Dendam Winarsih

Ritual Yang Aneh



Ritual Yang Aneh

0Dino, Paijo dan kedua Mamang masih menatap keluar tempat seseorang itu melakukan ritual. Ritual yang aneh menurut mereka.     
0

"Apa itu dukun si Bram? Bukan Bram yang ke sini tapi dukunnya," ucap Dino.     

"Aku rasa bisa jadi Dino, ataupun si dukun mau ambil jasad mbak manis. Biasa dukun kan banyak ritual yang menurut kita di luar nalar." Paijo mengungkapkan apa yang dia ketahui.     

Narsih yang masih di sebelah Mamang dan Paijo ikut melihat dari semak. Rambut Narsih yang panjang menutupi wajah Paijo. Tiupan angin membuat rambut Narsih yang acak-acakan menutup mata keduanya.     

"Mbak, bisa tidak rambutnya diikat dulu. Kecolok mataku ini, besok ke salon sana, rapikan dan beli sisir sekalian, menganggu pemandangan tahu tidak," kesal Paijo yang dari tadi menyingkirkan rambut nars2ih yang mengenai matanya.     

Mamang Jupri juga ikut menyingkirkan rambut Narsih yang mengenai matanya. Narsih hanya diam sambil melihat ke arah dukun yang sedang melakukan pembakaran dupa dan kemenyan di dekat kuburannya.     

Tidak ada yang bicara sama sekali, mereka mengamati gerak gerik dukun itu. Sekali-kali dia mengambil tanah kuburan Narsih dan menaruhnya di kendi. Narsih yang tidak terima mulai tertawa dengan kencang.     

Paijo yang di sebelahnya mundur selangkah ke belakang, begitu juga Mamang Jupri. Dino dan Mang Dadang ikutan mundur karena tahu kalau Narsih sudah dalam mode tidak baik. dan akan ada pertumpahan darah di sini.     

"Gawat, dia mulai mengamuk. Jika berdekatan maka akan hilang nyawa dari badan. Lebih baik mundur," gumam Paijo.     

Tapi mundur Paijo kepentok sama pocica berbungkus permen putih. Paijo yang melihatnya seketika menangis tersedu-sedu menatap Dino dan dua Mamang. Dia meminta pertolongan tapi ketiganya hanya menggelengkan kepalanya. Mereka tahu kalau Paijo salah mundur, alhasil dia bertemu sama pocica.     

"Tamat riwayatmu Paijo, mimpi apa semalam kamu, kenapa sial sekali kamu ketemu sama modelan seperti ini. Aku harus mandi kembang habis ini," guma Paijo lagi.     

Paijo pipis dalam celana saat pocica menundukkan kepalanya ke arah Paijo. Paijo menutup matanya, karena dia tidak sanggup melihat mata pocica yang merah.     

Hahahahh .... hahahahaha ...     

Suara tawa narsih begitu kencang sehingga membuat tubuh yang mendengarnya merinding dan pasti pingsan. Pocica atau pocong terbang ke arah dukun itu. Entah dukun entah siapa menurut Dino dan kawan-kawan orang itu dukun.     

Orang yang berada di kuburan itu mulai menyiram bunga ke arah makhluk yang terbang ke sana kemari. Narsih yang sudah marah karena tanahnya di ambil lagi mulai keluar dari tempat persembunyian.     

Orang yang melihat narsih mulai mundur, Narsih berada di depan orang itu. Orang yang mengambil tanah Narsih mulai melempari Narsih pakai kembang dan segalanya.     

"Kembalikan tanahku, jangan berani kalian mengambil yang bukan milik kalian," ucap Narsih dengan suara yang sangat menyeramkan.     

"Dasar hantu tidak tahu diri rasakan ini!" teriak orang itu pada Narsih.     

Orang yang mengambil tanah itu mengeluarkan keris dan menancapkan ke diri Narsih, namun bukannya tertancap keris itu malah meleset ke arah lain. Narsih mengambil golok yang dari kepalanya. Narsih dengan sekali ayunan, kepala orang itu lepas dari lehernya.     

Paijo yang melihatnya langsung muntah dan pingsan. Ian yang baru sadar dari pingsannya melihat kejadian kepala putus dari leher dan kepala itu bergelinding di depannya dengan menghadap ke arahnya pingsan kembali.     

Mamang Jupri memegang lehernya dengan kedua tangannya. Dia baru pertama kali melihat kejadian mengerikan ini. Mamang yang melihatnya untuk ke tiga kalinya saja muntah-muntah. Kekejaman Narsih sangat luar biasa.     

