Dendam Winarsih

Cari Dia



Cari Dia

0"Tidak diangkat mbah, bagaimana ini mbah?" Tanya anak buah si mbah.     

"Coba kamu telpon lagi dia, jangan sampai kita lepaskan dia. Kita sudah dapat arwah istrinya, arwah itu yang akan melawan Narsih, kita masih butuh arwah satu lagi. Kamu telpon dia lagi, jangan sampai dia tidak mengangkatnya, dengan arwah wanita satu lagi, kita bisa membuat wanita hantu itu akan hancur," Ujar mbah dukun kepada anak buahnya.     

"Baik mbah, akan saya telpon dia sekarang ya." Anak buah dukun itu menelpon Diman, dia ingin Diman jadi target selanjutnya.     

Diman tidak mengangkat telpon dari dukun itu, dia tahu kalau anak buah itu ingin mengajak dia bertemu, terlihat dari pesan yang berkali-kali masuk ke dalam ponselnya.     

"Bagaimana? Apa dijawab oleh dia?" Tanya si mbah kepada anak buahnya.     

"Tidak mbah, dia tidak jawab mbah, pesan saya juga tidak di jawab mbah, apa mau di telpon lagi atau bagaimana mbah?" Tanya anak buah si mbah.     

Mbah dukun yang menerima jawaban dari anak buahnya hanya diam dan memikirkan apa yang akan dia lakukan saat ini, dia harus mendapatkan tumbal lagi, istri Diman yang jadi sasarannya, setelah itu dia akan mengincar wanita satunya yang mirip dengan hantu itu, dengan begitu dan bisa menambah kekuatan di dunia gaib.     

"Cari dia sekarang, aku mau dia ke sini dan aku akan buat dia ritual seperti semalam, pergi sana cepat." Perintah Mbah dukun kepada anak buahnya untuk segera pergi menemui Diman untuk dia bawa ke sini.     

Anak buah dukun itu menganggukkan kepala dan langsung pergi dari hadapan si mbah dukun. Mbah dukun tersenyum kecil dia senang karena bisa mendapatkan tumbal satu lagi dan ini harus dari hati mereka jika tidak maka tumbal ini tidak akan berhasil dan semoga pria itu mau ke sini dari hatinya bukan paksaan anak buahnya.     

Diman yang melihat telepon berkali-kali berbunyi mulai memandang ke arah telponnya, dia ragu untuk menjawabnya, apa lagi mendengar apa yang Deka katakan padanya.     

"Aku tidak boleh bertemu dengan dukun itu, jika aku bertemu, maka habislah aku, aku akan menyerahkan keluargaku, sial! Kenapa aku harus terjebak dengan dukun sialan itu, aku tidak menyangka kalau dukun itu akan menjebak kami!" Diman benar-benar geram dan kesal karena percaya dengan dukun itu.     

Anak buah dukun itu tidak perlu berlama-lama untuk sampai di tempat Diman, dia ingin segera menyelesaikan apa yang si mbah katakan, dia ingin membawa Diman ke tempat mbah dukun dan melakukan ritual yang sudah mbah dukun persiapkan.     

"Ini kantornya ya? Besar juga kantornya, apa dia ada di sini ya?" Tanya anak buah dukun itu dalam hati.     

Anak buah dukun itu masuk ke dalam dan bertemu resepsionis yang menyambutnya dengan senyuman. Anak buah dukun itu menatap ke arah wanita yang menyambutnya.     

"Permisi, bisa bertemu dengan pak Diman?" Tanya anak buah dukun itu.     

"Apa sudah ada janji sebelumnya?" Tanya anak buah dukun itu dengan sopan.     

Anak buah dukun itu geleng kepala, karena dia saja tidak tahu kalau menemui orang harus pakai janji. Resepsionis tersenyum ke arah anak buah si dukun itu.     

"Kalau begitu buat janji dulu baru bisa bertemu, jika tidak maaf ya pak," Ucap resepsionis itu dengan lembut.     

Anak buah dukun itu yang bernama Paimin hanya menghela nafas panjang, dia tidak tahu harus apa saat ini, mana mungkin dia pulang jika tidak bersama dengan targetnya.     

