Dendam Winarsih

Lagi-lagi Mimpi Buruk



Lagi-lagi Mimpi Buruk

0Bram pulang ke rumah, dia senang karena Nona akan menjadi miliknya, dia harus menjaga Nona, dia tidak mau Deki mendekati dirinya dan tentu saja dia tidak mau sahabat Nona mendekati Nona juga, hanya dia yang bisa.     

"Aku harus menjauhi mereka, aku tidak mau mereka mendekati Nona." Bram senang karena harinya menyenangkan.     

Bram naik ke atas kamarnya, dia ingin membersihkan dirinya. Dia merasa ada yang mengikuti tapi dia diam saja, dia tidak peduli. Bram masuk kekamar mandi, dia meletakkan jimatnya di pintu agar Narsih tidak masuk.     

"Aman, dia pasti tidak bisa masuk, aku akan buat kau menyerah Narsih," gumam Bram dengan senyum smirk.     

Bram mandi dengan hati gembira selesai mandi dia langsung pakai jimatnya kembali baru memakai pakaiannya. Bram masih melihat ke arah jendela, bayangan dari Narsih terlihat jelas dari kain gorden. Bram hanya geleng kepala, Narsih begitu kuat mengejarnya.     

"Aku lelah lebih baik aku tidur, besok aku akan bertemu Nona, sekalian mau memperlihatkan rumah baru untuk Nona tinggalin, aku harus kasih pengawal untuk berjaga di rumah itu," gumam Bram.     

Bram melihat ke arah langit-langit rumahnya, dia tersenyum dan tentu saja membuat dia berkhayal, dia merasakan Nona ada di sebelahnya. Lama kelamaan Bram memejamkan matanya dan masuk ke alam mimpinya.     

Bram melihat sekeliling tempat yang dia datangi dulu dan itu Desa Salak. Bram berjalan sendirian dan memicingkan matanya, dia melihat sosok dia waktu muda dulu melihat Narsih muda yang mirip dengan Nona.     

"Nona." sapa Bram.     

Sosok yang dia panggil tidak menoleh. Bram melihat wajah mudanya mendekati Narsih dan tersenyum. Dia ingat Narsih dan dirinya berkenalan, saat itu dia sangat menganggumi Narsih.     

"Boleh kenalan?" tanya Bram muda.     

Bram mendekati keduanya, dia mendengar suara Bram mengajak Narsih berkenalan. Narsih yang mendengar suara pria di depannya menyebutkan namanya.     

"Narsih, kang siapa ya?" tanya Narsih.     

"Saya Bram, nama kamu cantik sama seperti orangnya," ucap Bram dengan wajah berseri.     

Keduanya tersenyum sampai seorang lelaki muncul dan mengajak Narsih pergi. Bram menahan tangan Narsih, dia tidak terima kalau Narsih pergi, tapi pria itu mencekal tangan Bram.     

"Jangan kamu sentuh calon istriku, kau bukan muhrimnya, paham," ucap pria itu dengan tegas.     

Bram mengepalkan tangannya dia tidak peduli sama sekali, Bram dengan cepat menarik pria tadi dan memukulnya dengan kencang. Bram melihat apa yang dia lakukan, bukan seperti itu pikirnya.     

"Tidak, bukan seperti itu, aku yakin, tidak seperti itu aku yakin. Hei! Kau Narsih, jangan mengarang cerita kau! hantu sialan!" teriak Bram.     

Narsih melihat ke arah Bram dan tersenyum. dia sengaja melakukan itu. Bram geleng kepala dan tentu membuat dia geram. Dia ingin menarik pria yang berwajah dirinya tapi tidak bisa. Dia seperti memegang angin tidak bisa dia raih.     

"Kau sudah lihat Bram, dia akan menjadi sasaranku, jadi kau pahamkan?" tanya Narsih dengan tatapan mengerikan.     

Narsih berubah menjadi wujud semula, Narsih mendekati pria yang mirip dengan Bram dan seketika dia membunuh pria itu dengan kejam dan sangat tajam. Bram yang melihatnya menjerit.     

"Aaaaa! Jangan kau bunuh dia! Dia tidak salah, lepaskan dia hantu sialan! Aku akan membunuhmu juga!" teriak Bram dengan kencang.     

Narsih tidak peduli sosok yang mirip Bram dia bunuh dengan sangat kejam, dia juga menarik kepala pria yang mirip dengan Bram. Teriakkan pria itu membuat Bram menutup kupingnya. Bram terjatuh dan menutup matanya, dia geleng kepala dan menangis histeris.     