Dino membuang mukanya dia tidak tahan untuk melihat kejadian ini lagi. Mamang Jupri memegang pundak Mang Dadang. Dia tidak tahan untuk melihat kejadian ini.     

"Ayo kita pergi, aku sudah tidak tahan lagi. sudah cukup kita melihat ini, saya sudah tidak tahan lagi Dadang," ucap Mamang Jupri.     

Mamang Dadang menganggukkan kepalanya, dia mengangkat tangan Ian dan Paijo dengan cepat. Mereka membawa keduanya keluar dari kuburan. Sampai di mobil Mamang Jupri membuka pintu untuk memasukkan Ian dan Paijo yang pingsan.     

"Ayo Mang, cepat kita masuk. kita tidak bisa terlalu lama di sini, bisa lepas juga kepala kita," ucap Dino.     

"Apa kita sudah ditipu sama Bram, dia sengaja meminta orang lain melakukannya agar bisa terbunuh sama Narsih," ucap Mamang Jupri.     

Mobil melaju meninggalkan kuburan menuju penginapan. Sampai ke penginapan Dino dan lainnya turun sambil membawa Ian dan Paijo. Nona yang melihat kedatangan mereka membuka pintu.     

"Apa yang terjadi?" tanya Nona.     

Dino menggeret Ian untuk diletakkan di sofa. Mamang Dadang menyeret Paijo bersama Mamang Jupri. Paijo diletakkan di sebelah Ian. Mamang Dadang dan Mamang Jupri ngos ngosan, Bibi Sum memberikan air pada suaminya dan yang lainnya.     

"Ada apa Dino? apa kalian melihat Bram di sana?" tanya Nona lagi.     

Dino menggelengkan kepalanya, dia juga tidak melihat Bram sama sekali. Jangan kan Bram, temannya saja tidak ada. "Bukan Bram tapi orang lain. Entah siapa orang itu. Tapi orang itu sudah terbunuh oleh Narsih. Dengan sekali ayunan saja kepalanya sudah jatuh tepat di depan kami," ucap Dino.     

Nona dan Bibi Sum mengangga mendengarnya. Mereka tidak menyangka dengan apa yang Dino katakan. "Kamu tidak salah kan Dino?" tanya Nona lagi.     

Dino menggelengkan kepalanya, dia menghabiskan minuman yang dibawa Nona. Dino menghela nafas panjang sesaat dia menghabiskan minumannya. Nona mengangga melihat Dino yang menghela nafas.     

"Apakah separah itu kejadian di sana? Jadi bagaimana dengan orang ditebas sama Narsih?" tanya Nona dengan wajah penasaran.     

Mamang Jupri menggelengkan kepalanya. dia tidak tahu apa yang terjadi, dia juga tidak mau memperdulikan orang itu. Dia masih lemas melihat kejadian itu.     

"Kenapa orang tadi melakukan ritual yang aneh Mang? Dan mereka juga mengambil tanah kuburan itu? Apa dia anak buah dukun itu? Atau dia anak buah Bram?" tanya Dino pada Mamang Jupri dan Mang Dadang.     

Keduanya menggelengkan kepalanya, dia saja tidak tahu siapa yang tadi melakukan ritual yang aneh itu. Dino yang melihat kedua Mamang menggelengkan kepalanya hanya bisa menghela nafas panjang.     

"Apa kalian melihat wajahnya?" tanya Nona yang penasaran siapa yang mereka maksudkan.     

Dino mengidikkan bahunya, dia juga tidak tahu wajah orang yang dihabisi oleh Narsih. Dino merebahkan dirinya, dia sangat lelah karena sia-sia ke sana tapi Bram tidak ada di sana.     

"Kita istirahat saja, lagian kita tidak mungkin ke sana lagi. Yang ada kita malah di tebas sama narsih." Dino memandang Mang Jupri.     

Mang Jupri menganggukkan kepalanya, dia kembali ke rumahnya bersama Bibi Sum. Dino dan Nona juga ikut masuk ke kamar. Mamang Dadang melihat ke arah Ian dan Paijo yang tergeletak di sofa.     

"Nak Dino, Ian dan Paijo bagaimana?" tanya Mamang lagi.     

"Kita bawa saja dia ke kamar Mang. Kasihan jika mereka tidur di sini. Yang ada dia malah tidur di sana lagi." Dino mengangkat Ian ke kamar bersama Mamang.     

Satu persatu mereka membawa Ian dan Paijo. Setelah itu keduanya membersihkan diri dan langsung tidur. hari yang melelahkan pikir Dino.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.