Dendam Winarsih

Kain Pocong



Kain Pocong

0Dukun yang tidak bisa melacak anak buahnya Paimin kesal. Pocong yang dia kirim untuk memantau anak buahnya saja juga tidak kembali.     

"Kemana dia? Pocongku kemana juga ya, aku akan manggil dia dulu. Apa karena ilmu aku yang sudah tidak berfungsi atau bagaimana ya," gumam mbah dukun.     

Mbah dukun yang memulai melakukan ritual langsung menyalakan dupa dan aroma kemenyan juga tercium cukup pekat, air di dalam wadah berputar dan bunga tujuh rupa di putar-putar oleh dukun itu.     

Pranggg! Byurrrr!     

Mbah dukun yang mendengar apa yang terjadi langsung terkejut, wadah yang dia putar itu langsung mengenai wajahnya dan tumpah. Mbah dukun yang melihat wadahnya tumpah langsung panik dan kain kafan muncul di depannya.     

"Ada apa ini? Kenapa bisa ada kain pocong ini di sini? Apa ada hubungannya dengan pocong yang aku ada di tubuh Paimin? Tidak-tidak, Paimin tidak boleh berpaling dari aku, jika dia juga berpaling maka aku tidak punya anak buah lagi." mbah dukun panik dia mendapatkan kain kafan pocong yang muncul di depan dia.     

Mbah dukun yang di selamatkan Paimin anak buah yang baru masuk ke dalam kelompoknya belum ada ilmu apapun, dia awalnya di abaikan, tapi sejak saat dia di rawat oleh Paimin, si mbah mulai menyukai anak buahnya yang patuh dan tidak banyak bertingkah dan karena takut jika Paimin meninggalkan dia, si mbah langsung melakukan panggil pocong yang akan di masukkan dalam raga Paimin.     

"Mbah, kenapa saya harus ikut ritual juga?" tanya Paimin kepada si mbah.     

"Biar ada yang bisa kamu andalka dan kamu juga tidak akan di lukai orang, kamu kalau kemana-mana akan aman dan tidak akan di celakai oleh orang lain, bagaimana? Kamu siap Piami?" tanya mbah dukun kepada anak buahnya yang sedikit ragu.     

Mbah dukun berdusta karena untuk mengelabui Paimin dia harus berkata manis. Paimin yang sedikit ragu memandang ke arah mbah dukun, dia masih belum tahu dunia perilmu gaiban apa lagi dia tidak tahu apa yang akan di masukkan mbah dukun ke raganya.     

"Jangan takut, aku akan buat kamu di takuti dan tidak bisa di sentuh, jadi apapun yang kamu lakukan akan bisa kamu lakukan tanpa sedikitpun orang yang tahu, kamu lakukan itu." Mbah dukun berusaha membujuk Paimin dan pada akhirnya Paimin mengikuti apa yang dikatakan oleh mbah dukun itu.     

Si mbah mengingat bagaimana kain kafan ini di lilitkan ke tubuh Paimin dan jimat yang dia pakaikan ke tubuh Paimin sekarang kain kafan ini sudah berada di depan matanya.     

"Aku yakin, ada yang melepaskan jimat dia dan di buang, jika tidak keduanya akan berada di sini. Ini hanya kain kafannya saja, jimatnya kemana ya?" tanya si mbah kepada dirinya sendiri.     

Si mbah bingung kemana jimat yang dipakai oleh Paimin. Dia sudah berusaha untuk mencari melalui mata bathin tapi tidak ketemu juga. Si mbah lagi-lagi melakukan ritual dan membaca mantra untuk mencari jimat agar bisa di gabung kan dengan kain kafan.     

Brakkkk!     

Pintu terbuka dan terlihat Narsih yang muncul di depan mata si mbah. Si mbah terkejut karena Narsih muncul dari pintu dan memandang ke arah si mbah yang sedang membaca ritual menghentikan ritualnya dan melihat ke arah Narsih.     

