Dendam Winarsih

Jangan Ganggu Aku



Jangan Ganggu Aku

0Toni menelan salivanya, dia tidak sanggup melihat wajah menyeramkan Narsih. Narsih membawa dia mundur ke belakang, tempat gelap dan kosong membuat Toni gemetar dan tidak bisa lagi memohon ampun atau lari.     

"Kau mau apa?" tanya Toni dengan suara gugup.     

Narsih sudah berubah menjadi wujud aslinya, dia juga memandang Toni yang sudah pucat dan berkeringat dingin. Dia tidak pernah sama sekali ingin membunuh Toni, dia hanya ingin menakuti Toni saja.     

"Ak-aku tidak tahu apa-apa sumpah, aku tidak tahu apa-apa mbak, aku hanya ikut saja. Aku ingin bawa pulang uang untuk emak saya, jadi jangan ganggu saya, tolong lepaskan saya mbak," ucap Toni yang sudah tidak tahan lagi.     

Kakinya benar-benar gemetar dan pipis dalam celana. Toni yang pasrah seketika pingsan. Dia tidak tahan melihat wajah Narsih yang menyeramkan, dia langsung pingsan dan tentu membuat dia tidak tahu kalau dia dibawa oleh Narsih.     

Di mobil semua merasa heran kenapa alamat yang ditunjukkan beda dan seperti di daerah yang tidak mereka kenal. Semua melihat ke sekeliling hanya mobil mereka yang ada di sekitar tempat itu. Tidak ada satu pun di sana.     

"Kita ditipu wanita itu, aku merasa aneh dan ini bukan pemukiman penduduk ini hutan, kita putar balik cepat, putar balik jangan menunggu lagi, hari sudah gelap ini!" teriak bos yang melihat ada keanehan dari alamat yang di berikan.     

Anak buah Deki yang berada di tempat berbeda melihat sekeliling tidak ada satu pun rumah, mereka melihat dari kejauhan mobil yang sama dengan mereka.     

"Bos, itu mobil juga tapi kenapa mereka putar balik ya kenapa mereka juga ke sini?" tanya anak buah yang melihat keanehan dari mobil itu.     

"Kita putar saja bos ini sudah malam juga dan saya takutnya akan ada sesuatu di sini, ini pasti ulah orang iseng dan wanita itu pasti mau mengerjain kita bos," ucap anak buah Deki.     

Tidak berapa lama ada yang terbang dan tentu membuat dua mobil yang mau putar balik itu kaget mereka tidak tahu kalau sesungguhnya ini jebakan. Dan sialnya ini kerjaan hantu yang sering bos mereka katakan.     

"Habis kita bos, kita akan dibuat mati oleh hantu itu, kalau tidak segera pergi nanti dia menyerang kita bos, ayo kita pergi sekarang," ucap anak buah Deki kepada bosnya.     

Di mobil lain juga melihat sosok yang terbang entah siapa itu. Mereka mencoba putar arah tapi yang ada malah mereka terjebak, ada mobil yang juga ikut di belakang mereka.     

"Siapa itu? Dari mana mereka datang?" tanya anak buah Bram.     

"Tidak tahu bos, mungkin dia sedang tersesat juga," ucap anak buah yang lain.     

Mobil yang mereka tumpangi tidak bergerak, mobil itu tiba-tiba padam dan tidak ada tanda kehidupan. Supir yang mencoba menstater mobil gugup dan langsung memandang bos yang duduk di belakang.     

"Tidak bergerak bos, bagaimana ini?" tanya supir yang berusaha menstater mobil tapi tetap tidak bisa juga nyala.     

Gubrakkkk!     

Mobil anak buah Bram kejatuhan sesuatu yang cukup membuat mobil bergerak kencang. Mobil anak buah Deki yang melihat dari kejauhan mengangga, dia melihat ke di atas mobil yang di depan ada sosok yang menakutkan dan alangkah terkejutnya mereka melihat seorang pria bersama sosok putih itu.     

"It-itu siapa yang bersama pria itu? Kenapa begitu menakutkan dan apa itu yang sering bos Deki katakan pada kita ya?" tanya anak buah Deki yang memandang dari kejauhan.     

