Dendam Winarsih

Aku Akan Balas Kalian



Aku Akan Balas Kalian

0Dino dan kedua sahabat pompongnya mempunyai tugas pagi apa lagi kalau bukan memperbaiki genteng yang jebol karena ulah mbak manis. Entah apa dan kenapa dia bisa dengan mudahnya masuk dari atas. Setelah selesai Dino dan kedua sahabatnya turun perlahan.     

"Dino, kira-kira dia kenapa ya? Kenapa malam semalam dia menghancurkan atap kita ini ya? Sampai kita harus melihat langit malam dan bintang kejora," cicit Ian yang duduk di kursi.     

Ian meminum air minum dengan rakus, Dino yang mendapat pertanyaan dari Ian hanya geleng kepala. Paijo yang duduk sebelah mang Dadang sambil makan gorengan yang dibuat bibi Sumi dan Nona.     

"Kenapa bisa mbak Narsih masuk sampai atap kalian jebol. Emangnya dia tidak tekan bel apa?" tanya Nona sambil terkekeh.     

Dino yang mendengar pertanyaan Nona ikut tertawa. Ian yang kesal karena Nona tertawa mencibir mulutnya. Paijo menerima pesan kalau manajer meminta mereka untuk datang ke kantor. Paijo menghela nafas panjang karena dia pasti dapat aduan dari Bram itu.     

Mang Jupri yang baru datang melihat wajah Paijo yang muram menepuk pundak Paijo. Paijo yang kaget tersenyum kecil melihat mang Jupri yang duduk di sebelahnya.     

"Kenapa kamu Paijo, wajah kamu muram sekali? Apa kamu melihat kalong tadi malam ya?" tanya mang Jupri.     

"Bukan kalong yang lihat dia, tapi dia yang lihat kalong dan apesnya kalong itu lagi bercinta," kekeh Ian dengan kencang.     

Paijo menunjukkan pesan ke Dino dari manajer kantor yang meminta mereka datang ke kantor. Dino menyergitkan keningnya, kenapa bisa manajer itu meminta mereka datang.     

"Apa dia meminta kita melaporkan hasil wawancara kita kepada dia ya? Tapi kita mau lapor apa ke dia, orang si Bram tidak seperti orang di wawancarai kok, jadi mau laporkan. apa coba kitanya," ucap Dino.     

"Ya kita bilang saja, dia minta Nona. gitu saja kalian masih mikir. Aku yakin dia akan menghasut si manajer itu," jawab Ian dengan ketus.     

"Sudah kalian datang saja, kalau ditanya aku mana atau meminta kalian menyerahkan aku, kalian bilang saja kalau aku bukan barang yang bisa berpindah tangan dari satu tangan ke tangan lainnya." Nona kesal karena dia diperebutkan.     

Bibi Sumi menepuk pelan pundak Nona, dia ikut sedih karena Nona jadi perebutan orang jahat. "neng jangan sedih ya, bibi ada untuk neng nona ya," ucap bibi Sumi yang memberikan semangat pada Nona.     

Nona memeluk bibi Sumi dan menangis tersedu-sedu. Dia tidak tahu kenapa dia bisa jadikan bahan rebutan semua orang. Apa karena wajahnya mirip dengan Narsih. Tapi bukan mau dia mempunyai wajah seperti Narsih. Dino dan yang lainnya ikut sedih melihat Nona sedih.     

"Nona, aku akan menjaga kamu, jangan takut ya, kamu tidak akan kemana-mana, kamu akan tetap bersama kami semua." Dino memberikan semangat pada Nona agar lebih tenang dan tidak memikirkan apapun.     

Dukun yang sudah kabur dari Narsih tengah berbaring lemah, dia dirawat oleh anak buahnya yang selamat dari Narsih. Dukun itu merasakan sekujur tubuhnya sakit akibat ulah Narsih yang membawanya ke sana kemari.     

"Mbah, makan dulu, jangan mikirin apapun kita akan mikirin apa yang akan kita lakukan nanti," ucap anak buah mbah dukun.     

Mbah dukun mengganggukkan kepalanya, dia akan mengisi tenaganya, baru setelah itu dia memikirkan caranya membalas mereka yang sudah merusak rencananya.     

