Dendam Winarsih

Upaya Penyelamatan



Upaya Penyelamatan

0Dino mengintip dari celah kecil, dia melihat ada seseorang tapi tidak terlihat sama sekali Nona di dalamnya. Dino memandang Ian dan menggeleng kepala, Ian yang melihatnya langsung mendekati lubang yang Dino lihat tadi. Dia melihat ke arah lubang dan benar tidak terlihat ada Nona, hanya pria yang menghalangi pandangan Ian.     

"Aku tidak lihat sama sekali. Sialan itu pria, siapa pria itu ya," ucap Ian yang kesal.     

Paijo dan mang Jupri mengawasi di belakang.     

Keduanya melihat daun bergoyang dan seperti ada sesuatu yang menggoyangkannya. Paijo menyenggol tangan mang Jupri. Mang jupri mengangguk dan melihat ke atas pohon. Narsih sudah menunggu sambil duduk di atas dengan kaki bergelayutan.     

"Sepertinya kita akan ada yang membantu, apa mang yakin dukun ini akan meninggal dalam waktu ini juga?" tanya Paijo.     

"Saya kurang tahu, tapi saya sudah kabari warga desa salak, agar mereka menjaga makam Narsih, saya harap mereka mau menjaganya," ucap mang jupri.     

Dino dan Ian yang penasaran mencari celah untuk memastikan di mana Nona. Nona yang sudah dihiasi oleh dukun itu mulai melakukan ritual, dukun itu melakukan ritual di depan meja yang biasa dia lakukan. Kemenyan sudah tercium dan sangat menyengat.     

"Ini bau menyan Dino? Apa dia sedang lakukan ritual ya?" tanya Ian.     

Dino geleng kepala. "Aku tidak tahu sama sekali, aku takut kalau Nona disakiti atau dijadikan tumbal mereka Ian. Kita harus bagaimana ini," ucap Dino yang gelisah karena dia tidak bisa menemukan Nona.     

Ian mengusap wajahnya, upaya penyelamatan Nona sepertinya gagal. Ian mendekati tempat lain, dia mulai mencari celah, namun terdengar suara tawa Winarsih yang menggema dan terdengar menakutkan. Ian melihat sekeliling dan terlihat pohon bergoyang dengan kencang.     

"Kita ada tamu spesial ini. Kelihatannya kita kedatangan penjaga yang akan menghabisi mereka semua." Ian melihat ke arah atas dan menunjukkan ke arah pohon yang tinggi dan angker.     

"Sepertinya kita harus bersiap menyaksikan siaran langsung." Dino menambahkan apa yang akan terjadi.     

Gubrakkk!     

Suara hempasan terdengar begitu nyaring dari atap rumah dukun itu. Ian dan Dino menjauh dan bersembunyi, terlihat banyak orang yang tidak dikenal menghampiri gubuk dukun tersebut. Narsih yang sudah masuk ke dalam gubuk itu melihat Nona yang sudah tidak berdaya. Tubuh Nona diikat dan dibuat seperti sesajen.     

"Aku sudah mengira kalau kau datang, selamat datang Narsih? Kau mau apa ke sini hmm? Kau mau menyelamatkan dia? Jika iya, silahkan saja, tapi jangan lupakan jika aku menginginkan jasadmu itu." Dukun itu memandang Narsih dengan pandangan tajam.     

"Lepaskan dia segera, aku ingin kau melepaskan dia, jika tidak jangan salahkan aku jika kau akan mati ditanganku," ucap Narsih dengan wajah yang menakutkan.     

Dukun itu tersenyum mendengar apa yang Narsih minta padanya. Dia bertepuk tangan dan memandang ke arah Narsih. Nona tertidur pulas, entah apa yang dukun itu berikan padanya.     

"Jangan bermimpi jika ingin wanita ini tidak bernyawa, kau bisa menyelamatkan dia bila kau mau memberikan jasadmu. Tidak ada penawaran sama sekali. Jika itu mau dia selamat," ucap dukun itu dengan suara datar dan tegas.     

Dukun itu mulai melakukan ritual yang membuat Narsih mengerang marah, dia ingin segera menyelamatkan Nona, tapi dukun itu membuat gerak dia tidak bisa melakukan apapun. Dukun itu mulai membaca mantra, Narsih yang mendengarnya langsung menjerit keras. Dia tidak tahan mendengar mantra dari dukun itu.     

