Dendam Winarsih

Aku Yakin



Aku Yakin

0Nona yang berbaring di ranjang memikirkan rencana yang akan dia dan yang lainnya buat. Dia tidak tahu harus maju apa mundur.     

"Bram itu kejam, aku takut jika dia melakukan yang sama padaku nantinya," gumam Nona lagi.     

Nona menarik nafas panjang dan membuangnya. Hahhhh, aku yakin bisa monolog Nona.     

Pagi ini nona sudah bersiap akan pergi kekantor, sebelum pergi dia teringat untuk ke warung bubur ayam itu. "Apa aku ke sana saja ya, siapa tahu aku bisa melakukan pendekatan sama Bram itu. Sambil mencari di mana dia letakkan jimat pelindung itu."     

Nona bergegas pergi dari kostnya. Dia tidak bisa menunggu lama lagi, dia tidak mau berlama lagi berhubungan dengan makhluk di luar alam mereka.     

Nona pergi dengan ojek pangkalan, dia tidak membawa motor karena, motornya berada di kantor berita. Nona berjalan cepat ke tempat pangkalan ojek.     

"Bang, ke daerah cempaka, nanti saya tunjuk tempatnya," kata Nona.     

"Siap Mbak," jawab si abang tukang ojek.     

Nona langsung naik dan duduk dengan nyaman di boncengan. Dia berharap bisa menemukan Bram di sana. Perjalanan yang di tempuh Nona macet total, Nona mulai gelisah dia harap-harap cemas takut Bram tidak bisa dia jumpai.     

"Duh, aku kok merasa ketakutan ya! Aku merasa, kalau aku tidak bertemu dengan dia di sana," Nona melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul delapan.     

"Mbak, macet ini. Apa Mbak masih sabar menunggu?" tanya si abang lagi pada Nona     

Nona tidak mungkin mengatakan tidak sabar, dia sudah setengah jalan juga. "Tidak apa, saya akan sabar bang," kata Nona.     

Motor menyalip mobil dan kendaraan yang lain, si abang ojek akhirnya sampai juga di warung bubur.     

Nona turun dari motor dan membayar ongkos ojeknya. Nona masuk dalam warung sambil mencari keberadaan Bram. "Sepertinya dia tidak ada, apa dia tidak ke sini ya?" tanya Nona dalam hati.     

Nona memesan bubur ayam sambil menunggu kedatangan Bram. Nona mendapat pesan dari Dino.     

Nona membaca pesan dari Dino dan tersenyum sendiri. "Dia manis sekali, hahhh! Dino-Dino, kamu itu ngangenin sekali," Nona tersenyum kecil membaca pesan dari Dino.     

Pesanan nona sudah tiba di meja tapi yang di tunggu tidak kunjung datang juga. Kemana dia, kenapa tidak datang juga. apa dia tidak ke sini, bagaimana kalau dia tidak datang juga duh, aku harus apa ini, gumam Nona lagi.     

Nona makan buburnya sampai tandas. Nona sudah satu jam lebih di warung itu. Dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantor, sebelum ke kantor dia membawa bubur untuk Dino dan yang lainnya.     

"Berapa Pak semuanya?" tanya Nona dengan lembut.     

"Dua puluh ribu saja Mbak," kata si penjual.     

Nona memberikan uang pada si Bapak, dia pun pergi dari warung itu. Dengan hati kecewa Nona kembali ke kantornya. Dia naik ojek kembali ke kantor.     

"Mbak sudah sampai," ucap bang ojek pada Nona.     

Nona tersentak dari lamunan, dia tidak tahu kalau sudah sampai di kantornya. Nona membayar ongkos ojeknya. Dia masuk ke dalam dengan wajah yang di tekuk.     

"Hai, Nona!" sapa teman kantor nona lagi.     

"Hai, lihat si Dinosaurus tidak?" tanya Nona.     

Teman kantor Nona tertawa mendengar Nona memanggil Dino dengan nama dinosaurus. "Dinosaurus di tempat biasa. tapi dia sendiri saja, yang lain tidak ada. Mungkin Paijo dan Ian tidak datang."     

