Dendam Winarsih

Obat Mujarab Itu Doa



Obat Mujarab Itu Doa

0Kamar inap masih sepi, belum ada yang bicara sama sekali, baik itu Dino atau pun yang lain bahkan Narsih juga masih betah di pojok kamar.     

"Hubungi mang Jupri, kasih tahu dia apa yang terjadi, biar dia bisa memberitahukan keadaan di sana, kita harus segera menjauhkan dukun itu dari jasad Narsih." Ian memberikan saran pada Dino agar segera untuk menelpon mang Jupri.     

Anggukkan dari Dino dan Paijo terlihat, Dino mencari ponsel petaknya. Nona membantu Dino untuk mengambil ponsel yang di nakas sebelah Dino tidur. Nona menyerahkan ponsel kepada Dino, Dino tersenyum saat ponsel diberikan ke dirinya. Dino mencari nomor mang Jupri, setelah menemukan nomornya, Dino menekan tombol hijau kecil di ponselnya.     

Tut ... tut ...     

"Halo, nak Dino ada apa? Bagaimana kabarnya?" tanya mang Jupri.     

Helaan nafas Dino terdengar di telinga mang Jupri. Mang Jupri menyengitkan keningnya, dia tidak tahu apa yang terjadi. Mang Jupri tidak banyak cerita dia menunggu Dino mengatakan apa yang terjadi.     

"Sebenarnya, kami kurang sehat. Kami bertiga termasuk mang Dadang diguna-guna oleh dukun yang mengambil jasad Narsih, tapi yang paling parah kami Mang, Mang Dadang aman dan bisa menghindari hal itu." Dino menjelaskan apa yang terjadi dengan mereka saat ini.     

"Apa kalian tidak salah bicara? Kalian muntah darah? Dan ke luar sesuatu dari mulut kalian tidak dan apa kalian sudah baikkan?" tanya mang Jupri terus menerus.     

Dino tersenyum karena mang Jupri mengkhawatirkan mereka semua. "Kami baik, apa yang mang katakan itu terjadi. Makanya saya mau tanya obat untuk tidak terkena lagi mang, kami lemas dan hampir gila mang, suara dia yang meminta kami ke sana dan mengambil jasad Narsih itu membuat kami gila mang, bertolak belakang dengan apa yang ada saat ini mang," ucap Dino dengan suara lirih.     

Mang Jupri tahu jika mereka tidak pernah mendapatkan itu. Itu semua karena jasad Narsih yang diambil dan mereka mengembalikannya. Itu wajar karena jasad itu tidak boleh digunakan untuk hal yang tidak baik.     

"Obat tidak ada, kalau pun ada ya kita ke tempat orang yang sama seperti dia, tapi menurut mang Jupri sebaik-baiknya obat itu adalah doa. Obat mujarab itu doa nak, mang Jupri yakin, kalian bisa terbebas dari ilmu apapun," jawab mang Jupri dengan suara pelan.     

Dino juga tahu jika doa lah obat yang mujarab, tidak ada yang lain lagi. Ian dan Paijo menunggu Dino memberitahu apa yang dibicarakan.     

"Mang akan ke sana dengan istri mang, kalian jangan takut mang akan doakan kalian dan mang akan minta air doa ke ustad dekat sini. Semoga kalian tidak kenapa-napa ya," jawab mang Jupri sebelum pembicaraan mereka berakhir.     

"Baiklah, terima kasih mang. Hati-hati nanti saya kasih alamatnya ya," jawab Dino.     

Panggilan keduanya berakhir, Dino meletakkan ponselnya di sebelahnya. Dino menatap ke arah yang lain. Ian dan yang lain menunggu apa yang akan Dino katakan. Tarikkan nafas mengawali dia akan mengatakan apa yang dia bincangkan dengan mang Jupri.     

"Mang jupri akan ke sini, dia juga tidak tahu obat apa untuk guna-guna, cuma dia bilang kalau dia akan ke sini dan membawakan air dari pak ustad saja, karena obat yang mujarab doa," jawab Dino kepada yang lain.     

Ian dan Paijo menganggukkan kepalanya, benar apa kata mang Jupri, doa itu yang mujarab untuk segala hal apapun. Karena itu langsung ke pencipta.     

