Dendam Winarsih

Berita Panas



Berita Panas

0Pagi di desa salak terdengar suara ricuh. Semua warga mendatangi penginapan Mang Jupri. Mereka ingin tahu tentang masalah semalam. Kepala desa juga Ustad mendatangi penginapan Mang Jupri. Mang Jupri yang di rumah menatap heran ke arah warga yang datang ke rumahnya.     

"Ada apa ini?" tanya Mang Jupri.     

Mang Jupri melihat warga berkumpul di penginapannya. Dia melihat semua orang sibuk melihat ke arah penginapannya. Mang jupri juga melihat ke arah pandangan mereka.     

"Ada apa ini? Kenapa tidak ada yang kasih tahu saya," ucap Mang Jupri.     

Kepala desa mendekati Mang Jupri. "Mang, saya mau tanyakan sesuatu. Kami menerima berita panas ini. Saya harap Mamang berkata jujur," ucap Kepala Desa.     

Mamang sudah menduga kalau kejadian tadi malam akan menyebar dengan cepat. Mang Jupri meminta Kepala Desa dan Ustad untuk duduk di bangku depan penginapannya. Setelah duduk dengan tenang dan warga juga duduk dengan tenang di tempatnya masing-masing.     

Dino dan Mang Dadang yang sudah bangun pagi-pagi untuk ibadah mendengar adanya keributan. Dino membangunkan Ian dan Paijo. kedua temannya benar-benar bangkong.     

"Apa kita sudah sampai rumah," ucap Ian yang ngelantur kemana-mana.     

"Iya, kalian berdua ada di makam Narsih dan kalian sedang di kuliti sama dia. Bangun cepat, itu warga datang. Kita harus lihat ke sana," ucap Dino.     

Mang Dadang sudah lebih dulu keluar dan bertemu dengan yang lainnya. Dino dan Nona menyusul Mang Dadang ikut bergabung dengan mereka.     

"Maaf bapak-bapak ada apa ya kalau boleh saya tahu," ucap Dino dengan wajah penasaran.     

Tidak lama Ian dan Paijo datang. Entah sudah mandi apa belum hanya keduanya yang tahu. Dino melirik keduanya yang masih bermuka bantal. Kepala desa menatap ke arah Ian dan Paijo yang baru datang.     

"Tadi penjaga makam berkata kepada kami, katanya ada sesajen di makam Narsih, apa kalian tahu siapa yang melakukannya?" tanya Kepala desa.     

Dino memandang ke arah Mang Dadang dan Mang jupri. Dia ingin meminta kedua orang tua itu membantu dia menjawab. Mang Jupri berdehem sesaat sebelum memulai dia bicara.     

"Begini ceritanya pak Kepala desa. Kami mendapatkan kabar kalau makam Narsih mau dipindahkam oleh seseorang, tapi semalam tidak ada apapun. Jadi kami memutuskan pulang. Saya sudah katakan pada warga, tapi mereka tidak mau ikut jadi hanya kami saja yang melakukannya. Apa kami salah Pak kepala?" tanya Mang Jupri lagi.     

Semua warga Desa Salak menundukkan kepalanya. Mereka tahu kalau Mang Jupri sudah mengatakannya tapi mereka takut untuk ikut bersama mereka.     

Pak Ustad melihat ke arah warga yang semuanya tertunduk. Tidak berapa lama Abah dan Mak datang ke penginapan Mang Jupri. Dia juga mendengar berita panas mengenai makam anaknya.     

"Mang Jupri, apa benar ada yang melakukan sesuatu dengan makam anak saya Narsih?" tanya Abah lagi.     

Mang Jupri menganggukkan kepalanya, dia tidak mungkin berbohong pada Abahnya Narsih. Abah yang mendapatkan anggukkan dari Mang Jupri, tiba-tiba saja abah terjatuh begitu saja. Ian dan Paijo dengan sigap menangkap Abah agar tidak jatuh ke lantai.     

"Abah ... Abah bangun bah." Ian menepuk pipi Abah agar bangun dari pingsannya.     

Nona memeluk Mak agar Mak lebih kuat. Mak menangis melihat suaminya yang pingsan. Dia tidak sanggup melihat suaminya seperti itu.     

