Dendam Winarsih

Tumbal Dukun



Tumbal Dukun

0Mobil melaju meninggalkan tempat kejadian, satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah dengan selamat. Bibi dan Nona turun dan masuk ke dalam rumah. Dino dan lainnya menyusul Nona dan Bibi masuk.     

"Nona, kamu di sini dulu ya, jangan kembali ke rumah dulu, aku takut kamu kenapa-napa. kamu tahu kan tadi gimana, aku tidak mau kamu diculik sama anak buah dukun itu," kata Dino sambil memandang Nona.     

Nona menganggukkan kepalanya, dia ikut saja apa kata Dino. Dia mau aman dan tidak mau jadi tumbal dukun itu. Nona dan Bibi sumi melakukan kegiatan di dapur. Dino dan yang lainnya duduk di ruang tamu.     

"Mang, kenapa Nona mau diculik?" tanya Ian pada mang Dadang.     

Mang Dadang mengidikkan bahunya dia tidak tahu apakah maksud dari dukun itu mengincar Nona. Apa ini ada kaitannya dengan jasad yang mereka kembalikan itu. mang Dadang berpikir sambil menunduk dia memikirkan hubungan penculikan ini dengan jasad Narsih.     

"Mereka punya wajah yang sama, tentu itu keuntungan buat dukun itu memanggil Narsih untuk menyerahkan jasadnya dengan suka rela, dia tidak mungkin membiarkan Nona yang wajahnya mirip dengan dirinya terbunuh di tangan dukun itu." Mang Jupri menjelaskan apa yang ditanyakan tadi.     

Mang dadang menatap Mang Jupri, dia nengangguk kepalanya dan benar tebakkan mang Jupri. Atau jangan-jangan dukun itu menjadikan Nona tumbal agar mereka mengambil jasad Narsih dan membuat Narsih berada dalam tangannya.     

"Mereka mau kalian mengambil jasad Narsih dan menukar dengan Nona. Tapi, bisa saja keduanya lah yang ingin dia kuasai." Mang Dadang menjelaskan lagi apa yang jadi pemikirannya.     

Dino mengepalkan tangannya, kenapa makin runyam dan makin membuat dia sulit menuntaskan ini semua. Dino memandang mang Dadang dan mang Jupri. Dia meminta keduanya menjelaskan apa yang harus dilakukan.     

"Kita harus apa mang?" tanya Dino pada mang Dadang dan mang Jupri.     

"Kita harus jaga Nona, bisa saja dia diculik tanpa pengawasan kalian. Saya akan kabari kepala desa untuk mengawasi makam Narsih. Kita nggak pernah tahu jika sewaktu-waktu dia melakukannya lagi. Jadi lebih baik berjaga agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan," jawab mang Jupri pada Dino dan lainnya.     

"Saya setuju, mulai saat ini kita bukan hanya mengejar Bram saja, tapi kita harus menghalangi dukun untuk menculik Nona yang akan di jadikn tumbal dukun itu. Bisa saja dia memanfaatkan kalian termasuk Bram juga." Mang Dadang menjelaskan sekali lagi apa yang dia pikirkan.     

"Mereka tidak tahu jika sebenarnya itu salah mang?" tanya Ian lagi dengan wajah mulai kesal.     

"Kalau mereka tahu mana mungkin melakukan itu. Mereka tidak punya pikiran hanya kesenangan semata tanpa memikirkan orang lain. Harusnya, mereka tahu jika hal itu tidak benar," kata Paijo dengan wajah datar.     

Nona dan Bibi Sum datang membawa minuman dan beberapa makanan kecil. mereka ikut duduk di depan bersama yang lainnya. Nona duduk di sebelah Dino dan menatap ke arah yang lain.     

"Apa mereka mau menumbalkan diriku hanya demi kepentingan mereka sendiri?" tanya Nona yang menatap Dino dengan wajah sendu.     

"Nona, jangan sedih. Kamu aman sama kami. Aku yakin, Bram pun tidak akan membiarkan kamu dijadikan tumbal dukun itu. Ini bukan untuk melindungi mereka lagi, ini sudah menjadi keinginan pribadi dukun itu. jadi kamu akan aman bersama kami," ucap Dino menenangkan Nona.     

