Dendam Winarsih

Ini Mengerikan



Ini Mengerikan

0"Jadi, ayo kita pergi." Mang Jupri mengajak yang lain pergi ke rumah sakit.     

"Ini gila, aku tidak bisa menyangka jika kita akan ke sana malam-malam." Ian meringis ketakutan karena dia akan menemukan hal yang aneh nantinya.     

Pada akhirnya dia harus pergi juga. "mang kalau di tanya Bram Mang dari mana gimana? Apa mamang sudah ada jawabannya?" tanya Dino yang sedikit khawatir bila Bram bertanya dia dari mana.     

"Sudah, jangan risaukan saya. Saya sudah katakan pada istri saya kalau saya akan ke rumah sakit dan nanti jika mereka tanya ke istri saya nanti mereka bilang akan ke desa mau lihat hasil panen," ucap mang Jupri.     

"Bagus kalau begitu, aku tenang mang. Bukan apa, takutnya dia curiga dengan mang Jupri. Sudah ayo kita pergi, nanti terlambat lagi," ujar Dino kepada yang lainnya.     

Semuanya naik ke mobil dan langsung meluncur membelah jalanan. Suasana malam benar-benar hening dan membuat Ian dan Toni merinding. Paijo yang membawa mobil ke rumah sakit. Satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Paijo memarkirkan mobil sedikit ke dalam agar tidak ada yang melihatnya.     

"Aku rasa kita mendapatkan masalah jika ketahuan kesini," cicit Ian yang melihat sekeliling.     

"Mas Paijo kenapa parkir di sini. Dih serem sekali aku lihat. Apa tidak ada ya, tempat yang lain ya?" tanya Toni yang melihat tempat parkir yang Paijo memarkirkan mobilnya.     

"Kalau mau rame tempat parkir ke taman hiburan kamu. Sudah, jangan banyak protes, nanti bisa di datangi kita," cicit Ian dengan pelan di telinga Toni.     

Toni yang mendengar apa yang dikatakan oleh Ian menelan salivanya. Paijo yang sudah bergabung dengan yang lainnya, mengikuti jalan mang Jupri. Mereka cukup terkejut karena mang Jupri tahu seluk beluk rumah sakit, padahal dia termasuk orang baru dan baru datang ke sini juga.     

"Aku rasa ya, mang Jupri penunggu rumah sakit ini lah, benar gak sih?" tanya Ian dengan berbisik ke Toni.     

Toni yang mendengar apa yang dikatakan oleh Ian mengangguk. Dia pun merasakan kalau mang Jupri sudah sehati dengan rumah sakit.     

"Kita nanti lewat tangga ini ya, kita harus dari sini, karena dari depan ada perawat yang lewat sana lewat sini. Takutnya, kita ketahuan," ucap mang Jupri.     

Mang Jupri melangkah dengan pelan dan perlahan. Mang Jupri terbongkok-bongkok naik di belakang ada Mang Dadang, Paijo, Ian, Toni dan di bagian belakang Dino. sampai di lantai atas, mang Jupri melihat sekeliling, aman dan sepi.     

"Ayo kita pergi sekarang, kita harus segera ke sana," ujar mang Jupri kepada Mang Dadang.     

Mereka berjalan perlahan dan berpura-pura untuk bersikap tenang, walaupun dalam hati mereka cemas dan jantung juga berdetak kencang. Mang Jupri menunjuk ke kamar yang di ujung. Dino yang melihatnya dari kejauhan.     

"Kita masuk bagaimana?" tanya Dino kepada mang Jupri.     

"Ada ruang kebersihan, kita bisa gunakan itu," ucap mang Jupri kepada Dino.     

Ian mendengus karena perkataan mang Jupri. "mang kalau cari penyamaran jangan yang membuat kita ketahuan. Kalau semua menjadi karyawan kebersihan bisa, kita di suntik mati dan di lempar ke kamar mayat. jangan asal gitu mang." Ian kesal karena mang Jupri main omong saja.     

