Dendam Winarsih

Kirim Guna-guna



Kirim Guna-guna

0Dino dan Nona sudah keluar dan duduk di masing-masing tempat duduk. Nona duduk dan tersenyum ke arah Bram. Dia ingin Bram tidak mencurigainya.     

"Sudah selesai makannya? Jika sudah ayo kita pergi sekarang, aku ingin mengajak ke tempat sesuatu dulu." Bram tersenyum saat mengatakan pada Nona.     

Nona yang takut mulai berdetak kencang, ke tempat sesuatu katanya? Apa ke rumahnya dan dia akan membunuhnya juga pikir Nona dengan wajah pucat.     

Dino yang di ujung melihat wajah Nona yang pucat mulai bergetar, dia tidak tahu kenapa Nona bisa pucat, dia gelisah jantungnya ikut berdetak kencang.     

"Dino, kenapa wajahmu bergetar? Dan Nona kenapa wajahnya aneh seperti itu?" tanya Paijo yang menatap Dino yang wajahnya pucat dan risau.     

"Kalian lihat itu, Nona wajahnya pucat dan aku tidak tahu kenapa dia pucat seperti itu. Aku rasa Bram mengatakan sesuatu. Aku tidak tahu, apa yang dia katakan ke Nona sehingga dia berubah seperti itu," kata Dino sambil menunjuk ke arah Nona.     

Ian dan Paijo menatap ke arah Nona dan benar saja, dia pucat dan tidak nyaman. Setelah itu pergi meninggalkan tempat. Dino dan sahabatnya juga ikut.     

Di tempat berbeda, dukun yang mengetahui jika suruhannya lenyap karena Narsih mulai kesal, dia hanya tahu mobil tanpa tahu wajah yang membawa kabur jasad Narsih.     

"Mbah, apa kita tidak guna-guna saja orang itu. Jika seperti ini kita tidak akan menemukan siapa orangnya," ucap pengikut dukun itu.     

"Jangan dulu, kita harus tahu wajahnya. Jika tidak maka kita akan mudah membuat yang kita mau. Kirim guna-guna tidak mudah, jika tidak ada wajah asli tidak bisa," kata dukun itu pada anak buahnya.     

Narsih berdiri di belakang dukun itu. Dia memperhatikan dukun itu yang berusaha mencari Dino dan kawannya. Dukun itu melirik ke arah belakang, dia tersenyum smirk, Narsih menguping hantu nakal pikirnya.     

"Kalian pergi, mbah kedatangan tamu, jadi kalian segera pergi jangan buat tamu kita pergi dan tanpa bertemu mbah." Mbah dukun meminta anak buahnya keluar dia ingin Narsih muncul di depannya.     

Mbah yang tahu Narsih akan mendekati dirinya meminta anak buahnya pergi, dia akan menghadapi Narsih seorang diri. Mbah juga sudah menyiapkan kembang untuk membuat Dino dan kawan-kawannya tidak tenang, si mbah sudah tahu siapa yang mengambil jasad Narsih, dia termasuk dukun yang pintar.     

"Kau mau melindungi pemuda itu? Pemuda itu tidak akan aku lepaskan, aku akan buat mereka mengambil jasad yang aku ambil itu," kata dukun itu pada Narsih.     

Narsih mendekati dukun itu, dia mengeluarkan nafas yang tidak sedap dan beberapa binatang yang terbilang menyeramkan. Dukun itu diam dan menantang Narsih. Tidak ada ketakutan sedikitpun di mata dukun itu.     

"Jangan ganggu mereka, jika kau ganggu mereka maka aku yang akan berurusan denganku! Aku tidak segan untuk membunuhmu, aku tidak takut dengan mantramu dukun sialan!" Narsih menekankan setiap ucapannya. Terdengar menyeramkan bagi yang mendengarkannya.     

"Kau pikir aku takut hmm? Tidak sama sekali. Aku sudah katakan kalau aku tidak takut sama sekali, jadi enyahlah kau dari sini. Dan bersiap untuk kejutan yang aku berikan padamu," tawa dukun itu menggema.     

Narsih yang emosinya meledak, langsung menghancurkan tempat semedi dukun yang menjadi musuhnya. Semua yang ada di depan dukun hancur karena ulah narsih.     