Bram mengutuk keras apa yang di sampaikan oleh dukun itu. Dia tidak menyangka jika dukun itu mau menjadikan Nona tumbal demi kepentingannya. Diman dan Deki menatap Bram yang kesal, mereka tidak mau membuka suara jika membuka suara maka mereka akan kena marah oleh Bram.     

"Jangan kita jumpai dia lagi, aku tidak mau bertemu dukun sialan itu lagi. Dia tidak punya pikiran apa, seenak jidad mau jadikan orang lain tumbal. Dia pikir, dia siapa?" tanya Bram dengan amarah yang mengebu.     

"Sabar Bram, kita bisa bicarakan baik-baik. Jangan sampai kita terbawa emosi. Kita tidak akan bisa melakukan apapun saat ini ingat kita akan menemukan cara lain untuk bisa cari jalan keluarnya." Deki menenangkan Bram agar dia tidak tersulut emosi.     

"Aku sudah katakan, dia hanya memanfaatkan kita, dia tahu jika jasad Narsih itu tidak membusuk, sebelum kita membayar apa yang telah kita lakukan," ucap Diman lagi.     

Diman mengusap rambut dengan kasar, dia tidak akan pernah selamat kali ini, dia akan ikut menderita atas apa yang telah dia perbuat. Dia akan seperti Deka yang sampai sekarang terbaring koma.     

"Aku akan membuat dukun itu mati, aku tidak peduli sama sekali, karena bagiku, dia sudah keterlaluan, tidak ada kata maaf padaku," ucap Bram lagi.     

Deki dan Diman tidak bisa berkata apapun, dia hanya bisa diam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Mereka hanya bisa memikirkan langkah selanjutnya. Jika Bram akan membunuh dukun itu maka dia tidak akan ikut campur.     

"Bram, aku tidak akan ikut campur, aku sudah banyak dosa, aku hanya mau hidupku aman, cukup jimat ini yang jadi pelindungku dari Narsih. Jika kau ingin membunuh dukun itu silahkan, aku tidak akan ikut, karena aku tidak mau bertambah beban hidupku lagi. Aku punya keluarga, jadi aku memikirkan keluargaku," ucap Deki.     

Diman pun menganggukkan kepalanya, dia juga memikirkan keluarganya, dia juga tidak akan mengambil langkah yang sama lagi, biarkan dia tetap seperti ini, masa lalu sudah membuat dia menderita jangan ada lagi hal yang lain di masa sekarang.     

Mobil melaju meninggalkan desa dan kembali kerumah mereka masing-masing. Mereka tidak ingin memikirkan apa yang terjadi hari ini. Cukup mereka memikirkan langkah selanjutnya. Narsih yang berada di rumah Bram hanya menatap wajah Bram dari jauh. Bram tidak bisa dia sentuh sama sekali, dia juga tidak bisa membalaskan dendamnya karena jimat itu masih bersama Bram.     

"Kang, kenapa kang melakukan ini lagi," ucap Narsih yang muncul di depan Bram.     

Bram menatap Narsih yang berdiri di depannya, dia juga tidak mau terlalu memikirkan Narsih, Bram mengabaikannya dia tidak bisa bertemu dan berdebat dengan Narsih.     

"Pergi kau dari sini, jangan kau tampakkan wajahmu di depanku, aku tidak mau kau muncul. Apa kau kurang aku bunuh saat hidup? Jika kau kurang aku bunuh, maka aku akan membunuhmu saat ini juga," ucap Bram dengan pandangan tajam.     

Bram meninggalkan Narsih tanpa berkata apapun, dia juga tidak menghiraukan panggillan dari Narsih dan tentunya amukkan dari Narsih. Bram masuk ke dalam kamar mandi dan membanting pintu kamar mandi dengan kencang.     

"Sudah, cukup kalian membuat aku muak, aku tidak akan membiarkan kalian mengaturku. Aku tidak akan jadikan Nona tumbal dukun itu, sampai matipun aku tidak kan membiarkan dia jadi tumbal dukun itu." Bram mengepalkan tangannya. Dia begitu kesal karena permintaan dukun itu.     

hay, jangan lupa singgah di Kutukan Nyai Darsimah ya ditunggu kedatangannya Mauliate Godang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.