Dendam Winarsih

Bertemu Dukun Lagi



Bertemu Dukun Lagi

0Bram dan kedua sahabatnya berencana bertemu dukun lagi, dia akan bertemu untuk membahas masalahnya. Apa ada solusi lagi atau tidak.     

"Bram, kau jika diminta untuk ambil jasad wanita itu bagaimana? Apa kau sedia?" tanya Deki.     

"Buat apa Bram ambil jasad wanita itu? Kan masih ada dia yang ambil, bukannya dia bilang waktu itu dia yang ambil jasad Itu. Dan sekarang kenapa minta Bram ambil. aku jujur tidak mau ambil jasad itu. Habis diserang masa aku, lebih baik menjauh lah, kita sudah banyak masalah, jangan nambah lagi." Diman menjelaskan apa yang dia pikirkan.     

Bram menghela nafas panjang. Dia menatap ke arah Deki sahabatnya itu. "Kau pikir aku mau ambil itu? Tidak akan aku lakukan itu. Dan aku tidak akan mau juga, aku bukan orang bodoh yang mau ambil jasad wanita itu." Bram menolak untuk mengambil jasad Narsih.     

Bram masih menunggu pesannya dibalas oleh Nona. Dia juga tidak tahu kenapa Nona tidak mengabarinya. Dia juga tidak mendapatkan kabar dari anak buahnya. Bram mengambil ponsel dan langsung menghubungi anak buahnya yang berjaga di dekat rumah Nona.     

Tut ... tut ...     

"Halo pak Bram, ada apa pak Bram?" tanya anak buah yang Bram minta mengawasi Nona di rumahnya.     

Deki dan Diman saling pandang satu sama lain. Keduanya saling memberikan kode. siapa yang Bram hubungi.     

"Apa kalian tahu keberadaan dia? Kenapa kalian tidak ada kabar sama sekali tentang dia?" tanya Bram dengan suara datar.     

"Kami masih dirumahnya, tadi dia kerumah sakit dan setelah itu dia pulang. Kami cek dia masuk ke IGD, setelah itu dia bawa bungkusan dari kasir. Mungkin dia sakit pak Bram. Makanya sejak pulang dari rumah sakit tidak kelihatan keluar," kata anak buah Bram.     

"Sakit apa dia? Kenapa dia tidak kasih tahu aku. Apa dia salah makan waktu di tempat makan waktu itu. Pantasan aku telpon dan aku kirim pesan dia tidak menjawab, apa dia istirahat ya," gumam Bram pelan.     

"Pak Bram, anda masih di sana?" tanya anak buah Bram.     

"Awasi terus, jika dia keluar dari rumah kabari saya. Awasi jika ada anak ingusan itu muncul di rumah," ucap Bram dengan sedikit nada perintah.     

"Baik Pak Bram." Anak buah Bram mengiyakan apa yang Bram perintahkan.     

Panggilan keduanya berakhir. Bram meletakkan kembali ponselnya di meja kerja. dia menatap kedua sahabatnya.     

"Kapan kita ke rumah dukun itu? Apa dia menghubungi kalian?" tanya Bram pada kedua sahabatnya.     

"Dukun itu belum kabari aku, entah kenapa dia tidak ada memberikan kabar padaku. Aku rasa dia sedang memikirkan cara mengambil jasad Narsih." Deki menjawab apa yang dia ketahui.     

"Baiklah, jika begitu kita tunggu saja. Aku harap dia tidak memberitahu kita untuk ambil jasad itu." Bram tidak mau mengambil jasad Narsih karena akan berurusan dengan Narsih secara langsung.     

Drt ... drt ...     

Deki melihat panggilan masuk, dia kaget karena telpon dari dukun yang baru saha dia bahas bersama temannya itu.     

"Dukun itu telpon aku, aku jawab dulu, aku pakai speaker ya, kalian dengar ya, apa kata dia," kata Deki.     

Deki mengangkat ponselnya, dia berpura-pura kelihatan santai, dia tidak terlihat antusias karena di telpon oleh dukun itu.     

"Apa kabar mbah?" tanya Deki langsung.     

"Kurang baik, kalian bisa ketempat saya, saya ada yang mau dibincangkan, saya harap kalian akan datang," jawab dukun itu lagi.     

