Dendam Winarsih

Siapa Yang Kirim



Siapa Yang Kirim

0Semua yang di ruang tamu mengangga melihat kedatangan Dulloh dan Mamad. Kedua pria penakut itu mengunjungi Dino dan yang lainnya. Dino menajamkan pandangannya pada kedua pria itu.     

"Sialan kalian berdua, kenapa kalian menakuti kami hahh! Apa kalian tidak tahu kami sekarang sangat ketakutan!" teriak Ian.     

Ian sudah pucat pasi karena suara dari dalam kamar Dino sekarang, kedua kupluk ini yang datang tiba-tiba dengan wajah tanpa dosa. gubrakk!     

"Suara apa itu?" tanya Dulloh pada Dino.     

Kedua pria yang datang segera merapat ke arah Dino. Mereka tidak peduli ada Narsih di sebelah Dino. Mereka melangkah menuju kursi sebelahnya.     

"Kalian kenapa tidak pulang saja, ini bahaya kalian di sini, lagian kalian kenapa di sini?" tanya Paijo.     

"Kami gantikan ronda Paijo, karena pak haji dan pak syukur. Mereka demam makanya kami yang gantikan. Karena kami lihat rumah kalian terbuka kami singgah dan tidak tahu kalau akan seperti ini," kata Mamad lagi.     

Ian mendengus kesal, sejak kapan rumah dia terbuka, yang ada mereka yang buka pintu dengan kasar. Ian mengetuk dengan sendok bekas makannya.     

Tuk ... tuk ...     

"Ambil ini ketukkan maut dariku." Ian terus mengetuk keduanya berkali-kali.     

Dulloh dan Mamad meringis kesakitan karena kepalanya diketuk oleh Ian pakai sendok makan. Ketiganya bukan diam malah saling membalas. Dino melihat ketiganya saling membalas hanya menghela nafas panjang.     

"Tidak bisakah kalian diam di situ? Aku tidak bisa kosentrasi sama sekali," ucap Dino dengan suara tinggi.     

Ketiganya diam tidak berkata apapun. Suara makin kencang dari dalam kamar Dino. Mang Dadang bangun dan berusaha melihat siapa yang ada di dalam. Dino menarik tangan mang Dadang dan menggeleng kepala pelan.     

"Mang kita tidak tahu siapa yang kirim itu? Jika itu kiriman dari dukun bagaimana?" tanya Dino dengan suara pelan.     

Narsih yang diam di sebelah Dino pergi begitu saja, Paijo mengangga melihat kepergian Narsih. Paijo memberikan kode pada Dino, Dino yang tahu melirik ke sebelah.     

"Kemana dia Paijo?" tanya Dino.     

Paijo mengangkat bahunya, dia saja tidak tahu kemana perginya Narsih. Tapi, dari dalam terdengar teriakkan kencang dan tangisan dari Narsih dan suara yang lain. Dino dan lainnya saling bertatapan.     

"Narsih di dalam? Apa dia sedang mengusir yang lain?" tanya Ian.     

Dulloh yang penakut seketika pingsan. Ian yang melihat Dulloh pingsan menghela nafas panjang. Mamad memeluk kakinya dan bergetar.     

"Harusnya kalian pulang, bukannya di sini. lihat dia pingsan kan," ucap Ian.     

Dino dan mang Dadang bangun dan berjalan menuju kamar Dino. Perlahan mereka membuka pintu dan melihat apa yang terjadi.     

Ceklek!     

Pintu terbuka dan terlihat Narsih berdiri dengan golok saktinya. Satu lagi di ujung dekat jendela. Mereka melihat Narsih yang sudah bersiap untuk mendekati sosok yang tidak mereka ketahui siapa.     

"Mang, apa ini kiriman dukun itu bukan?" tanya Dino.     

Paijo yang memberanikan dirinya mendekati Dino dan Mamang melihat apa yang terjadi. Dia melotot melihat mahkluk lainnya. Dia heran kenapa bisa ada mahluk itu di kamar dino.     

"Dino, dia siapa? Kenapa ada di sini? Apa kita ketahuan sama dukun itu? Jika tahu habislah kita dibunuh sama dia nanti," ucap Paijo dengan suata bergetar.     

