Dendam Winarsih

Diikuti Teman Narsih



Diikuti Teman Narsih

0Bram hanya mengedikkan bahunya. Bram tidak mau mengatakan apapun, dia hanya ingin wanita itu bisa dia dapati dengan caranya sendiri.     

"Ya sudah, kami pulang dulu ya. Nanti kami kasih tahu dukunnya jika kau punya bisa kabari kami bram," ucap Deki.     

Bram menganggukkan kepalanya. Bram melihat kepergian sahabatnya dari ruangannya. Tinggal dirinya sendiri menatap ke arah jendela.     

"Kenapa aku tidak bisa ketemu dengan Nona, kenapa aku tidak bisa melupakan wanita itu, dia datang saat aku ingin melupakan Narsih. Narsih, kenapa kau tidak mau menerimaku, jika kau menerimaku, pasti aku tidak membunuhmu," cicit Bram.     

Bram meletakkan kepalanya di meja kerja dan tertidur. Narsih mendekati Bram dan menatap Bram, dia tidak bisa mendekati Bram sama sekali.     

"Jika kamu cinta padaku, maka kamu bisa berkorban Bram, bukan membunuhku Bram," tangis Narsih.     

****     

Ian dan Paijo yang tertidur merasa terganggu, keduanya merasakan ada yang menarik kaki keduanya. Ian menendang kaki Paijo dengan keras. Paijo yang ditendang meringis kesakitan dalam tidurnya. dia baru saja tidur.     

"Aku membenci kau, pergi sana. Jangan ganggu aku, aku mau tidur." Ian mengigau dalam tidurnya dan terus menendang Paijo. dan kali ini Mamang juga jadi sasarannya.     

Paijo dan Mamang kesal karena kelakuan Ian. Ian kalau tidur sudah seperti kerbau yang mau kawin. Paijo mengucek matanya dan menatap kesal kearah Ian. Paijo menepuk bokong ian dengan keras.     

Plakk ... plakk ...     

Pukulan itu telak membuat Ian bangun seketika, bukan hanya Ian saja yang bangum, tapi Dino juga terkejut dan bangun dari tidurnya.     

"Kenapa, ada apa hm?" tanya Dino dengan wajah bantalnya.     

Dia melihat kearah kedua sahabatnya dan Mamang. Mereka baru tidur sebentar tapi ulah Ian membuat mereka terbangun dengan paksa.     

"Teman kamu tuh, kita enak-enak tidur dan mimpi cewek dia malah tendang-tendang, dia pikir kita bola apa, mana si Mamang sedang dekati ibu kantin kantor kita lagi," sambung Paijo sekenaknya.     

"Eits, kenapa larinya ke saya Paijo?" tanya Mamang yang terkejut dikatakan seperti itu.     

Paijo mengusap kepalanya dengan kasar. "Tahu lah, orang Mamang ada di mimpiku," jawab Paijo dengan wajah tidak berdosa.     

Ian yang jadi tersangka tertidur kembali tanpa peduli yang di sekitar. Paijo yang melihat Ian tertidur sedangkan dia dan lainnya terbangun kesal. Paijo ingin melempar sesuatu di dekat tempat sampah agar Ian kaget dan terbangun. Tapi sebelum dia lempar terdengar suara yang cukup keras dari luar.     

Gubrakk!     

Dino yang masih mengayunkan tangannya berhenti dan menatap Mamang. Ian yang tertidur langsung bangun. Dia mendekati Paijo dan memeluk Paijo. Paijo menolak Ian ke arah Mang Dadang.     

"Ihh, jahat sekali kamunya, main tolak saja. Kamu pikir aku ini apaan hm? Aku kan takut, itu suara apa lagi. Ini kan masih malam, aku saja masih tertidur sebentar, aku ngantuk sekali ini. SIAPA YANG BERANI GANGGU AKU TIDUR?" tanya Ian dengan suara teriak.     

Paijo, Mamang juga Dino menatap tidak percaya pada Ian. Dia begitu berani berteriak seperti itu. Namun, suara lebih besar terdengar lagi di telinga mereka yang menyebabkan Nona juga ikutan bangun.     

Gudubrakkk!     

Semua makin kaget dan beringsut di kepojokkan. Nona memegang pundak Ian yang bergetar hebat. Plukk! Ian yang mendapatkan tepukan di pundaknya langsung menjerit hebat dan pingsan.     

"AAAAAAAAA," teriak Ian yang langsung pingsan.     

Paijo yang melihat Ian pingsan mengangga, Dino dan Mamang hanya geleng kepala melihat Ian yang pingsan kebelakang. Ketiganya melihat ke belakang terlihat Nona dengan rambut yang acak-acakan sedang menatap mereka.     

"Astagfirullahalazim, mak," teriak Paijo sambil memegang dadanya.     

