Dendam Winarsih

Menghilang



Menghilang

0Dino segera ke tempat Nona, dia langsung berlari menuju ruangan Nona. Dino merasakan hatinya gelisah dan tidak menentu. Ian dan Paijo juga ikut bersama Dino. Sampai di ruang kerja Dino tidak melihat sama sekali wajah Nona. Dino berlari ke kamar mandi untuk mencari nona.     

"Habis lah, dia menghilang. Pasti dia diculik Paijo," ucap Ian sambil mengusap wajah dan rambutnya.     

Ian menendang meja dengan kencang, mereka kecolongan karena tidak bisa menjaga Nona. Dino menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu harus apa saat ini. Paijo menepuk pundak Dino, dia mencoba untuk menenangkan Dino.     

"Ayo kita cari dia, aku yakin dia ada di sana. Kalian pasti tahu kan siapa yang ada di balik ini. Kita ke sana sekarang, sebelum terlambat. aku yakin kita bisa menemukan Nona," kata Ian pada Dino dan Paijo.     

"Ian benar, dia pasti tidak kenapa-napa. Kita cari saja dia ke sana. Kami tahu dia di sembunyikan di mana. Jadi kita bisa membawa dia dari sana." Paijo juga menyetujui apa yang dikatakan oleh Ian.     

Dino terdiam, dia tidak akan pernah bertemu Nona jika dia tidak membawa Nona sekarang. Dino mengangguk pelan dan langsung ke luar dari ruangan kerja. Ian dan Paijo ikut menyusul Dino. Ian mengambil ponselnya dam langsung mencari nama mang Dadang dan mang Jupri. Dia akan mengirim pesan kepada ke duanya untuk segera bersiap untuk ke tempat dukun itu berada.     

"Sudah kabari si mamang nggak?" tanya Dino kepada Ian.     

"Sudah, aku sudah kasih tahu dia, kita jemput mereka dulu, baru kita ke sana. Kita tidak mungkin ke sana sendirian," jawab Ian kepada Dino.     

Dino mengangguk pelan, Dino yang sudah sampai di mobil langsung masuk di susul Ian dan Paijo. ketiganya bergerak menuju rumah untuk menjemput mang Dadang dan Jupri. Sampai di rumah kedua mamang sudah menunggu. Mamang Dadang dan mang Jupri masuk ke dalam mobil.     

"Tadi Nona pergi ke kantor, dia bilang ada kerjaan, tapi kenapa bisa diculik. Apa ini perbuatan dari dukun itu Dino?" tanya mang Dadang.     

"Iya, ini perbuatan mereka, aku tidak tahu kenapa bisa dia menculik Nona. Itu kantor berita dan tidak mungkin orang tidak tahu sama sekali," jawab Dino.     

"Bisa saja, kereta Nona di parkir di tempat lain, kita kan tidak tahu sama sekali." Paijo berusaha mencari kronologis penculikan Nona.     

Ian dan Dino diam sambil memandang jalan di depan. Mereka harusnya bisa menjaga Nona, paling tidak satu orang, tapi mereka malah kecolongan.     

Di perusahaan, Bram mendapatkan telpon dari anak buahnya. Mereka mengikuti mobil yang menculik Nona. Mereka tidak berani untuk mendekati rumah tepas yang menculik Nona.     

Drt ... drt ...     

"Halo, ada apa?" tanya Bram.     

"Saya mau kasih tahu jika mbak Nona diculik, sekarang kami berada di rumah tersebut dari kejauhan." Anak buah Bram menjelaskan apa yang mereka lihat.     

"Kau bilang apa tadi? Diculik katamu? Kenapa kau tidak mencegahnya? Kau kan tahu jika dia jadi tanggung jawabmu, kenapa kau tidak menjaganya, kemana kalian semua hahhh!" teriak Bram dengan kencang.     

"Kami mengintai dari kejauhan, saat kami lihat, orang itu teman anda, jadi kami tidak berani mendekati mereka, kami mengikuti mereka saja dan sekarang kami berada di rumah ini. Rumahnya dari tepas dan ada di desa sebelum desa salak," jawab anak buah Bram.     

Bram terdiam mendengar apa yang dikatakan anak buahnya, Bram masih berpikir siapa orang yang menculik Nona. Apa dia Deki atau Diman? Tapi, kenapa mereka melakukan itu? pikir Bram.     

"Temanku siapa?" tanya Bram lagi.     