"Aku akan balas kalian semua, aku tidak akan tinggal diam, selama aku bisa, aku akan melakukannya dengan baik. Sekarang kalian bersenang dulu," gumam dukun itu dengan senyum smirk.     

Bram yang gagap mengejar mobil Dino mencari pintas, dia meminta manajer untuk memanggil mereka, dia juga mengeluh karena ke tiganya tidak serius mewawancarai dirinya. untuk itu manager memanggil ketiganya. Dia malu karena mendapat komplenan dari Bram seorang pengusaha yang terkenal.     

Dino dan kedua sahabatnya akhirnya pergi ke kantor. Dia juga akan menyerahkan laporan sebelumnya. Ketiganya sudah mempunyai jawaban jika manager itu marah atau emosi. dengan wajah santai Dino masuk ke dalam ruangan manager.     

Dino dan kedua sahabatnya kaget, ada Bram di sana. Ian dan Paijo memasang wajah datar dan cuek. Begitu juga dengan Dino yang hanya diam dan memasang wajah santai juga. Mereka tidak mau menunjukkan wajah takut atau gemetar.     

"Kalian baru datang, semalam saya tunggu hasil laporan kalian, kenapa kalian tidak memberitahukan saya hmm? Kalian mau dipecat?" tanya manager kepada Dino dan kedua sahabatnya itu.     

Dino diam tanpa berkata apapun, Ian yang kesal dibentak langsung memberikan laporan kepada manager, hasil dari wawancara dengan Bram si pria pembunuh itu. Paijo dan Dino mengangga melihat Ian yang memberikan laporan kepada manager itu. Manager yang mendapatkan laporan dari Ian sedikit terkejut, dia ingin memarahi ketiganya tapi dia urungkan. Bram yang melihat Ian memberikan laporan kepada manager itu sedikit menyerngitkan keningnya.     

"Ini saya kasih laporan wawancara kami sama bapak ini. Kami sibuk mencari pembunuh yang masih berkeliaran, jadi kami sedikit gitu lah," ucap Ian sambil memandang ke arah bram dengan tatapan tajam.     

Manager itu menyerngitkan keningnya, dia tidak tahu sama sekali jika ketiga karyawannya itu mencari pembunuh. Bram yang memandang raut wajah pria tua buncit itu berdehem, dia mulai tidak nyaman karena ucapan Ian yang menyentil dirinya.     

"Kalian benaran mencari pembunuh itu? bukannya itu kasus sudah tutup?" tanya manager itu.     

"Bapak tahu?" tanya Paijo.     

Manager itu menggeleng kepala pelan, Dino yang melihat gelengan managernya itu menghela nafas panjang. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Ian ingin sekali menghajar manajernya ini. dia mengira tahu, tapi nyatanya tidak.     

"Jika tidak ada lagi, kami mau pergi dulu ya, kami mau meliput berita yang lain," ucap Ian yang pergi dari ruangan manajer itu.     

Dino dan Paijo juga pamit kepada manager itu, dia tidak mau berlama-lama di ruangan itu. Manager itu menganggukkan kepalanya, dia mengibaskan tangannya untuk mereka pergi. dino bisa bernapas lega karena Ian memberikan laporan kepada manager itu.     

"Kau buat laporan apa Ian?" tanya Dino kepada ian.     

"Iya, kau kasih laporan apa ke manager itu? Apa laporan wawancara yang tidak berbobot itu?" tanya Paijo yang penasaran dengan laporan yang Ian berikan.     

Ian yang dibrondong pertanyaan bertubi-tubi menghela nafas panjang kenapa kedua sahabatnya ini terlalu berisik. Dino dan Paijo memandang Ian dengan tatapan penasaran. Ian yang di tatap oleh keduanya menepuk punggung keduanya dengan pelan.     

"Kau tahu, itu rahasia, pokoknya dia tidak akan menganggu kita lagi." Ian tersenyum penuh kemenangan saat melihat mimik wajah manager itu melihat laporan yang dia berikan. makan tuh laporan yang membuat nafas kamu cengap-cengap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.