Dendam Winarsih

Bunuh Orang Dosa Nggak



Bunuh Orang Dosa Nggak

0"Mang, kalau bisa hati-hati ya, jangan sampai mang dan yang lainnya ketahuan oleh anak buah Bram, dia sekarang ini sedang mengintai kami lagi dan lihat lah dia berada di kantor kami," kata Dino.     

"Dinosaurus, mana bisa lihat si mamang, mereka di kantor kita si mamang di rumah, bilang saja mereka di sana jangan keluar bukan di suruh lihat," ucap Ian yang mendengar pembicaraan keduanya.     

Dino mencibik dan menatap ke arah Ian dengan jengah. "jadi mang, tolong jangan tinggalkan Nona, di lihat saja jika ada yang datang, jika tidak ada yang kenal jangan kasih buka, pokoknya diam saja ya mang," ucap Dino kepada Mang Dadang.     

"Baik, akan mamang awasi, kalian juga, jangan sampai kalian juga di awasi ya dan jangan sampai kalian diikuti, waspada juga. Bram makin gencar mengejar Nona dan dukun itu juga, mamang tidak tahu kenapa mereka mengejar Narsih, jika untuk ilmu mereka bisa kita yang sedikit kesulitan nak Dino," kata mang Dadang.     

"Kenapa gitu mang?" tanya Ian yang mendengar apa yang mang Dadang katakan karena Dino memakai speaker.     

"Sulit untuk melawan dia, ilmunya akan bertambah, kita hanya manusia Ian tidak seperti mereka yang punya ilmu tinggi," ucap mang Dadang.     

Semuanya diam tanpa berkata apapun, jika ilmu memang mereka kalah apa lagi ilmu gaib kalau ilmu lain mungkin mereka bisa tapi kalau sudah bicara gaib maka akan jadi panjang urusannya.     

"Ya sudah, kalian kerja saja, jangan mikirin dia lagi, kita harus waspada." mang Dadang menasehati Dino untuk lebih waspada.     

Panggilan keduanya berakhir, Dino pun meletakkan kembali ponselnya di kantung celana. Dino memandang ke arah Ian dan Paijo.     

"Kenapa tidak ke dukun juga?" tanya Toni.     

"Nggak perlu, aku yakin kita masih bisa menghadapi mereka semua," ucap Dino kepada Toni.     

Toni pun menganggukkan kepalanya dan melanjutkan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Ian bangun dan melihat jendela dan melihat apakah anak Bram masih di sana atau tidak.     

"Dino, coba lihat itu, mereka masih betah di sana apa bisa aku bunuh dia? Kira-kira kalau kita bunuh gimana ya?" tanya Ian yang sibuk mengintip anak buah Bram.     

"Ya ngga gimana-mana lah. Kalau mau bunuh ya bunuh saja, nggak ada larang kamu juga Ian," ucap Paijo sekenaknya.     

"Cihh! Aku serius. Bunuh orang dosa nggak ya?" tanya Ian kembali yang sibuk dengan acaranya sendiri.     

Cekllekk!     

Pintu terbuka dan terlihat manajer datang untuk melihat Dino dan menanyakan pekerjaan. Manajer yang melihat Ian sibuk di jendala dan mengintip hanya memasang wajah datar. Dino dan Paijo juga Toni gugup, mereka pasti kena sembur sama si manajer karena melihat kelakuan Ian yang nungging di jendela.     

"Kalau aku bunuh kamu tidak dosa Ian, apa lagi kalau aku melempar kamu dari jendela itu. Sekarang, kamu harus ingat ya, jangan buat saya yang dosa Ian!" teriak manajer.     

Ian yang mendengar teriakkan yang dia kenali suaranya langsung berbalik dan tersenyum kecil. Ian melambaikan tangannya dan menggarukkan tengkuknya.     

"Pak, sejak kapan di sana?" tanya Ian dengan wajah konyol.     

"Sejak kamu baru lahir, kenapa tidak kerja, pergi sana liputan di luar, jangan mengkrem saja di sini, kamu menyebalkan sekali," ketus manajer pada Ian.     