"Narsih, kau akan aku miliki, aku akan membuat kau jadi budakmu, lupakan dendammu Narsih, aku akan buat kau tidak akan bisa kembali tenang hahahha!" tawa dukun menggelegar.     

Narsih pergi dari hadapan dukun itu dengan amarah yang menggebu, dia akan berusaha melindungi Dino dan temannya. Dukun itu mulai membereskan bekas kekacauan yang Narsih buat. Dia mulai membaca mantra.     

Di tempat berbeda, Dino dan sahabatnya mengikuti ke mana Nona dan Bram pergi. tidak ada cara lain untuk melindungi Nona. Dino merasakan badannya sedikit sakit dan teringat dengan jasad Narsih.     

Mobil sedikit oleng dan berjalan tidak sesuai alur. Ian dan Paijo mulai gelisah karena jalanan ramai. Dino menunjukkan wajahnya yang merah padam.     

"Eh, Dino, kenapa lu? Wajah lu merah dan ya tuhan kita tidak bisa bawa mobil seperti ini," cicit Paijo yang mulai panik.     

"Berhenti, biar aku yang bawa saja, jangan buat kita ikutan mati di sini. Dino berhenti aku bilang!" teriak Ian yang mulai kesal dan panik mobil tidak searah dan makin membuat pengendara lain marah pada mereka.     

Dino yang kesadarannya hilang menghentikan mobil tepat di pinggir jalan sebelum dia benar-benar pingsan.     

Cittt!     

"Cepat buka pintu Paijo, kita bawa dia pulang saja," ucap Ian lagi.     

Klekk!     

Pintu terbuka dan terlihat Paijo keluar menarik Dino keluar. Wajah Dino sudah merah dan sudah tidak bisa dikenali lagi. Ian dan Paijo panik, mereka langsung melajukan mobil menuju rumah sakit terdekat.     

"Dia kenapa? Apa dia kena guna-guna atau apa ya?" tanya Ian dengan panik.     

Dino tertidur di belakang dengan wajah yang makin merah masak. Paijo yang membawa mobil panik, dia tidak konsentrasi membawa mobil. Setengah jam, mobil masuk ke dalam rumah sakit. Mobil di parkir di depan lobby.     

Ian keluar dan berteriak memanggil suster jaga. Dia juga tidak menunggu lama untuk untuk mendorong bankar tanpa pihak rumah sakit perintahkan.     

"Tolong selamatkan teman saya dan tolong dia cepat suster!" teriak ia1n yang panik.     

"Cepat bawa dia di sini cepat," perintah suster pada Ian.     

Ian dan Paijo mengangkat Dino ke bankar dan meletakkannya. Mereka ikut bersama ke dalam ruang IGD. Tidak berselang lama, Ian terjatuh dan menunjukkan gejala yang sama dengan Dino.     

Gubrakkk!     

Paijo yang melihat Ian pingsan dan sama seperti Dino mulai panik, suster yang melihat memanggil perawat pria untuk membawa Ian. Paijo duduk dan berusaha membaca doa. Dia tidak tahu apakah ini pertanda kedua sahabatnya di guna-guna atau hanya sakit seperti biasa saja.     

"Aku harua kuat, aku tidak boleh lemah, alfatiha," gumam Paijo.     

Paijo menunduk dan merasakan aura yang tidak enak di badannya, dia terus berdoa dan tidak sedikitpun mulutnya komat kamit untuk membacakan doa untuk dirinya sendiri.     

Huekk!     

Mulut Paijo mengeluarkan darah dan sebagainya, entah efek doa atau apa dia mengeluarkan hal yang tidak masuk akal. Suster rumah sakit berteriak melihat apa yang dimuntahkan oleh Paijo.     

"Mas, mas nggak apa-apa?" tanya suster itu yang mendekati Paijo.     

Paijo menggelengkan kepalanya, tapi dia sedikit lega karena gejolak itu keluar dan yang anehnya, keluar berbentuk cairan merah dengan berbagai benda tajam dan rambut.     

"Tolong selamatkan teman saya itu, saya mohon pada kalian." Minta Paijo pada suster itu sebelum dia benar-benar pingsan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.