"Tidak, ini tidak boleh terjadi, aku yakin ini tidak boleh terjadi. Aku yakin ini, aku yakin ini tidak akan terjadi ini semua mimpi aku yakin ini mimpi. Aku tadi tidur ya, aku tidur!" teriak Bram dengan kencang.     

Kepala pria yang mirip Bram jatuh di hadapan dia dan tentu membuat bram kaget dan mundur kebelakang. Kepala itu masih membelakkan matanya dan tentu membuat Bram ketakutan.     

"Karena kau, karena kau yang melakukan ini aku jadi seperti ini, kau harus tanggung jawab bram, aku tidak terima Bram, kau harus mati juga, harus mati bram hahahaha!" teriak pria itu.     

Bram geleng kepala dan menutup mata dan kupingnya agar tidak mendengar suara tawa dan suara panggilan dari pria yang kepalanya lepas. Bram bangun dan berlari sekencang yang dia bisa.     

"Aku di mana ini! Akhhhh! Aku tidak boleh di sini aku harus pergi, aku harus pergi sekarang," gumam Bram.     

Bram yang ingin lari ditahan oleh tangan seseorang yang tentu tangan itu sangat menakutkan sekali. Bram menoleh ke samping dan tangan itu memegang golok, dia mencari jimatnya, tapi tidak ada, dia menggigil karena ada Narsih di dekatnya.     

"Bersiap lah Bram, aku akan membunuhmu, ya hari ini aku akan membunuhmu," ucap Narsih yang menancapkan golok ke arah leher Bram     

Srettt!     

Satu tarikkan membuat Bram tewas dan kepalanya langsung putus. Bram kaget dan langsung bangun, dia melihat sekeliling, ternyata dia hanya mimpi, ya hanya mimpi.     

"Lagi-lagi mimpi buruk lagi, " gumam Bram yang mengusal wajahnya yang penuh keringat. Bram memegang lehernya dengan cepat, Bram juga mencari jimatnya, aman pikirnya.     

"Mimpi ini menakutkan sekali seperti mimpi rasanya," ucap Bram yang mencari sekeliling kamarnya Narsih tidak ada pikirnya.     

Bram tertidur kembali dan menutup matanya, Bram kembali tidur sampai pagi. Dia tidak lagi mimpi. Bangun pagi Bram langsung ke kamar mandi. Dia melihat lehernya sedikit merah, seperti bekas cekikan apa mimpi itu nyata, apa jimat ini tidak berfungsi lagi pikirnya.     

"Apa dia yang melakukannya? Apa benar? Aku harus bertemu Diman, aku mau ajak dia bertemu dukun lagi, aku mau tanya kenapa bisa mimpi ini nyata," gumam Bram pelan.     

Bram bergegas ke tempat Diman, dia mengirimkan pesan ke pada Diman untuk bertemu dan Diman menjawab ok. Bram bergegas turun, dia tidak sarapan, dia akan membeli bubur yang biasa dia beli. Dia juga akan membelikan untuk Nona dan untuk dia juga Diman. Setelah sampai, dia membeli bubur dan langsung ke tempat Nona.     

"Pak. Tunggu sebentar ya, jangan kemana-mana saya mau ke temu dengan orang dulu di sini dan ini bubur untuk bapak, makan dulu ya, saya sedikit lama juga nanti," ucap Bram kepada supirnya.     

"Terima kasih pak Bram." Supir itu senang karena majikannya memberikan dia makanan untuk dia makan.     

Bram berjalan cepat menuju ruangan Nona, sampai di ruangan Nona sedang menyiapkan berkas dan segera pergi keluar, dia akan ke kantin membeli minum. Nona kaget ada Bram di sana.     

"Ram, kamu di sini?" tanya Nona yang kaget pagi-pagi Bram datang.     

"Iya, aku mau antar ini. Kamu makan ya, aku sebenarnya ingin makan bersama tapi, ada janji nih, kamu makan sendiri saja tidak apa kan?" tanya Bram lagi.     

"Iya tidak apa, kamu pergi sana, nanti nunggu lama lagi orangnya," ucap Nona dengan senyuman manisnya.     

Bram benar-benar tidak bisa berpaling, Nona benar-benar mirip seperti yang di dalam mimpinya. Narsih muda ya mirip Nona dan apa mimpi itu akan terjadi pikir Bram lagi. Nona melambaikan tangannya dan tersenyum ke arah Bram.     

"Kenapa Ram?' tanya Nona yang penasaran dengan Bram yang melamun sambil menatapnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.