Dendam Winarsih

Jangan Bunuh Aku



Jangan Bunuh Aku

0Dukun yang duduk di meja kerjanya memandang tempat periuk tanah liat yang berisi bunga dan air, dukun itu sangat menunggu waktu kapan dia akan membuat Nona berada di sisinya untuk bisa mendapatkan jasad Winarsih.     

"Akhhh, sial. Bisa-bisa aku mati duluan ini, ini tidak boleh terjadi, aku harus bisa mendapatkan wanita itu, dia kuncinya." Dukun itu merenungi cara untuk bisa mendapatkan Nona.     

Di tempat lain Bram dan ketiga temannya saling pandang. Suara pun tidak terdengar sama sekali. Ian dan Paijo benar-benar kesal karena tidak ada yang mau membuka suara. Dino masih memandang wajah Bram begitu sebaliknya.     

"Kalian jika terus saling pandang, lebih baik selesaikan ini, aku mau segera pulang, menyebalkan sekali," ketus Ian yang sudah kesal.     

"Kalian datang ke sini karena aku yang minta, jadi tolong tata kramanya ya," ucap Bram dengan sombong.     

Ian yang mendengar perkataan Bram mengepalkan tangannya. Dia bangun dan menarik kerah pakaian Bram dengan kencang. Bram sampai terangkat dan memandang Ian. Dino dan Paijo melerai Ian agar tidak terjadi sesuatu nantinya.     

"Ian jangan seperti ini, aku mohon, lepaskan dia jangan kau seperti ini. Kita harus tahu maksud dia memanggil kita di sini," kata Dino melerai Ian.     

Ian melepaskan tangan dari kerah Bram dan menolaknya dengan kasar. Bram yang ditolak jatuh ke kursi semula, dia duduk di kursi sambil memandang ke tiganya.     

"Mau apa meminta kami ke sini?" tanya Dino dengan wajah datar.     

Ketiganya duduk kembali sambil memandang ke arah Bram. Bram memandang ke arah ketiganya dan mulai mengatur duduknya.     

"Tinggalkan Nona, biar dia bersamaku, aku akan melindunginya dan menjaganya. Kalian bukan siapa-siapa dia, dia akan aman bersamaku, jadi jangan dekati dia, biarkan aku yang menjaganya." Bram mengatakan apa yang dia ingin katakan.     

Bram sengaja mengatakan itu agar Nona tidak di dekati oleh dukun itu. Dia tidak mau melibatkan Nona. Dengan Nona dekat dengan dia maka Narsih akan menjauh darinya, dia akan terbebas dari dendam Winarsih. licik bukan pikir Bram.     

Dino yang mendengar apa yang dikatakan oleh Bram menepuk tangannya dengan kencang, dia tidak menyangka Bram pembunuh sadis mengatakan itu. Bram yang duduk dengan sombongnya langsung menunjukkan wajah yang sangat menyeramkan.     

"Kau pikir aku tidak tahu maksud kau mengatakan itu? Aku tahu kau pasti mau menghindar dari kematian bukan? Hahahah! jangan mimpi kau Bram, kau harus pertanggungjawabkan perbuatanmu. Kau merusak kebahagiaan Narsih dan suaminya. itu katamu mau melindungi Nona, cihh! Kau keterlaluan, sampai kapan pun kau dan orang dibelakangmu tidak akan bisa menyentuh Nona. Mungkin kau mengawasi dia tapi kami yang menjaganya," jawab Dino dengan wajah datar dan penuh amarah.     

"Kau pikir kami tidak bisa menjaga sahabat perempuan kami, cihh! Kau salah Bram, jangan mencoba lari dari Winarsih dan kau pasti akan mendapat balasannya." Ian mencoba memanasi Bram dengan kata-katanya.     

"Kalau kau mau berkata ini saja, menurutku sudah selesai ya. Wawancara ini sungguh menyenangkan sekali, seorang pengusaha menginginkan wanita, sungguh terlalu sekali anda pak Bram," sahut Paijo dengan wajah meremehkan.     

Bram yang mendengar apa yang dikatakan oleh ketiga teman Nona mengepalkan tangannya, dia tidak terima bila teman Nona berkata seperti itu. Bram menatap nyalang ke arah ketiganya.     

