Dendam Winarsih

Apa Itu Bram



Apa Itu Bram

0Dino dan sahabtny sudah pamitan dari desa salak mereka tidak mau berlama di sana. Mereka masih mau mengikuti Bram dan dukun yang ikut bersama Bram. Sudah terlalu lama mereka berleha-leha untuk menangkap Bram. Bram harus segera ditangkap. Setelah pamitan Dino dan kawannya pergi meninggalkan desa salak.     

"Dino, apa dua orang yang dibunuh sama Narsih ditemukan?" tanya Ian.     

Dino mengidikkan bahunya. Dia tidak tahu apakah ditemukan atau tidak. Karena pagi ini penjaga makam tidak menemukan lagi mayat itu. Padahal mereka melihat dengan jelas dimana letaknya tapi malah tidak kelihatan.     

"Kamu lihat saja Ian, apa penjaga makam menemukan dua mayat itu?" tanya Paijo yang sibuk menyetir mobil.     

"Kadang mata kita tidak bisa melihat yang ada di depan kita, itu karena mata kita di tutup dan tidak diperlihatkan oleh sesuatu. Jadi lebih baik kita jangan terlalu ikut campur. Bukan salah kita juga kan mereka seperti itu," jawab Mamang Dadang.     

Ian diam seketika. Dia tidak lagi berkata apapun lagi. Dia sudah tahu jika berurusan dengan Narsih maka akan berakibat fatal. Lebih baik jangan bicarakan itu sama sekali.     

Enam jam perjalanan mereka akhirnya mereka sampai di rumah Nona, lebih tepatnya belakang rumah Nona. Nona melihat sekeliling rumahnya, dia takut jika anak buah Bram itu melihat dia pergi bersama Dino dan yang lain.     

"Non, kamu hati-hati sama dia ya, jangan kamu tergoda dan masuk perangkap dia. Kamu tahu kan dia berbahaya. Kami tidak bersamamu, jadi jaga dirimu. Kami mengawasi kamu dari jauh. Telpon kami jika terjadi sesuatu ya," ucap Dino pada Nona.     

Nona menganggukkan kepalanya, dia memeluk Dino dan menepuk punggung Dino untuk menenangkan pria ini. Ian dan Paijo hanya bisa diam dan tersenyum melihat pemandangan kedua insan yang sedang kasmaran.     

"Sudah, ayo cepat turun. Nanti malah ketahuan. Kita tidak boleh lengah, jika kita lengah maka kita yang akan bernasib sama seperti mereka," ucap Mamang.     

Pelukkan keduanya terlepas dan Nona langsung keluar mengendap agar tidak ketahuan oleh anak buah Bram. Mobil langsung meninggalkan rumah Nona tentunya setelah Nona masuk ke dalam rumah.     

Di rumahnya Bram terus menanyakan keberadaan Nona dari anak buahnya. Anak buahnya hanya mengatakan jika Nona ada di rumah dan tidak keluar.     

"Mbak Nona berada di rumah Pak bram. Dia tidak keluar sejak terakhir dia pergi ke supermarket dekat sini. Kami tidak melihat dia keluar sama sekali," jawab anak buah Bram.     

Bram curiga karena Nona tidak keluar, apa dia tidak pergi beli makan atau apa. "Aku harus ke sana, aku mau lihat secara langsung. Siapa tahu dia pergi bersama teman sialannya itu," gumam Bram.     

Bram pergi dari rumahnya menuju rumah Nona. Panggilan telpon Bram dengan anak buahnya berhenti begitu saja. Bram tidak mau menunggu lama lagi, dia ingin memastikan benar atau tidak dia ada di rumah atau malah pergi.     

Satu jam perjalanan dia menuju rumah Nona. Bram turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah Nona. Bram melihat rumah Nona yang sepi dan seperti tidak ada penghuninya. Bram membelikan Nona makanan sebelum ke rumah Nona.     

Tok ... Tok ...     

Pintu diketuk oleh Bram. Ketukkan Bram begitu kencang dan membuat sang empunya bergegas melihat siapa yang datang. Nona kaget kedatangan Bram di rumahnya.     