Narsih tahu ada satu mobil lagi di belakang dan dia terbang ke arah mobil satunya. Jangan ditanya bagaimana reaksi mereka saat ini, tentu mereka semua yang di dalam mobil kocar kacir ingin keluar tapi pintu terkunci dengan sendirinya.     

"Bos, kita terjebak, kita tidak bisa keluar, bagaimana ini? Kita tidak bisa keluar dari sini," ujar supir yang mencoba untuk membuka pintu mobil tapi sia-sia.     

Narsih muncul di depan kaca dan memandang mereka semua. Teriakkan tidak terhindar saat Narsih mulai menghantamkan kepalanya ke kaca depan dengan sekuat tenaga.     

bughh ... bughh ...     

Kepala Narsih dia hantam ke jendala depan mobil. Seketika kaca itu retak perlahan, darah mulai menetes di kepala Narsih dan di kaca mobil yang retak itu. Narsih tersenyum dan melihat ke arah pria yang meminta alamat Nona demi tujuan jahat, dia mengambil golok yang menancap di kepalanya, dengan sekali tarikkan golok itu menumpahkan darah yang mengalir begitu deras.     

"Bos, kali ini kita akan mati benaran bos, saya tidak mau mati bos, kasihan pacar saya bos," cicit anak buah Deki.     

Narsih memukul kaca itu dengan kencang hingga lepas. Kaca yang lepas ditarik Narsih dan dibuang ke tempat yang lain. Dia langsung masuk dan melihat ke arah pria yang sudah mulai ketakutan. Nafas narsih begitu bau dan membuat mereka ingin muntah.     

"Bos, apa tidak sebaiknya kita meminta dia jangan ganggu kita?" tanya anak buah itu dengan berbisik.     

Bos anak buah Deki masih memandang tajam Narsih, dia tidak takut sama sekali dengan Narsih dia mengambil senjata dan menodongkan ke arah Narsih. Narsih yang perlahan masuk mulai tersenyum menakutkan, belatung dan hewan menjijikan keluar begitu saja dari mulutnya.     

"Kau pikir aku takut hmm? Aku akan buat kau mati untuk kedua kalinya!" seringai di wajah Narsih sungguh membuat anak buah yang menantang Narsih ketakutan.     

Mereka menyingkir saat Narsih berhadapan dengan bos mereka. Tatapan mata keduanya beradu ketua yang menantang Narsih mulai menarik pelatuk dan dorr! tembakkan tembus di kepala Narsih tapi sayang peluru itu menembus ke kepala supir tidak ke kepala Narsih. Seketika supir tewas ketembak. Teman makan teman.     

"Kau membunuh dia bos! Kau kejam bos," ujar anak buah yang melihat bosnya membunuh rekan mereka.     

Narsih tidak menunggu lama, Narsih langsung menyabit pria di depannya dan seketika kepala pria itu putus dari lehernya. Kepala itu jatuh ke sisi anak buahnya. Anak buah Deki yang lainnya gemetar, bos mereka seketika tewas dengan menggenaskan.     

Narsih menarik tubuh pria itu dan kepalanya untuk dia bawa, tidak lupa Narsih memberikan senyum yang begitu menakutkan. Semua anak buah yang berada di mobil terdiam melihat bos mereka tidak bernyawa lagi. Narsih menerbangkan mayat anak buah Deki yang mereka panggil bos itu dan membawa ke mobil depan.     

"Kita harus apa ini, supir sudah meninggal, kita tidak punya pilihan lain selain pergi dan meninggalkan mereka sekarang jangan berhubungan dengan bos itu lagi, jika tidak mau nyawa melayang," ucap salah satu anak buahnya.     

"Baiklah, kita akan pergi. dia bagaimana?" tanya pria satunya.     

"kita letak si sini saja dan kita pergi, jika kita bawa pulang, urusannya kantor polisi." anak buah Deki akhirnya membuang jasad teman mereka keluar dan tentu saja meninggalkan di semak. Mobil bergerak dan melaju meninggalkan lokasi.     

Narsih hanya memandang tajam kepergian anak buah itu, sekarang sisa anak buah Bram yang akan dia buat perhitungan segera.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.