"Apa salah anak saya, kenapa hanya dia yang diganggu. Apa tidak bisakah kalian membiarkan anak saya hidup tenang di alamnya. Jangan ganggu anak saya, kasihan dia uhuuu," tangis Mak sambil memeluk Nona.     

Bibi Sumi yang datang membawa minum untuk kedua pasutri itu hanya bisa menatap sendu. Dia juga kasihan melihat orang tua Narsih. Entah kenapa selalu anaknya yang di jadikan objek kejahatan.     

"Duduk dulu Mak, jangan memikirkan itu dulu." Nona memberikan minum pada Mak Narsih.     

Tidak lama Abah bangun dan melihat semua warga memandangnya. Abah menangis sambil memeluk Mak. Nona yang melihat kedua orang tua Narsih yang sudah sepuh itu hanya bisa diam dan ikut larut dalam kesedihan. Nona memeluk Bibi Sum dan menangis dalam pelukkan Bibi Sum.     

"Kita sudah mencari siapa pemiliknya, tapi tidak ketemu sama sekali. Hanya ada bercak darah saja di sana. Tapi orangnya tidak ada sama sekali," ucap Pak ustad.     

Pak Kepala Desa juga mengganggukkan kepalanya, dia juga tidak melihat siapapun hanya darah saja yang ada di sana.     

"Apa yang terjadi di sana nak Dino dan Mang Jupri. Jangan kalian menutupi apapun. Saya hanya ingin tahu apakah yang terjadi tadi malam?" tanya Kepala Desa pada Dino dan lainnya.     

Ian dan Paijo tidak bisa berkata apapun. Mereka saja pingsan melihat kejadian yang mengerikan itu. Mang Jupri melihat ke arah Dino dan Mang Dadang. Dia tidak mungkin mengatakan kalau Narsih yang melakukan itu semua yang ada kedua orang tua itu akan pingsan dan mungkin lebih dari itu.     

"Kami hanya melihat dari kejauhan, tapi karena tidak ada apapun kami pulang." Mang Jupri sengaja berbohong untuk menghindar hal yang tidak diinginkan.     

"Iya Pak Kepala Desa dan Pak Ustad, kami takut jika terlalu malam di sana. Anda tahu sendiri kan, kami ini pemuda penakut, jadi kami pulang lebih awal," ucap Dino sambil tersenyum kecut.     

Nona dan Bibi Sum yang tahu kejadian tadi malam hanya saling pandang. Mereka tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.     

"Apa kalian sudah menyisir semuanya?" tanya Ian tiba-tiba.     

Dino dan Mamang melihat ke arah Ian. Paijo juga melihat ke arah Ian. Ini anak kenapa berkata seperti itu pikirnya lagi.     

"Kami sudah cari, tapi tidak ada. Kami hanya menemukan alat perdukunan dan darah yang berceceran. Tidak ada yang lain lagi. Saya rasa itu darah binatang malam yang terjerat sama jerat warga," ucap salah satu warga lagi.     

Ian dan Paijo saling tatap, keduanya tidak percaya darah itu di anggap binatang yang terjerat sama jerat warga. Jelas-jelas itu darah pria yang berdukun di sana. Dino berdehem melihat Ian dan Paijo yang mulai kebingungan.     

"Baiklah, kalau begitu kami pulang sekarang. Kalian antarkan Abah dan Mak Narsih pulang. Kita akan berjaga mulai malam ini. Jangan ada lagi orang yang mau mengambil jasad atau mindahkan makam Narsih," ucap Kepala Desa.     

Semuanya pulang tersisa Dino dan yang lainnya. Ian melihat ke arah Mamang Jupri. Dia tidak menyangka Mang Jupri akan berbohong pada Kepala Desa dan Pak Ustad     

"Mang kenapa berbohong?" tanya Ian yang sudah penasaran.     

Mang Jupri menghela napasnya. Dia melihat kearah istrinya. "Jika saya katakan yang sejujurnya, maka kita akan melihat kedua orang tua Narsih tiada. Kalian mau tanggung jawab. Saya tidak mau, lebih baik berbohong. walaupun itu menyakitkan. Sekarang kita harus cari tahu, Bram mau melakukan apa setelah ini. Saya yakin dia akan kembali ke sini dengan niat yang sama." Mang Jupri melihat ke arah Dino dan yang lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.