"Kalian jangan sok menjadi jagoan, aku tidak akan membiarkan kalian bertindak tanpa izinku," hardik Bram dengan tegas dan suara tinggi.     

"Hahaha, kau pikir kami takut hmm, tidak ada kamus kami takut sama kamu, jadi nggak berpengaruh sama sekali pada kami, ayo kita pergi sekarang." Ajak Ian yang sudah bangun dari sofa.     

Paijo dan Dino ikut bangun dari tempat duduk dan meninggalkan ruangan kerja Bram. Bram hanya menatap kepergian ketiganya. Dia tidak menahan ketiganya. Bram hanya mengepalkan tangannya dan mengertakkan giginya.     

Ian dan kedua temannya langsung masuk ke dalam lift, ketiganya menghela nafas panjang. di tempat lain Nona yang berada di parkiran diculik oleh orang tidak dikenal. Nona dibius dan dibawa masuk ke dalam mobil.     

"Kita akan berikan ini ke dukun itu bos?" tanya pria yang bertubuh besar.     

"Tentu, aku akan membawa dia, semua demi keselamatanku." Seseorang tersenyum smirk melihat nona yang tertidur karena di bius.     

Nona dibawa ke rumah dukun itu, seseorang membawa Nona untuk menjadi tumbal. Mobil melaju menuju desa tempat dukun itu berada. Nona tidak menyadari sama sekali akan dijadikan tumbal oleh pria itu. Hampir enam jam lebih mobil melaju, sekarang mereka sudah berada di desa tempat dukun itu berada dan Nona dibawa masuk ke dalam gubuk dukun itu.     

"Mbah, kami bawa wanita yang mbah minta itu. Kalian bawa dia di dekat si mbah." Pria itu memerintahkan pria bertubuh tegap itu meletakkan Nona di sebelah dukun itu.     

Pria tegap itu membawa Nona ke tempat mbah dukun dan langsung meletakkan di dekat mbah dukun itu. Mbah dukun menatap Nona yang persis sama dengan Narsih. Dia tidak menyangka karena wanita ini mirip.     

"Kami pulang mbah, tolong kondisikan hantu wanita itu, kami mau pulang dulu," ucap pria misterius itu.     

Mbah dukun mengganggukkan kepalanya, dia senang karena masih bisa mendapatkan wanita yang mirip dengan Narsih tanpa harus mengerahkan tenaga.     

"Akhirnya aku dapat juga." Dukun itu senang karena mendapatkan Nona.     

Nona yang pingsan mengerjapkan matanya, dia melihat ke arah sekeliling dan terlihat dukun dengan wajah yang menyeramkan. Nona tersentak dan langsung menjauhi dukun itu.     

"Jangan bunuh aku, aku mohon pak," kata Nona dengan wajah sendu.     

Dukun itu tersenyum melihat raut Nona yang begitu mirip dengan Narsih. Si mbah dukun tersenyum melihat Nona ketakutan. "Saatnya dia akan mengambil jasad Narsih dan membawa dia ke sini. Aku akan melakukan ritual ini. Dasar pria bodoh, dia mau saja mendengar apa yang aku katakan." Mbah dukun senang karena dia bisa mendapatkan dua sekaligus tanpa perlu bersusah payah melawan Narsih.     

Nona menangis karena dia berada di tempat yang tidak dia kenal, dia berharap ada yang menyelamatkan dia dari dukun ini. Nona baru ingat jika dukun ini lah yang dibicarakan oleh ketiga sahabatnya dan mang Dadang.     

"Aku harap Dino bisa membawa aku pergi dari tempat ini. Aku tidak mau dibunuh oleh dukun ini aku takut sangat takut. Dino tolong aku, bantu aku untuk pergi dari sini," ucap Nona dengan suara lirih.     

Dino yang sudah di mobil menuju kantor merasakan hatinya tidak enak dia masih memikirkan Nona. Kenapa Nona tidak menghubunginya. Dino mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Nona, namun tidak dijawab sama sekali oleh Nona.     

"Dia dikantor, aku yakin dia tidak akan kenapa-napa. Aku yakin itu," ucap Ian menenangkan hati Dino.     

Yuk, singgah ke Kutukan Nyai Darsimah ya sahabat Narsih ya ditunggu kedatangannya Mauliate Godang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.