Di luar anak buah Bram sudah mendekati rumah dukun itu. Termasuk Ian dan yang lainnya. Dino sedikit menjauh dari anak buah Bram. Mereka tidak mau ketahuan oleh anak buah Bram.     

"Dino, sepertinya narsih butuh kita, ayo kita selamatkan keduanya. Paling tidak Nona kita selamatkan," ucap mang Dadang.     

"Benar itu, kita harus selamatkan dia dulu, kalau Narsih bisa belakangan, dia bisa menghilang dan selamatkan dirinya sendiri," ucap Ian.     

Dino pun bergerak menuju pintu belakang, satu persatu anak buah dukun dihajar oleh Dino dan Ian. Paijo dan mang Dadang juga mang Jupri ikut membantu keduanya. Sampai di depan ruang ritual dukun itu, terlihat nona yang dibungkus dengan kain putih dan sudah menyerupai orang meninggal. Dino menendang meja dukun itu dengan kencang.     

"Dasar dukun tidak punya hati, kau buat Nona seperti itu, aku akan menghabisimu," kata Dino dengan suara yang kencang.     

"Kalian selamatkan dia, aku akan menghabisi dia sekarang," ucap Dino yang menyuruh Ian untuk menyelamatkan Nona.     

Ian dan Paijo menganggukkan kepalanya, dia mulai menyelamatkan Nona yang terbungkus dengan kain kafan. Nona mulai dibawa dan mulai dikeluarkan dari gubuk dukun itu. Dino dan kedua mamang langsung bergerak menghajar dukun itu dengan cepat. Narsih yang melihat dukun itu dihajar ikut mendekati dukun itu.     

Bughh ... bugh ..     

Pukulan demi pukulan dilayangkan oleh Dino. Mang Dadang dan Jupri menarik tangan Dino. Mereka takut kalau Dino membunuh dukun itu. Dino yang ditarik memberontak, dia ingin menghabisi dukun itu.     

"Tolong, bawa dia segera. aku akan jaga Nona," ucap mang Jupri kepada Ian.     

Ian mengangguk pelan dan membawa Dino keluar. Dukun itu sudah babak belur dipukul Dino. anak buah Bram yang berada di sebelah gubuk melihat kejadian yang mengerikan. terlebih Narsih ada di sana. Narsih yang melihat dukun itu sudah dihajar menarik dukun itu untuk mendekati dirinya. Dukun itu tidak berdaya, dia melihat Narsih di depan matanya. Dia melihat mata Narsih yang merah menyala, dia mulai keringat dingin     

"Kau hanya hantu bodoh. yang hanya mengandalkan manusia, aku tidak menyangka kau begitu bodoh." Ejek dukun itu dengan wajah yang sedikit tersenyum penuh kemenangan.     

Narsih yang mendengarnya langsung membawa dukun itu keluar dari gubuknya, dia langsung mengangka dan terbang ke sana kemari. Ian melihat ke atas langit, Narsih terbang bersama dukun itu. Dukun itu berteriak kencang karena narsih membawanya pergi.     

"Hantu sialan, aku benar-benar akan membunuhmu!" teriak dukun itu dengan kencang.     

Anak buah Bram melihat ke atas, mereka baru tahu Narsih itu apa dan tentu saja mereka tahu kalau sesungguhnya tugas mereka begitu berat.     

"Aku lebih baik menyerag saja, aku takut. Dia yang kita hadapai, lebih baik kita hadapai gangster dari pada yang tadi," ucap pria bertubuh besar.     

"Iya kau benar sekali, jika kita menghadapi dia maka habislah kita." Anak buah satunya mengatakan hal yang sama.     

Ian dan yang lainnya langsung ke mobil. Mereka yang sudah berhasil menyelamatkan nona bisa bernapas lega. Upaya penyelamatan akhirnya berhasil dan tentunya membuahkan hasil. Dari kejauhan mereka melihat mobil Bram, mereka menduga jika Nona akan diselamatkan olehnya.     

"Lihat itu, Bram sial itu ke sini. aku rasa dia ingin mencari muka. Ingin aku habisi dia saat ini juga, jika seperti ini terus bisa kita yang akan mati." Ian begitu kesal dengan Bram yang datang ke rumah dukun ini.     

Yuk, singgah ke Kutukan Nyai Darsimah ya, ditunggu kedatangannya jangan lupa simpan di rak kalian Kutukan Nyai Darsimah ya Mauliate Godang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.