Dendam Winarsih

Tolong Bertahan Lah



Tolong Bertahan Lah

0Bram memandang sendu ke arah Nona, Bram tidak bisa berkata apapun. non2a melepaskan tangannya Bram, dia tidak bisa lagi, Nona manusia biasa dia bukan turunan Narsih, jika ada kesamaan itu hanya kebetulan saja pikirnya.     

"Tolong bertahanlah Nona. Aku mohon padamu. Jika pun nanti aku meninggal, aku bisa bersamamu," ucap Bram.     

Bram tahu kesalahan di masa lalu membuat dia menderita di masa depan. Nona tidak tega melihat Bram yang terlihat lemah tapi wajar kah dia ikut lemah.     

"Aku takut Bram, aku tidak tahu apakah kamu tetap melindungiku atau tidak. Aku takut kamu berubah pikiran Bram. Apa jaminan aku bisa percaya padamu?" tanya Nona kepada Bram.     

"Aku akan selalu melindungi. Kalau perlu, kamu ikut aku dan jangan kerja lagi, tetap di rumah dan menikahlah denganku." Bram mengatakan sesuatu yang membuat Nona makin tidak bisa berbuat apapun.     

"Aku wanita biasa saja, aku tidak seperti wanita di luar sana Bram. Aku juga tidak bisa memberikan kamu kebahagiaan sama sekali." Nona berusaha menolak tapi melihat wajah dan mata Bram menunjukkan sayu.     

"Aku hanya seorang pembunuh kan? Makanya kamu seperti ini. Kamu menolakku kan?" tanya Bram dengan wajah yang sendu.     

Nona geleng kepala dia bukan tidak mau dia hanya tidak ingin mengecewakan Dino. Dino pria yang dia cintai.     

"Kita selesaikan dulu masalah kamu Bram, nanti baru kita bahas. Aku sudah katakan padamu kan Bram. Kamu tentu tidak lupa kan Bram."     

Bram mengangguk dan menghela nafas kasar. Nona mengusap wajah Bram dengan lembut. Nona bisa melihat wajah Bram yang terlihat sangat tampan tapi dia tidak bisa di jangka sama sekali. Bram tersenyum karena Nona mengusap pipinya dengan lembut.     

"Sudah, ayo kita keluar tidak enak dengan paman dan bibik kamu. Aku mau kamu di sini saja. Tidak ada penolakan sama sekali. Kalau kamu mau berhenti kerja aku dukung dan jika tidak aku akan lindngimu. Aku akan jemput kamu dan mengantar kamu kerja." Bram berusaha mengalah agar Nona berada di rumahnya.     

Nona tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Nona dan Bram keluar dari ruangan kerja Bram. Mang Jupri melihat ke arah Bram dan Nona. Mang Jupri yakin kalau Nona tidak jadi pindah dari rumah ini. Nona geleng kepala dan tersenyum kecil ke arah mang Jupri. Mang Jupri ikut tersenyum.     

Dino dan ketiga pria yang tengah melamun di kejutkan dengan kedatangan Narsih. "akhhh!kenapa kamu mengagetkan aku mbak manis. Apa kamu ingin aku menjadi hantu juga hahhh!" teriak Ian yang terkejut melihat Narsih berdiri di meja kerja Ian.     

Dino mengusap dadanya, Paijo dan Toni segera meminum air. "mbak kenapa ada di meja? Tidak sopan mbak. Turun cepat." Toni meminta Narsih turun     

Narsih menghilang dari pandangan ke empatnya dan muncul lagi sebelah Ian. Ian yang minum air menyembur air ke arah Dino, lagi-lagi dia terkejut karena kemunculan Narsih di sebelahnya.     

"Mbak bisa nggak tidak mengagetkan aku? Kalau sekali lagi mbak mengejutkan aku lagi, aku bisa mati benaran mbak. Bagaimana dengan kekasihku yang belum aku jumpai." Ian mengusap mulutnya dia kesal karena Narsih main muncul di sembarangan tempat.     

"Dan bagaimana dengan wajahku yang kamu sembur hahh! Kamu ini terlaluan sekali. mulutmu bau kuda nil tahu tidak." Dino kesal dia harus menerima semburan dari Ian.     