"Dia mau apa ya? Dia bawa banyak makanan dan apa dia tahu aku tidak ada di rumah jadi dia mau memastikan aku ada atau tidak," gumam Nona lagi.     

Nona bergegas menganti pakaian dengan pakaian tidur. Dia tidak mau Bram curiga dia memakai pakaian seperti ini. Nona bersyukur, dia sampai tepat waktu. Setelah ganti pakaian, Nona keluar dan langsung menuju pintu.     

Ceklekkk!     

Pintu terbuka dan terlihat wajah Bram yang membuat Nona muak. Dia melakukan itu hanya untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Bram melihat Nona yang berpakaian tidur. Bram meletakkan tangannya di kening Nona.     

"Masih sakit?' tanya Bram.     

Nona menggelengkan kepalanya, Nona berusaha menghindari tangan Bram agar tidak menyentuh kulitnya. Dia jijik tangan pembunuh itu menempel di kulitnya.     

"Masuk dulu, ada apa ya?" tanya Nona.     

Nona menghindari sentuhan tangan Bram dengan berpura-pura untuk mempersilahkan Bram masuk. Nona duduk di seberang Bram. sambil melihat ke arah Bram. Nona melihat ada kalung yang aneh yang Bram pakai. seperti kalung yang mereka sangka kan.     

"Jimat pelindung itu," gumam Nona dengan suara pelan yang hanya dia yang dengar.     

"Apa itu Bram di leher kamu?" tanya Nona langsung.     

Bram melihat ke arah lehernya dan menutup pakaiannya. Dia tidak sengaja memperlihatkan jimat pelindung itu. Bram yang memandang tajam ke arah Nona hanya diam sambil terus mengintimidasi pandangannya. Nona yang tahu langsung membuang muka. Dia tidak mau lagi bertanya, dia sudah tahu kalau itu kalung tanah kuburan yang dia ambil.     

"Ternyata kau takut Bram, makanya kau memakai itu. Dasar pengecut," gumam Nona dalam hati.     

Bram yang melihat Nona cuek dan tidak menatapmya mulai mengatur mimik wajahnya yang tadinya sedikit mengintimidasi sekarang lebih santai.     

"Kamu sudah makan?" tanya Bram dengan lembut.     

Nona yang kaget langsung melihat ke arah Bram. Nona heran orang ini bisa berubah seperti bunglon. Nona menggelengkan kepalanya. Dia memang belum makan, tapi mana mungkin dia bilang sudah. Jika dia bilang sudah bisa ketahuan oleh anak buah Bram jika dia keluar beli makanan.     

"Kalau belum ayo kita makan dulu. Aku sudah beli ini ayam bakar, kamu suka kan ayam bakar? Jika tidak aku bisa minta orang belikan. Atau kita pergi makan di luar." Bram menata makanannya di depan Nona.     

"Tidak, aku suka. Sini aku bantu kamu," ucap Nona.     

Keduanya menata makanan dan mulai makan. ada keraguan di hati nona memakan makanan Bram, dia takut jika ada sesuatu di makanannya. Perlahan tapi pasti, makanan itu akhirnya habis juga dimakan Nona. dia terpaksa menelan makanan itu. Masalah ada sesuatu di makanan itu dia tidak peduli.     

"Kamu kemana saja selama ini? Aku cariin kamu dari semalam. Tapi kamu tidak membuka pintu juga, apa kamu pergi keluar bersama teman kamu itu?" tanya Bram dengan suara mengintimidasi.     

Nona menggelengkan kepalanya. Nona memandang Bram dengan tatapan jijik. Buat apa dia ke sini pikirnya. "Aku di rumah dan aku tidak ingin diganggu dulu. Makanya aku tidak keluar paling makan siap saji saja. Aku membeli di supermarket. Ini baru aku menerima tamu. Ada apa kamu mencari aku Ram?" tanya Nona.     

Bram menghela nafas panjang sambil bangun dan mendekati Nona. Nona ingin menghindar namun, mengingat misinya, Nona terpaksa duduk di sebelah Bram. Bram mengangkat tangan Nona dan mengecupnya.     

"Aku rindu padamu Nona." Bram menatap ke arah Nona dengan tatapan memuja. Nona hanya tersenyum paksa melihat Bram. Mimpi apa aku semalam pikir Nona.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.