"Yang bilang semua jadi karyawan kebersihan siapa? Makanya kamu itu nyimak. Saya katakan kalau ada ruang kebersihan di sana, dan bisa saja kita menemukan sesuatu yang berharga nantinya," ujar mang Jupri kepada yang lainnya.     

Mang Jupri kembali berjalan ke tempat yang dia katakan tadi. Mang Jupri membuka pintu dan terlihat berbagai pakaian yang sudah bersih tersusun rapi.     

"Salut lah dengan karyawan di sini. Lihatlah, mereka sangat rapi dan tidak ada yang kotor." Ian salut melihat ruangan yang mang Jupri bawa.     

Mang Jupri memberikan pakaian yang sesuai dengan yang mereka butuhkan. Mang Dadang mengambil pakaian dan memakainya. cukup bagus dan wangi. Setelah selesai, mereka keluar dari ruangan dan membawa peralatan yang sudah mang Jupri siapkan.     

Brakkk!     

Suara terdengar sangat keras dari ruangan sebelahnya. Ian dan Toni melihat ke sumber suara dan lirikkan Ian membuat bulu kuduknya merinding dan ini menyeramkan sekali pikirnya dalam hati?     

"Dino. aku takut sekali," celetuk Ian sambil merapat di lengan Dino.     

Dino yang di peluk oleh kedua orang ini hanya bisa diam dan tidak berkata apapun. Dino mencoba melepaskan tangan keduanya. Dia jadi susah untuk bergerak. Mang Jupri dan Mang Dadang juga melihat ke sumber suara.     

"Mang, tadi siapa? Apa itu penunggu di sini kah?" tanya Toni yang melihat sekeliling.     

"Kalau kalian seperti ini, bisa ketahuan kita. Santai saja, jangan ketakutan." mang Jupri mengatakan jangan takut dan harus tenang.     

"Cihh! Tenang apanya mang, apa nggak lihat kita itu di mana. Dan suara itu membuat aku ketakutan. Jadi, jangan minta aku tenang dan santai. Tapi, mana si mbak manis Dino ya?" tanya Ian yang mencari Narsih.     

Semua mencari ke segala arah dan Narsih tidak terlihat sama sekali. "Sudah, jangan cari dia nanti juga ketemu. dia pasti sudah di kamar teman Bram." Mang Jupri meminta mereka untuk lanjut.     

Semuanya mengabaikan apa yang mereka dengar tadi. Mereka sampai di ruangan Deka. Mang Jupri menunjuk ke arah ruangan dan mengintip, terlihat Deka bersama istrinya. Mereka beruntung lorong rumah sakit tempat mereka berada sepi tidak ada suster atau perawat sama sekali.     

"Ayo ikut aku dulu. Kita bicarakan dulu, siapa yang akan masuk." Mang Jupri mengajak mereka untuk pergi dan membicarakan semua yang akan mereka lakukan.     

Mang Dadang dan yang lainnya mengangguk dan langsung mencari tempat yang aman dan tempat itu jatuh pada kamar mayat. Semua yang ikut hanya bisa menekukkan wajahnya.     

"Benar-benar ingin aku gantung si mamang ini di pohon beringin tadi. Bisa-bisanya bawa kita ke sini. Ini bukan aman lagi, ini lebih dari aman, karena tidak ada yang masuk. Dibayar juga aku tidak mau, ini kalau salah ketua." Ian mengerutu karena mang Jupri seenaknya main masuk.     

Mang Jupri yang sudah masuk dan duduk merasakan ruangan ini dingin. dia melihat sekeliling dan keningnya berkerut dan memandang banyak yang tergeletak dan di tutup pakai kain dan sampai jumlahnya tidak banyak.     

"Tempat apa ini? Kok kita bisa di sini? Bukannya kita cari tempat yang aman untuk diskusi siapa yang masuk tadi ya?" tanya mang Jupri yang heran kenapa bisa masuk kesini.     

Semua memandang ke arah mang Jupri yang bingung sendiri, dia yang ajak masuk dia juga yang terkejut karena salah tempat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.