Ian hanya memutar bola matanya mendengar apa yang dikatakan oleh Dino. "makanya kamu kasih tahu pada mbak manis kamu jangan muncul tiba-tiba. Kalau aku tidak jadi teman kalian lagi bagaimana?" tanya Ian yang masih sempat menarik rambut Narsih.     

Narsih yang rambutnya di tarik oleh Ian memandang tajam ke arah Ian. Golok yang dia pegang di tancapkan di meja kerja Ian.     

Brakkk!     

Ian, Dino, Paijo dan Toni mengindar dari golok Narsih. Ian menelan salivanya karena golok Narsih sudah mulai keluar. Ian tersenyumm kecut dan mengangkat jempolnya ke arah Narsiih.     

"Kamu mau apa mbak? Tumben ke sini? Apa kali ini makam mbak dibongkar lagi atau makam suami mbak manis yang di bongkar?" tanya Dino .     

"Aku akan gantikan Nona. Mereka akan menculik Nona aku akan mengganti posisi Nona. Apa kalian setuju?" tanya Narsih.     

Dino terdiam begitu juga dengan yang lainnya."mbak manis mau gantikan Nona? Apa tidak salah ya? Kalau siang hari mana mungkin bisa keluar mbak manis."     

"benar itu, jika keluar malam boleh lah, tapi kalau siang bagaimana. Dan mbak juga tidak bisa mendekati Bram juga karena dia memakai jimat. Yang ada mbak manis bisa seperti waktu itu. Benarkan Dino? Kalau mbak manis kamu ini tidak bisa memegang Bram kan?" tanya Ian kepada Dino.     

"Benar itu, mbak nggak bisa mendekati dia kan. Jadi bagaimana bisa menggantikan posisi Non. Kami tidak tega jika mbak kenapa-napa. Kami sebenarnya tidak tega dengan Nona, tapi kami mau buat apa." Dino sedih karena kekasihnya harus melakukan ini.     

"Aku akan keluar saat malam saja, dan untuk jimatnya itu tidak masalah. Aku tidak akan menyentuhnya." Narsih masih tetap ngotot untuk menggantikan posisi Nona.     

Dino memandang temannya, dia mau meminta mereka memberikan saran atas permintaan Narsih.     

"Kita tanya kan ke mang Dadang. Jika dia ok, aku akan ikut saja. Kamu tahu kan aku ini tidak bisa kasih keputusan yang baik. Kita harus memikirkan semuanya. Jika baik kita ambil jika tidak maka kita cari jalan yang lain." Ian menyerahkan ke mang Dadang karena mang Dadang yang lebih tua dari mereka.     

"Kita tanya mang Dadang dulu ya mbak Narsih. Jika tidak bisa maka jangan maksa ya mbak. Kalau Nona mau di culik mbak bisa melindungi dia. Itu sudah dari cukup." Pinta Dino kepada Narsih dan di anggukkan oleh Narsih.     

"Baiklah, ayo kita pulang sekarang. Kita harus tanya mang Jupri apa yang terjadi dan menanyakan masalah ini juga." Paijo bersiap pulang untuk berdiskusi masalah ini.     

Dino dan Ian pun ikut membereskan pekerjaannya dan langsung pulang. Ke empatnya berjalan menuju parkiran, Ian tanpa sengaja melihat mobil yang mencurigai sedang memperhatikan kantor mereka.     

"Itu ada mobil yang mencurigai. Kira-kira itu mobil siapa ya?" tanya Ian.     

Dino mengidikan bahunya, Dino memicingkan matanya dan melihat ke arah mobil yang memperhatikan kantornya.     

"Apa dia anak buah Deki, pengusaha yang datang mencari Nona ? Dan apa yang dikatakan mbak Narsih itu benar kalau Nona mau diculik oleh mereka." Dino memandang ke arah Ian yang duduk di sebelahnya.     

Ian geleng kepala karena dia tidak bisa asal sebut saja karena dia tidak tahu itu siapa, entah anak buah Bram atau anak buah si Deki itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.