"Baik, kami akan ke sana, kami harap ada kejelasan, kami memang tidak di ganggu lagi sama hantu itu, kami harap dia bisa hilang dan tidak mendekati kami lagi," kata Deki lagi.     

"Baiklah, akan saya tunggu kalian, saya harap kalian datang," ucap dukun itu.     

Deki hanya menganggukkan kepalanya, dia akan datang tapi tidak besok. Panggilan keduanya berakhir, Deki menghela nafas dan melihat kedua sahabatnya.     

"Jadi besok kalian harus ke sana. Kita lihat apa yang dukun itu katakan, jika kalian tidak mau aku tidak maksa. Aku kan bilang kita sibuk dah itu saja. Kalian bisa bertahan dengan jimat tanah kuburan ini. Aku tidak mempermasalahkannya, ini cukup aku rasa," jawab Deki sambil melihat ke arah temannya.     

"Baiklah, kita ke sana besok. Kita lihat besok, apa dia mau ke kita. Jika aneh, aku akan tolak dia," ucap Bram lagi.     

Ketiganya menganggukkan kepalanya. Beda di rumah dukun itu. Dia senang akhirnya ketiga pria itu datang. Dia baru tahu jika ada wanita yang wajahnya mirip dengan Narsih, hantu itu tidak bisa lagi lari dan begitu juga dengan pria itu, dia pasti akan mau menuruti aku jika wanita itu bisa dalam genggamannya.     

"Mbah, mbah yakin mau bawa wanita yang mirip itu ke sini? Jika pria itu tidak mau bagaimana?" tanya pengikut dukun itu.     

"Kalian tenang saja, aku lihat di sini dia sangat dijaga oleh para lelaki ini, kita bisa culik saja, demi jasad itu, kita akan lakukan apapun, jadi kalian segera bertindak, ikuti wanita itu, kemana pun dia berada, jika perlu kita culik saja, tanpa minta mereka menyerahkan wanita itu," jawab dukun itu dengan wajah bahagia.     

Dukun itu melihat ke arah mangkuk tanah liat, dia melihat kearah mangkuk itu, melihat Nona yang sedang berbincang dengan Dino di rumah sakit. Dia baru tahu ada yang mirip dengan jasad itu.     

"Baiklah, kalian segera pergi dari sini. Kabari aku, jika kalian sudah dapat wanita itu," kata dukun itu lagi.     

Anak buah dukun itu pergi meninggalkan rumah mbah dukun itu. Mereka akan mencari Nona dan menculiknya. Dari kejauhan Narsih melihat apa yang di rencanakan oleh dukun itu. Dia mulai mengeratkan genggaman tangannya.     

****     

Esoknya Bram dan kedua sahabatnya pergi ke desa tempat dukun yang pernah dia datangi. bram menempuh waktu lumayan lama, hampir 6 jam lebih, akhirnya mereka sampai. Bram hanya menghela nafas panjang, lagi-lagi ke tempat ini tapi tidak ada hasilnya.     

Bram dan kedua sahabatnya mendekati rumah dukun dan masuk ke dalam rumah dukun itu. Bram dan kedua sahabatnya di sambut anak buah dukun itu. Bertemu dukun lagi, tapi tidak ada yang dia dapatkan pikir Bram lagi.     

"Bram, aku rasa kita ada masalah baru ini." Deki berbisik ke arah Bram.     

"Kita lihat saja ya, jika dia tidak memiliki hal yang berguna aku akan pergi. Aku tidak peduli untuk pergi dari sini," jawab Bram ketus.     

Ketiganya masuk dan melihat dukun itu sudah duduk di tempatnya dengan berbagai peralatan ritualnya. Bram menghela nafas panjang, dia tidak tahu apa yang dukun itu katakan nanti.     

"Kalian datang juga ya, saya pikir kalian tidak datang ke sini. Silahkan duduk santai saja anggap seperti rumah sendiri ya, saya hanya ingin mengatakan hal penting. Dan ini bisa buat kalian bebas dari hantu itu," kata dukun itu lagi.     

"Apa itu?" tanya Bram langsung.     

"Saya mau wanita yang berada di sisimu dan sisi pemuda yang mengambil jasad Narsih." dukun itu mengatakan langsung pada Bram.     

Bram dan kedua sahabatnya mengangga mendengar apa yang dikatakan oleh dukun. Bram sudah mengepalkan tangannya dengan keras.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.