Dendam Winarsih

Lepaskan Aku



Lepaskan Aku

0Nona masih meronta tidak karuan, dia tidak sudah kerasukkan oleh ilmu dukun yang ingin membuat dia tunduk kepada dukun itu. Pak Ustad tenang dan tidak terkecoh, dia terus bergumam melantunkan ayat suci untuk menyadarkan Nona.     

"Nona sadar Nona, jangan seperti ini. Ayo sadar Nona," gumam Dino yang sendu melihat temannya juga cintanya seperti ini.     

Mang Jupri juga ikutan sedih karena karena kepentingan satu pihak membuat semua orang menjadi seperti ini dan tidak bisa berpikir jernih. Pak Ustad menyemburkan air ke arah Nona, namun dilawan oleh Nona dan tentu membuat mereka makin kuat memegang Nona.     

"Pegang yang kuat, jangan kasih lepas. Ini ilmunya sudah mulai tinggi. Siapa yang berani berbuat seperti ini." Pak Ustad memerintahkan mereka untuk memegang Nona kencang.     

Di rumah dukun yang berusaha guna-gunai Nona senang karena bisa membuat wanita itu akhirnya jatuh ke tangannya dan sebentar lagi semuanya akan terkabul. Dukun membaca mantra dia harus bertaruh dengan Ustad yang sekarang sedang mengobati Nona.     

Syurrrrr!     

Angin bertiup kencang, Narsih yang berada di luar sudah murka, dia sudah tidak sabar untuk membunuh dukun itu. Anak buah yang berada di depan dukun itu gugup, dia tahu Narsih datang dan akan membuat perhitungan dengan dirinya dan tentunya akan menghabisi dukun itu.     

"Jangan takut, dia tidak akan berani masuk, aku sudah memagari semua rumah ini dengan mantra dan dia tidak bisa membunuh kita, konsentrasi saja, jika tidak maka kau yang akan dihabisi oleh dia," cicit dukun itu tanpa membuka matanya.     

Anak buah dukun itu menelan salivanya, dia menuruti apa kata dukun itu, dia tidak mau terkecoh, walaupun takut dia percaya pada dukun itu.     

"Masuk lah, jika arwahmu mau hancur, aku tidak akan membiarkan kau mengganggu ritualku. Selangkah kau masuk ke dalam maka aku akan buat kau hancur dan balas dendam kau tidak akan bisa kau lakukan, kerja samalah denganku, jadilah budakku," gumam dukun itu melalui hati.     

Narsih bisa mendengar apa yang dikatakan oleh dukun itu. Dia tidak peduli, jika pun dia tidak bisa membayar dendamnya, dia tidak akan membiarkan orang lain terluka karena dirinya.     

"Aku tidak peduli dengan dendamku, aku akan bawa kau ke liang lahat bersamaku. bersiaplah kau pria busuk!" teriak Narsih dengan kencang.     

Suara Narsih bisa terdengar jelas di telinga anak buah dukun itu. Dia mulai goyah dan mulai gelisah. Dukun yang merasa anak buahnya goyah berdehem. Anak buah dukun itu mulai tenang kembali dan mengikuti dukun melakukan ritual.     

Baik Ustad dan Narsih berusaha untuk menyadarkan Nona dan alhasil, dukun itu tercampak dan mengeluarkan cairan merah dari mulutnya. Narsih memang tidak bisa masuk ke dalam karena mantra dan banyak lagi yang dukun itu lakukan di rumahnya. dukun itu memegang dadanya, dia tidak menyangka orang yang membantu wanita itu begitu kuat. Narsih tersenyum karena dukun itu bisa kalah dengan doa sang Ustad.     

"Tunggu pembalasanku pada kalian." dukun itu mengatakan itu semua dari hati.     

"Aku tunggu balasan darimu, jangan kau pikir aku takut padaku." Narsih tersenyum dan langsung pergi dari rumah dukun itu.     

Kali ini dia membebaskan karena dia tidak bisa mendekati dukun itu. Bahaya untuk dia, melihat dukun itu sudah terkapar, dia pergi dan mau melihat Nona, walaupun dari kejauhan.     