Dino dan Mamang juga mengelus dada mereka melihat kelakuan Nona. "Nona, gila kamu ya. Ngagetin kami segitunya. Kamu mau buat kami mati tegak hahh!" teriak Paijo dengan keras.     

Nona hanya cengir kuda saja melihat Paijo yang marah. Paijo mengelus dadanya sambil menarik Ian yang sudah pingsan, entah dia pingsan atau tidur dia pun tidak tahu, intinya mata kunyuk satu ini terpejam saja.     

Hhihihihihi!     

Suara itu terdengar dari luar kamar Nona. Ketiganya dan Nona saling pandang. Tidak ada yang mau bergerak sama sekali. Semuanya masih tetap di posisi mereka. Nona yang takut merebahkan kembali tubuhnya dan menutup wajahnya. Ketiganya melihat kelakuan Nona. Sekarang tinggal mereka bertiga.     

Mamang menggelengkan kepalanya, dia tidak mau melihatnya, sambil memegang jantungnya. Paijo dan Dino saling tatap, dan memberikan kode.     

"Tinggal kamu dan aku, siapa yang ke sana?" tanya Paijo.     

Dino sudah tahu kalau dia yang akan jadi tumbal dari semua ini tidak lama, Ian bangun dengan membawa udara yang tidak enak di hirup. Pushhh! Angin itu keluar dan membuat ketiganya mencar.     

Paijo menendang bokong Ian dengan kencang. Ian yang mendapat tendangan dari Paijo tersentak bangun. Ian menutup hidungnya kala mencium aroma tidak sedap.     

"Dasar anak kampret, makan apa lu hah? Makan bangke lu Ian? Kira-kira lah kalau mau buang gas toksin yang mematikan itu," rutuk Paijo.     

Ian hanya terkekeh sendiri. Bangun dari pingsan malah dapat hadiah udara mematikan. Dino merangkak untuk melihat siapa yang membuat keributan di luar. Dia merangkak pelan dan membuka pintu perlahan. Ian, Paijo dan Mamang juga ikut dari belakang, mereka tidak mungkin membiarkan Dino sendirian.     

Ceklekk!     

Pintu terbuka sedikit, tidak ada kegadohan yang terlihat sama sekali. Ian dan Paijo juga melihat sedikit dengan menyembulkan kepalanya. Mamang mengintip dari kaca jendela, aman terkendali. Saat pintu terbuka sedikit lebar, baik Dino, Ian, Paijo dan Mamang mengangga melihat Winarsih dan entah siapa itu bersama Winarsih sedang bermain dengan kursi dorong sambil bertabrakkan.     

"Ka-kalian tidak salah lihat kan? Aku melihat kelangkaan hantu, bukan hanya minyak saja yang langka dan bukan hanya cinta saja yang langka tapi ini di atasnya langka. Hantu bermain? Apa aku mimpi indah atau buruk ya?" tanya Paijo.     

Ian menampar pipi Paijo dengan keras, sehingga suara teriakkan Paijo terdengar nyaring. Mamang yang sudah tidak mengintip di jendela tapi di sebelah Paijo menutup telinganya.     

"AAAAAAAAAA! sakit dodol!" teriak Paijo lagi.     

Dino, Ian dan Mamang memandang Paijo dan mengangkat satu jari dan ditempelkan di mulut mereka. Hustt! Ketiganya meminta Paijo untuk tidak bersuara, jika bersuara maka mereka ketahuan mengintip kegiatan Narsih dan temannya.     

"Jangan berisik, nanti yang aka kita diikuti teman Narsih. Sudah cukup Narsih saja yang ikuti kita jangan dia lagi. Aku tidak bisa bersama dengan makhluk lain," ucap Ian dengan suara pelan.     

Semuanya diam setelah mendengar ucapan Ian, tapi sayang seribu kali sayang. Kursi dorong yang tadi jadi bahan mainan para hantu itu meluncur tepat di depan mereka.     

Syurrrrrr!     

"AAAAAAAAA!" teriak ke empatnya.     

Kursi itu melaju dan berhenti tepat di depan mereka dan yang di kursi jatuh di depan keempatnya. Siapa lagi kalau bukan teman Winarsih yang tadi bermain bersama dirinya. Wajahnya lebih menyeramkan dari Winarsih malah imbang.     

"A-aku pingsan dulu," jawab Ian yang tanpa hitungan detik langsung pingsan.     

Paijo menarik Ian ke belakang untuk mencari kesempatan untuk bersembunyi tapi gagal. Dia malah terdiam terpaku di tempat. Nafas teman Winarsih sangat tidak sedap, dia menatap ketiganya satu persatu.     

"Aku rasa dia belum gosok gigi, bau sekali. apa di sana tidak ada odol sama sikat gigi ya?" tanya Paijo.     

Mamang dan Dino menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Jika ada, pasti mereka akan jadi iklan pasta gigi," jawab Dino sekenaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.