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.