"Jadi, kita harus menunggu mang Jupri datang ke sini dan membawakan obat untuk mencegah guna-guna dukun itu ya? Semoga bisa menetralisir keadaan ya," ucap Nona dengan wajah penuh harap.     

Dino mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia tahu kalau apa yang dikatakan oleh mang Jupri itu benar adanya. Dia hanya perlu berdoa saja, semoga tidak ada hal lain yang menimpanya nanti.     

"Ya sudah, kalian tidur saja, jangan mikirin yang sudah-sudah, mang yakin kalau kalian bisa melewati ini semua dan kita bisa segera balaskan dendam Winarsih segera." mang Dadang memberikan semangat pada dino dan ketiga sahabatnya itu untuk tenang dan berdoa agar semua selesai dengan tepat waktu.     

Dino memandang Narsih yang tersenyum padanya, dia menghilang dari pandangan mereka. Dino menatap Nona yang berada di sisinya.     

"Kamu tidur lah Nona, sudah malam ini, aku tidak ingin kamu sakit lagi, jika kamu sakit maka kamu tidak bisa kerja besok." Ajak Dino pada Nona.     

Nona menganggukkan kepalanya, dia duduk dan merebahkan kepalanya di sisi tangan Dino. Dino mengusap rambut Nona dengan lembut. Ya, berteman cukup lama, benih cinta itu tidak mungkin tidak ada sama sekali. Mang Dadang tersenyum melihat kedua anak muda itu.     

"Mang, jika mereka jadian mang Dadang setuju?" tanya Ian yang berbisik kecil ke telinga mang Dadang.     

Mang Dadang melihat ke arah Ian yang membisikkan sesuatu ke telinganya. Dia mulai tersenyum dengan apa yang Ian katakan. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu.     

"Hust, kamu jangan suka menggunjing, Nggak baik, tidur sana. Kalau pun nanti keduanya bersama berarti Tuhan merestui mereka bersama jika tidak maka dipaksa juga tidak bakalan jadi, tahu tidak kamu Ian," ungkap mang Dadang kepada Ian.     

Ian mengangguk sembari tertawa kecil, Dino yang sayup-sayup mendengar apa yang Ian dan mang Dadang katakan hanya senyum kecil, dia senang jika nanti berjodoh dengan Nona. Wanita yang dia sukai pertama kali saat masuk kerja di sana.     

"Hemm! Jangan suka mengibahku Ian, Mang, aku mendengarkan kalian mengataiku. Awas saja, nanti kalian berdua bisa dosa," sindir Dino yang menahan tawanya.     

Paijo terkekeh mendengar sindiran dari Dino, dia tahu jika Dino ingin menjahili keduanya. Ian dan Mang Dadang terdiam dan saling pandang, Ian berdecih karena mendengar apa yang dikatakan oleh Dino.     

"Siapa yang mengataimu Dino, kadang kau banyak perasan ya, urus saja tuh mbak manis kamu itu, hilang timbul saja. Kalau kita lagi gunjingin orang dia muncul, tadi dia kabur, nggak jelas jadi hantu," sindir Ian sambil melirik Narsih yang muncul di sudut kamar.     

Semua memandang ke arah sudut, benar sekali, ada Narsih yang berdiri di tempat yang sama. Paijo mengangga karena bukannya tadi dia sudah pergi pikirnya.     

"Bukannya dia sudah pergi ya? Kenapa balik lagi?" tanya Paijo.     

"Paling dia mau ikutan mengatai Dino, makanya dia balik. Iya kan mbak manis?" tanya Ian sekenaknya.     

Narsih seketika menghilang dan pergi begitu saja dari hadapan Dino dan yang lainnya. Ian yang melihat kepergian Narsih tertawa renyah, diikuti oleh yang lainnya.     

"Jahat kau Ian, hantu kau godain." Paijo melempar bantal ke muka Ian.     

Mereka tertawa dan geli, hari ini banyak kejadian yang membuat mereka merasakan hidup tidak terlalu mulus pasti ada krikilnya, sebagai manusia harus lebih banyak berdoa dan berdoa kepada sang pencipta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.