Ian juga ikut melihat dan Mamad, keduanya meninggalkan Dulloh sendirian di sofa. Mereka menelan salivanya melihat sosok lain selain Narsih.     

"Itu siapa Dino? Kamu pelihara yang lain selain mbak manis ya?" tanya Mamad pada Dino sembari berbisik.     

"Dino, itu kiriman siapa? Apa dia ikut kau atau kau ikuti dia?" tanya Ian.     

Dino yang mendengar perkataan keduanya makin kesal. Sejak kapan dia ikut mahkluk astral itu dan sejak kapan dia pelihara makhluk itu pikirnya. Dino menatap keduanga dengan tajam.     

"Aku tidak tahu dia dan aku belum kenalan sama dia, kalau kalian mau kenalan silahkan kenalan sana," ucap Dino dengan ketus.     

Keduanya menggelengkan kepalanya. "Oh tidak, kami sibuk ya kan Mad?" tanya Ian lagi.     

Mamad menganggukkan kepalanya cepat. "Kami tidak mau kenalan karena kami sibuk kau saja," jawab Mamad lagi.     

Mereka melihat bagaimana Narsih membantai sesama makhluk itu, entah itu salah siapa yang penting Dino dan lainnya melihat Narsih dan yang satunya sama-sama kuat.     

"Kita tidak ada kerjaan ya, melihat keduanya saling berantem, seperti melihat emak-emak lagi berantem yang suaminya direbut," jawab Ian lagi.     

Dino dan lainnya hanya senyum mendengarnya. Pria yang mau tahu urusan hantu ya merekalah orangnya. Tidak lama acara serang menyerang selesai dan terlihat hantu yang terpojok pergi dari kamar Dino.     

"Dino mbak manis menang," ucap Ian.     

Dino masuk perlahan melihat ke arah kamarnya yang kacau, Ian memijit kepalanya melihat kekacauan yang dibuat hantu usil tadi.     

"Mbak manis siapa yang kirim dia ke sini? Apa ada yang tahu kita mau menolong mbak manis atau ada yang lain atau nyasar?" tanya Ian pada Narsih.     

Narsih menunjukkan sesuatu di dekat lemari, ada bungkusan putih yang diikat benang yang sangat banyak ada tujuh warna. Dino yang mau mengambilnya dicegah sama Narsih dengan goloknya.     

Dino kaget melihat golok dekat di lehernya, begitu juga yang lain. Ian menelan salivanya dan menjauhi Narsih. Dino terdiam tanpa mendekati bungkusan itu. Narsih bergerak dan mengambil bungkusan itu lalu menghilang.     

"Dino, kau ceroboh, jika kau ambil bisa bahaya kau. Untung ada mbak manis," cicit Ian.     

Ian pucat karena golok yang sudah menghabisi orang lengket di leher Dino. Dino memegang lehernya yang hampir saja ditebas.     

"Narsih tidak mungkin menebas kamu Dino, dia mencegah kamu, lagian kamu main serobot saja." Mang Dadang keluar dari kamat Dino dan duduk di sofa.     

Dino memandang lemarinya jebol lagi. Dia ikut keluar dan pasrah dengan kamarnya. nanti saja dia bersihkan pikirnya. Dulloh yang sudah terbangun melihat semua orang diam.     

"Apa yang terjadi?" tanya Dulloh.     

"Yang terjadi kau pingsan cukup lama, untung saja kau tidak dibawa oleh mereka berdua. kalian kembalilah ke pos, nanti ada apa-apa kalian di salahkan," ucap Paijo.     

Mamad dan Dulloh bangun dan bergerak menuju pos ronda. Mereka keluar dari rumah Dino. Ian menutup pintu dan menguncinya. Ian duduk kembali dan memandang Dino.     

"Kita ketahuan ya sama dukun itu?" tanya Ian dengan suara pelan.     

"Entahlah, aku rasa dia tahu mobil kita dan melacaknya dan aku tidak bisa menuduh dia nanti jadi dosa iya kalau dia, kalau tidak kan bahaya," ucap Dino.     

"Benar itu, kita selamat karena Narsih mau bantu kita. Besok kita jumpai Nona, minta dia segera mengambil jimat itu segera. jika tidak akan banyak korban lagi," ucap Paijo pada Dino.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.