"Ya sudah, kalau begitu saya permisi dulu," Ucap Paimin kepada si mbak resepsionis.     

Paimin keluar, dia berjalan ke arah taman dan duduk sambil menunggu Diman. Dia tidak akan pulang dari kantor Diman sebelum dia mendapatkan Diman, dia akan di marahi si mbah jika dia tidak membawa Diman.     

Tut … tut …     

Sekretaris Diman mendapat telpon dari resepsionis bahwa ada yang mencari pak Diman. Sekretaris yang mendapat pemberitahuan dari resepsionis mengiyakan dan mengakhiri panggilannya dengan resepsionis bosnya.     

Sekretaris Diman masuk ke dalam ruangan bosnya. Tok … tok …     

"Masuk." Diman menyahut ketukan dari luar.     

Ceklekk!     

Pintu ruangan Diman terbuka, Diman melihat sekretarisnya masuk dan menghadap padanya.     

"Ada apa? Mana laporan yang kamu buat? Kenapa tidak kamu kasih ke saya?" Tanya Diman kepada sekretarisnya     

"Ini pak laporannya, dan satu lagi, tadi kata resepsionis ada yang mencari bapak, tapi dia tidak ada janji dengan bapak, dan orangnya sudah pergi, karena resepsionis tidak mengizinkan dia masuk ke dalam," Ucap sekretarisnya Diman.     

Diman menyergitkan keningnya, dia tidak tahu siapa yang mau bertemu dengannya. "Apa, kamu ada janji tapi tidak diketahui oleh saya?" Tanya Diman kepada sekretarisnya.     

"Saya tidak ada janji yang terlewatkan untuk Anda pak, apa lagi datangnya mendadak, mereka akan kabari saya dulu dan bertanya dengan saya, apakah Anda bisa bertemu dengan Anda atau tidak, jika tidak maka mereka tidak akan datang," Ucap sekretaris Diman.     

Diman menganggukan kepala dan memandang sekretaris, Diman mengibaskan tangannya dan meminta dia sekretarisnya untuk kembali bekerja. Sekretaris Dede menundukkan kepala dan langsung keluar dari ruangan bosnya.     

"Apa dia anak buah dukun itu ya?" Jika iya maka habislah aku, aku tidak akan bisa menemui dia, aku tidak akan mau, aku harus menjauhi dia," Gumam Diman dengan wajah yang panik.     

Diman mengambil telpon dan menghubungi sekretarisnya, dia mau sekretarisnya menjauhi pria tadi. Diman menekan tombol satu di telpon kantornya.     

"Iya Pak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya sekretarisnya     

"Kamu katakan security atau resepsionis, jangan kasih masuk pria tadi, usir saja, saya tidak mau bertemu dengan dia, dan awasi dia untuk tidak mendekati saya dan termasuk kantor ini," Ucap Diman kepada sekretarisnya.     

Diman memberikan perintah pada sekretarisnya, untuk tidak mengizinkan dia untuk mendekati kantornya.     

"Baik, akan saya katakan pada sekuriti dan resepsionis kita." Jawaban dari sekretarisnya Diman bisa membuat dia lega.     

Diman mengambil telpon untuk menghubungi pengawal di rumah, dia mau mereka mengawasi keluarganya, dia takut jika pria yang datang tadi ke rumahnya.     

"Ini tidak boleh dibiarkan aku tidak boleh lengah dan aku tidak mau istriku akan jadi tumbal dukun sialan itu." Diman mengepalkan tangannya dengan kencang. Dia tidak mau istrinya jadi tumbal dia akan menjaga keselamatan istrinya.     

Sekretarisnya Diman menelpon resepsionis yang ada di bawah, dia ingin mengatakan kepada resepsionis dan sekuriti untuk tidak mengizinkan pria itu masuk. Paimin yang duduk di bangku melihat sekuriti mendekati dia.     

"Permisi, saya mau sampaikan, untuk tidak yang berkepentingan, dilarang untuk berada di sini, dan maaf silahkan anda keluar ya dari sini," ucap pak sekuriti kepada Paimin.     

Paimin yang sedikit terkejut hanya diam dan berdiri dari tempat duduknya, dia memandang ke arah perusahaan sebelum pergi dari kantor Diman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.