"Dia orang yang selalu bersama anda, pak Deki orang yang menculik Nona," ucap anak buah Bram.     

Bram yang mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya kaget, karena dia tidak menyangka kalau Deki yang melakukan ini semua. Bram mengepalkan tangannya, dia tidak menyangka jika Deki pelakunya.     

"Aku harap kalian bisa mendapatkan wanita itu, sebelum ada yang menemukannya." kata Bram kepada anak buahnya.     

"Baik, saya akan mendapatkan wanita itu. Nanti saya akan bawa mereka ke rumah anda," ucap anak buah Bram lagi.     

Panggilan berakhir, Bram mengepalkan tangannya karena mendapat kabar seperti itu. Deki sudah merusak persahabatan mereka. Bram mengambil ponsel dan langsung menelpon Deki, namun dia tidak menjawab sama sekali.     

"Sialan kau Deki, berani sekali kau mengambil keputusan sendiri. Aku akan menghajar kau," geram Bram.     

Bram bangun dan langsung keluar menuju parkiran, dia ingin menanyakan apakah benar yang dia dengar itu. Dino dan sahabatnya juga mamang berjalan menuju Desa tempat dukun itu. Mereka menempuh perjalanan 6 jam dari kota ke desa. Dino yang membawa mobil sampai di tempat tujuan menyembunyikan mobil.     

"Dino, itu mobil siapa ya?" tanya Ian yang melihat mobil. yang mencurigakan.     

Dino dan yang lainnya melihat arah petunjuk Ian. Paijo dan Dino menatap tajam ke arah mobil. Dia tidak menyangka ada yang menginginkan nona.     

"Apa yang kita lakukan sekarang? Apa kita menghampiri mereka?" tanya Ian lagi.     

"Kita keluar saja, kita tutupi mobil kita, aku yakin mereka orang suruhan Bram, mereka pasti akan mengambil Nona. Jadi sebelum dia duluan yang ambil, kita akan ambil Nona. kalian siap," ucap Dino kepada temannya dan mang Dadang dan Jupri.     

Ian dan lainnya menganggukkan kepalanya, mereka setuju dengan apa yang Dino katakan. mereka keluar dari mobil dan berjalan menuju semak-semak. Mereka berjalan mengendap menuju rumah dukun yang menculik Nona. Dino memberikan kode kepada temannya. hari makin larut suara burung hantu mulai terdengar.     

Srettt!     

Suara sekelebatan terdengar dari semak-semak dan pohon-pohon yang bergoyang di sekitar mereka. Ian melirik ke arah pohon yang berserakkan dan tentunya membuat dia merinding.     

"Dino, sepertinya kita akan kedatangan seseorang, kau dengar itu Dino," cicit Ian sambil memeluk lengan mang Jupri.     

"Duh, kayaknya kita harus segera membawa Nona. Lihat, bulu kudukku merinding dan kalian tercium sesuatu tidak?" tanya Paijo kepada Ian dan Dino juga kepada ke 2 mang.     

Ian melihat tangan Paijo, bulu halus di tangannya berdiri. Dia juga merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan sekitar tempat mereka. Perlahan tapi pasti mereka bergerak mendekati rumah dukun yang menculik Nona. Dino menghentikan langkah kakinya dan menunjuk ke arah depan, ada beberapa orang yang ikut bersembunyi. Ian meminta mereka putar balik, dia akan lewat jalan yang dulu pernah dia lewati.     

"Ian, kau yakin kita bisa lewat sini?" tanya Dino.     

"Iya aku yakin kita bisa lewat sana, waktu jasad itu di rumah itu juga kita lewat jalan ini. makanya kita bisa dapat jasad Narsih." Ian menjelaskan kepada sahabatnya.     

"Kalau begitu kita ke sana saja. lebih cepat lebih bagus." Dino langsung menyetujui apa yang ian katakan.     

Dino dan yang lainnya mengikuti jalan yang Ian tunjukkan. Sampai di tempat yang dituju, Ian memberikan petunjuk ke arah jendela kamar kayu. Dino mendekati jendela dan tentu dia melihat ke arah lubang yang ada di dinding kamar.     

Hay, sahabat Narsih terima kasih sudah singgah di sini, dukung terus ya dan jangan lupa singgah di novel ke 2 ya Kutukan Nyai Darsimah ditunggu kedatangannya Mauliate Godang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.