Nona hanya ber oo ria. "Sudah makan, nah aku beli bubur ayam," kata Nona sambil memberikan bubur.     

Sayang jika tidak ada yang makan pikir Nona. Teman Nona senang bisa mendapatkan sarapan dari Nona. "Terima kasih Nona, murah rezki kamu ya."     

Nona menganggukkan kepalanya. Dia pergi dari hadapan temannya itu. Sisa tiga lagi, satu untuk Dino dua lagi aku kasih ibu kebersihan saja lah, gumam Nona.     

Nona yang melihat si ibu kebersihan langsung mendekati si Ibu. "Bu, maaf ganggu nih. Ini ada sarapan. Ibu bisa sarapan dulu," kata Nona lagi.     

Si Ibu yang diberikan makanan senang. "Terima kasih ya nak, duh! Jadi merepotkan saja," si ibu mengambil makanan yang di kasih sama Nona.     

Nona tersenyum mendengarnya, di ucapkan si Ibu. "Duh, Ibu mah berlebihan, itu hanya makanan Ibu. Ya sudah Bu, saya keruangan dulu ya," ucap Nona sambil berlalu meninggalkan si Ibu.     

Nona melanjutkan jalannya untuk bertemu dengan Dino di ruangan kerja. Sampai di ruangan kerja Nona melihat Dino sibuk dengan pekerjaannya.     

Nona mendekati Dino dan meletakkan sarapan di depan Dino. Dino kaget ada sarapan di depan matanya. "Ya ampun Nona, kamu kagetin aku lah, ada apa ini?" tanya Dino berpura-pura.     

"Cihh! lagak sekali anda Pak Dino. Itu makanannya, ayo makan dulu. Oh ya, mana mereka kenapa tidak kelihatan?" tanya Nona.     

Dino membuka makanan yang dibawa sama Nona, bubur kesukaannya. Dino mulai menyendokkan makanannya dengan lahap.     

"Mana si Paijo dan Ian?" tanya Nona lagi.     

"Keduanya tidur, sudah aku bangunkan tapi tetap saja mereka tidak bangun juga," kata Dino lagi.     

Nona mengambil minum untuk Dino. Dino tersipu karena dia bisa diperhatikan sama Nona.     

"Nona, apa kamu baru ketemu sama Bram?" tanya dino.     

Nona menggelengkan kepalanya, dia juga tidak tahu kenapa hari ini si Bram itu tidak muncul. "Tadi aku ke warung bubur ini. Biasanya dia di sana, tapi dia tidak kelihatan sama sekali. Aku juga tidak tahu kenapa dia tidak di sana," Nona menundukkan kepalanya di meja.     

Dino tahu kalau nona tidak mau mendekati Bram itu. Dino mengusap rambut Nona. "Kamu takut Non?" tanya Dino lagi.     

Nona menganggukkan kepalanya, dia takut kalau dia dibunuh juga, jika bram tahu kalau dia mendekati karena ingin mengungkapkan kejadian pembunuhan.     

"Aku takut kalau dia tahu, jika dia tahu niatku apa mendekati dia bisa aku yang jadi korbannya," cicit Nona lagi.     

Dino tahu resikonya sangat besar. Tapi mereka sudah terlanjur ikut dengan dendam Winarsih, mereka tidak mungkin mundur lagi.     

"Kamu tidak yakin ya?" tanya Dino.     

Nona menggelengkan kepalanya. Dia tidak yakin jika dia bisa membuka kasus ini dan membuktikan Bram dan temannya bersalah.     

"Lihat aku Nona, kamu bisa aku yakin kamu bisa. Kami akan selalu bersama kamu, kami akan jaga kamu, apapun yang terjadi kami akan bersamamu. Kamu jangan jumpa dengan dia sendirian, kami harus temani kamu, paham?" tanya Dino lagi.     

Nona melihat kearah Dino. Ya dia harus yakin, jika tidak yakin mana mungkin rencana ini berhasil. Dan kasihan juga Winarsih yang tidak tenang karena pembunuhnya belum di hukum setimpal.     

"Aku yakin, aku sangat yakin Dino. Semoga kita bisa menyeret Bram dan temannya. Dan dia mengakui dirinya bersalah," ucap Nona lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.