Ian pun segera pergi dari ruangan itu. Dari pada di pecat lebih baik dia tidak membantah dan pergi untuk kerja. Manajer hanya geleng kepala melihat kelakuan Ian.     

Dino dan yang lainnya sibuk ke sana ke mari kerja, sampai jam pulang kerja mereka masih belum juga pulang, hari ini pekerjaan banyak dan tentu lembur. Ian masuk dengan wajah kelelehan.     

"Dino, kenapa belum pulang, ayo lah kita pulang, nih aku tadi beli ayam bakar banyak, lumayan ada yang sadakoh," ucap Ian yang menunjukkan banyak makanan.     

"Tunggu sebentar ini sikit lagi. Toni kamu sudah selesai belum?" tanya Dino kepada Toni yang masih menyusun berkas.     

"Sedikit lagi, ini juga sudah selesai," ucap Toni.     

"Kita tunggu dia saja ya, nanti baru kita pulang ya," ucap Dino.     

Paijo dan Ian pun mengangguk, mereka berbincang dan tidak lagi membahas anak buahnya Bram sampai selesai, mereka pulang pun pulang.     

"Apa masih ada anak buah Bram?" tanya Paijo yang melihat ke arah luar.     

Paijo tidak melihat sama sekali anak buah Bram. "apa mereka sudah selesai mengintai kita?" tanya Ian lagi.     

"Itu siapa?" tanya Toni.     

Mobil Dino keluar dari kantor, tapi belum jauh dari kantor mereka kaget karena melihat mobil anak buah Bram mengikuti mereka. Ian yang membawa mobil tersenyum kecil karena dia akan mengerjain anak buah Bram.     

"Kalian bersiap ya, siapkan mental kalian ya, ingat kalian harus bersiap, saatnya kita balapan," ucap Ian.     

"Hei, kamu mau apa Ian, jangan macam-macam, ini udah malam Ian, nanti kita nabrak," ucap Dino kepada Ian.     

Ian tidak peduli karena dia langsung bergerak dan melajukan mobil dengan kencang. Ian tidak peduli, dia sudah terlanjur kesal. Kejar kejaran tidak terelakkan lagi dan Ian pun masuk daerah yang dia tidak dia ketahui sama sekali.     

"Siapa yang undang mbaknya mas Dino?" tanya Toni yang menunjukkan ke arah sampingnya.     

Dino dan Paijo melihat ke arah yang ditunjuk Toni. sejak kapan bisa di sini pikirnya. Ian tidak peduli dia masuk ke mana intinya dia terus bergerak ke sana ke mari sampai ujung jalan buntu mobil Ian berhenti dan mobil anak buah Bram juga berhenti di belakang.     

"Habis kita Ian, kita akan habis kali ini," ucap Paijo yang melihat mobil anak buah Bram menghalangi mereka.     

"Kalian jangan keluar, biar saya saja yang keluar, kalian di sini saja ingat ini urusan saya," ucap Narsih yang duduk di belakang.     

"Kamu bisa buat mereka pergi?" tanya Toni.     

"Dia bukan bisa buat mereka pergi tapi melenyapkannya juga bisa jadi waspada dengan mbaknya Dino ya," kata Ian sekenaknya.     

Dino hanya membolakan matanya dan geleng kepala, karena dia tahu kalau Narsih sudah bertemu anak buah Bram akan kejam dan tidak ada sedikitpun belas kasih. Anak buah Bram turun dari mobil dengan senjata di tangannya, Ian yang tadi berani mulai ciut, Narsih sudah tidak ada di mobil.     

"Wah, dia kabur Dino, mbak manis kamu kabur, habis lah kita ini," ucap Ian dengan tubuh gemetar.     

"Jadi. kita harus gimana ini? Saya takut mas Dino," cicit Toni yang melihat ke belakang ada anak buah bos Bram.     

Dino tidak tahu mau bilang apa, entah apa yang akan terjadi dengan dia dan rekannya. Anak buah Bram yang sudah dekat dengan mobil target mengetuk jendela mobil dan meminta mereka keluar. Ian memandang ke arah Dino untuk meminta jawaban ke Dino apakah mereka keluar atau tidak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.