"Nona bangun, Nona bangun Pak Ustad!" pekik Ian dengan kencang.     

pak ustad lega, dia bisa membantu nona terhindar dari ilmu hitam. Pak Ustad mengambil air minum yang diberikan oleh istrinya. Dia begitu lelah menghadapi mereka ilmu dukun itu yang begitu kuat. Dino membangunkan Nona perlahan.     

"Kepala aku pusing Dino," cicit Nona yang memeluk Dino dan menangis.     

Dino menepuk pelan pundak Nona agar tidak berlarut dan tenang. Ian dan Paijo saling pandang. Mereka kasihan pada Nona, dia tidak tahu kalau Nona menjadi incaran dukun dan Bram tentunya.     

"Tidurkan saja dia dulu, biar dia tenang dulu. nanti baru bangun. Kalian harus ceritakan lebih detail lagi, jangan ada yang kalian tutup." Pak Ustad meminta penjelasan kepada mereka semua.     

Mang Jupri menghela nafas dan langsung menceritakan semuanya. Pak Ustad tidak menyangka kalau arwah Narsih benar gentayangan untuk mencari pembunuhnya, walaupun sudah ketemu, tapi tetap tidak bisa mendekati karena jimat yang mereka pegang yang membuat Narsih kesulitan untuk mendekat.     

"Saya tidak menyangka, ternyata benar kata warga sini dan benar saja banyak para lelaki pergi dari sini dan membuat desa ini sepi sekali. Ternyata mereka takut jadi sasaran Narsih. Dia itu sangat baik semasa hidup, saya dan dia teman baik dan kami mengaji di tempat yang sama bersama mendiang suaminya itu." Pak Ustad yang mendengarnya sedih dan tentu membuat dia tidak menyangka kalau Narsih ingin membalasnya.     

Semua tidak ada yang berbicara, malam sudah menjelang larut. istri pak Ustad langsung menyuguhkan makanan, mereka semua makan malam seadanya. Nona disuapin Dino, Dino benar-benar memperhatikan dirinya.     

"Dino, terima kasih ya, aku jadi merepotkan kamu saja ini, aku tidak tahu harus apa saat ini. Kalau bukan bantuan kamu, mungkin aku sudah ikut dukun itu. Dan aku takut jika bertemu Bram Dino," cicit Nona dengan wajah sendu.     

Ian dan Paijo mendekati keduanya dan berusaha menghibur Nona. "ciee, yang kasmaran. Kenapa kalian tidak jadian saja, atau menikah gitu, kan lumayan lah untuk mempererat tali persaudaraan kita wkkwk." Ian terkekeh karena berhasil membuat keduanya salah tingkah.     

"Aku setuju dengan kau Ian, kau tidak salah, kita akan makan daging dan panggil penyanyi saja, untuk menghibur pasangan ini, kalau nggak kita minta mang Dadang kalau nggak mang Jupri saja gimana?" tanya Paijo sembari melirik keduanya.     

"Cihh, kalian pikir aku apa hnm. Jangan mengada-ngada kalian ya," ketus Mang Jupri yang jalan terbongkok-bongkok.     

Ian dan Paijo yang sukses menggoda mang Jupri terkekeh, dia karena berhasil membuat mang Jupri kesal. Mang Jupri yang tahu kelakuan keduanya ikut tertawa.     

"Kita mau pulang atau tidak ini? Saya rasa kita balik ke rumah saya saja, besok kalian pulang. Dan pak Ustad juga sudah kasih doa untuk Nona baca sebelum keluar rumah, jadi Nona aman. Benarkan pak ustad?" tanya mang Jupri.     

Pak Ustad menganggukkan kepalanya. "Kita harus banyak berdoa dan baca doa sebelum tidur dan berpergian, insya allah akan aman kita akan dilindungi lah," ucap pak Ustad kepada yang lainnya.     

"Kami akan dengar apa yang pak Ustad katakan, Pak Ustad jangan takut, kalau kami ada masalah yang sama kami akan ke sini bolehkan Pak Ustad?" tanya Ian kepada Pak Ustad.     

"Iya, datang saja. Tapi saya rasa dia sudah tidak bisa mendekati Nona lagi." Pak Ustad meyakinkan mereka semua untuk tidak terlalu khawatir.     

Nona tersenyum ke arah Pak Ustad. "terima kasih ya, saya hutang budi sama bapak Ustad," ucap Nona dengan senyum tulus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.