"Wah, ada tamu yang tidak di undang sama sekali. Apakah kabar wanita cantikku? Kamu merindukan aku? Jika iya, ayo kita saling bermadu kasih. Aku menginginkanmu sayang." si mbah dukun membuat Narsih memandang tajam ke arah dukun yang sudah membuat dia ingin membunuh si dukun.     

"Jangan pernah bermimpi jika hidupmu akan lama dan aku pastikan kamu akan mati, bersiaplah," ucap Narsih dengan suara datar.     

Si mbah hanya tersenyum dan saat Narsih akan menuju ke arah dukun itu dia langsung terhenti karena tidak bisa ke arah dukun itu. Narsih melihat ada sesuatu yang menghalangi dia untuk ke arahnya.     

"Ayo, sini mendekatlah dan jangan tidak mendekat, aku menunggumu untuk membunuhku hahaha!" tawa si mbah dengan wajah mengejek.     

Narsih yang baru menghabisi anak buahnya pocong tersenyum dalam balik rambutnya yang tertutup dan melihat ke arah mbah dukun. Narsih melempat kain pocong anak buah dukun itu. Mbah dukun yang dapat lagi kain kafan dari Narsih terdiam, dia tahu tanda dari kain kafan itu.     

Melihat kain kafan yang dilemparkan Narsih, si mbah mengepalkan tangannya dan mengerang karena lagi-lagi anak buahnya harus habis di tangan Narsih,     

"Pantas saja, dia tidak bisa dipanggil dan kain kafan ini muncul ternyata dia sudah dilenyapkan oleh dukun ini, percuma aku melawan dia, jalan satu-satunya aku harus mendapatkan wanita itu, aku harus jadikan dia tumbal untuk melawan wanita hantu ini," gumam mbah dukun yang memegang kain kafan pocongnya yang sudah Narsih lenyapkan.     

"Aku tidak kalah, aku akan bisa melenyapkanmu, aku akan bisa, karena aku tidak kan membuat kamu tenang dan aku pastikan kalau aku mati kamu juga, aku akan buat kamu tidak akan kembali, arwahmu akan aku buat gentayangan selamanya." si mbah geram karena dia tidak bisa melawan Narsih.     

"Aku tidak takut sama sekali. Silahkan kamu lakukan apapun itu, aku tidak perduli. Jika kamu menganggu lagi maka aku akan melakukan hal yang tidak mungkin kamu pikirkan. Jadi bersiaplah, jika memang ingin nyawa lebih lama maka pergi dan menjauh dari dendamku," ucap Narsih yang langsung pergi dari hadapan mbah dukun.     

Dukun yang mendengar ancaman dari Narsih mengepalkan tangannya dan melempar wadah tanah liat ke pintu. Prangggg! Brakkkk!     

"Sialan kamu! Aku akan membuat kamu mendapatkan balasan. Narsih, aku pastikan kamu mendapatkan semuanya, aku pastikan itu!" Geram mbah dukun yang sudah tidak bisa dia bendung lagi.     

Narsih yang masih berdiri di depan rumah si mbah hanya bisa mendengarkan umpatan dari si mbah yang kesal dengannya. Narsih pergi dari rumah si mbah dan ingin melihat apa yang terjadi dengan anak buah dukun itu.     

Si mbah menahan emosinya, dia mengambil kendi yang masih tertutup kain putih dan ada kembang yang ada di atasnya. Mbah dukun tersenyum melihat kendi yang dia pegang.     

"Tinggal ini harapanku dan keempat orang itu yang akan menjadi poinku untuk membuat Narsih hancur dan aku akan buat dendam Winarsih tidak akan terwujud sampai kapanpun, aku akan melihat bagaimana rupa dia jika dendamnya tidak terwujud sama sekali." si mbah tersenyum melihat rencana yang akan dia wujudkan dan dia percaya kalau dia akan memenangkan pertarungan ini, ya, tinggal sedikit lagi menuju kemenangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.