Dendam Winarsih

Kau Siapa



Kau Siapa

0Dino, Ian dan Paijo sudah berada di kantornya tepatnya di ruangannya. Ketiganya lega bisa jauh dan lolos dari si Bram itu. Ketiganya masih tetap diam dan tidak mau berbicara. gubrakkkk! suara seperti orang jatuh terdengar kencang di dalam ruangan mereka.     

"Apa itu Dino?" tanya Ian yang kaget mendengar suara yang kencang dari ruangan mereka.     

Dino geleng kepala, dia juga tidak tahu itu suara apa. Suara itu dari balik rak buku dan alat-alat kantor. Mereka tidak ada yang berani untuk melihatnya.     

"Dino lihat sana, ini kan masih pagi, kenapa kamu mesti takut," cicit Paijo yang sudah merapat ke dirinya.     

"Hadehhh, kau pikir aku ini apa hemm. Kau saja Paijo jangan sodorkan aku, aku juga takut kali," cicit Dino.     

"Kan kamu ketua kami, kau juga kan yang mau masalah Narsih dikuak, sekarang sudah sana lihat. paling itu kucing," jawab Paijo.     

Plakkk!     

"Kau pikir itu kucing? Mana mungkin di ruangan ini sejarahnya ada hantu, eh salah, maksudnya kucing. Ini ruangan tertutup, jendela tidak ada juga jadi mana mungkin ada hantu, dahlah kau ini menyebalkan sekali." Dino enggan untuk bangun dia terlalu nyaman duduk sambil memandang langit-langit ruangannya.     

"Dino, ayo sana lihat, kau tidak dengar apa kata Paijo, mungkin kucing kepala hitam, dia bisa saja mengambil file kita dan membocorkan ke orang luar, yang ada kita yang kena masalah jika bocor keluar," cicit Ian yang tengah mengetik laporan untuk diserahkan ke bagian editor untuk pemberitaan besok.     

Dino yang tengah asyik melamun akhirnya sadar dan mau tidak mau ikut bangun dan melihat. Dino menatap ke arah Paijo yang tidak bergerak sama sekali. Paijo yang berpura-pura tidak tahu hanya memandang ke arah sembarangan.     

"Jangan sok imut kau di situ. cepat ikut, jangan kau buat aku benar-benar keluar dari sini dan kalian akan di cekik sama hantu kepala hitam itu." Dino kesal karena Paijo tidak mau menemani dia.     

Ian yang mendengar perkataan Dino hanya terkekeh kecil. Dia geleng kepala karena Dino mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh Paijo.     

"Pergi sana, biar aku selesaikan laporan kita. Nanti pak tua itu minta laporan dan laporan tidak ada gimana, nanti kalau ada apa-apa aku akan segera minta bantuan pada orang," kata Ian dengan santai.     

Dino tahu maksud minta bantuan orang lain. "Cihh! Gaya kau minta bantuan orang lain, bilang saja kau mau kabur duluan kan? Sudah terbaca di keningmu itu. Dah lah, ayo Paijo kita lihat nanti hantu kepala hitamnya kabur ke sini kita bisa kabur lebih dulu, tinggalkan dia sendiri," cicit Dino yang sengaja membuat Ian ketakutan.     

Dan benar saja, jika Ian langsung menghentikan kerjaannya dan berlari ke arah Dino. Paijo dan Dino terbahak melihat Ian yang langsung ketakutan. Ian emang orang yang paling takut, setiap ada hantu atau apapun itu dia yang lebih dulu pingsan.     

"Kalian ini jangan buat aku mematahkan batang leher kalian ya, aku ini buat laporan untuk keselamatan kita di kantor ini. Jangan mencoba menakuti aku, yang ada laporan tidak siap dan kita kena skorsing. Kalian mau mangkrem di rumah hmm?" tanya Ian dengan wajah kesalnya.     

Dino dan Paijo geleng kepala dan tersenyum geli melihat wajah Ian yang mulai kesal. "Sudah sana lanjutkan, kami lihat dulu." Dino melepaskan tangannya dari tangan Ian yang melingkar seperti ular.     

Ian akhirnya duduk kembali dan melanjutkan kerjaanya. Dino dan Paijo berjalan menuju ruangan belakang yang banyak berkas lama dan alat untuk bekerja yang sudah lama. Ruangan yang dituju oleh keduanya sangat gelap walaupun hari siang atau masih pagi.     

"Dino, kira-kira siapa ya?" tanya Paijo.     

"Aku juga nggak tahu. Ngomong-ngomong kenapa Narsih bisa datang ke rumah kita ya malam itu dan kemana dukun itu? Apa dukun itu sudah meninggal dia buat, tidak mungkin dia lolos kan?" tanya Dino kepada Paijo.     

"Nah, itu yang terjadi saat ini, kita tidak tahu dimana dukun itu, entah sudah meninggal atau tidak. Baiklah, jangan kita pikiri dia dulu ya, kita ke sana dulu setelah itu baru kita bahas masalah dukun itu ya," ucap Paijo.     

Keduanya berjalan menuju ruangan yang sedikit menjorok ke dalam dan gelap. keduanya saling memberikan kode satu sama lain untuk menyalakan lampu di dalam. Paijo yang akhirnya kena untuk menyalakan lampu. dengan menelan salivanya, Paijo menyalakan lampu dengan cepat. Paijo kembali ke tempat semula dan bergabung dengan Dino.     

"Aku tidak mau masuk, kau saja yang masuk sana, aku takut." Paijo mundur satu langkah dan mendorong Dino untuk masuk ke dalam.     

Dino yang di dorong langsung masuk dan perlahan menghela nafas panjang. Dino masuk dan lihat lorong demi lorong, tidak ada apapun di sana. Hanya terlihat susunan file dan kamera wartawan saja. Dino menggelengkan kepalanya kepada Paijo.     

"Tidak ada siapapun, aku rasa itu tikus, nanti kita minta kebersihan membersihkan ruangan ini," ucap Dino lagi.     

Paijo pun lega karena tidak menemukan sesuatu. Keduanya berbalik dan berjalan keluar. Tapi sebelum benar-benar keluar, keduanya dikejutkan suara yang memanggil mereka dari kejauhan dan itu terdengar sangat dekat di telinga mereka. Nafas juga terdengar di telinga keduanya.     

Dino dan Paijo menelan salivanya dan melirik satu sama lain. Dino menghapus keringat yang turun dari pelipisnya. Paijo mendekati Dino dan geleng kepala.     

"Kita kabur saja ya," kata Paijo.     

Dino menganggukkan kepalanya. Tapi langkah kaki yang berat membuat Paijo dan dirinya sulit untuk berjalan. Mereka membeku seperti es batu yang tidak akan cair walaupun dimasak.     

"Kembalikan Narsihku," kata itu terlontar dari mulut seorang pria yang suaranya benar-benar membuat dia merinding.     

"Kembalikan Narsihku?" tanya Dino terbata-bata.     

Paijo menelan salivanya, apa dia tidak salah lihat? Kenapa ada yang meminta Narsihnya? Bukannya mereka tidak menculiknya? Kenapa minta di kembalikan. Dino memberanikan berbalik untuk melihat siapa yang mengatakan itu. Mereka tidak menyangka ada yang meminta Narsih kembali, kecuali dukun itu yang meminta, tapi suaranya tidak seperti itu sama sekali.     

Ian yang sudah selesai dengan kerjaannya dan mengirim ke pihak yang terkait langsung melihat ruangan yang terang tapi tidak ada pergerakkan dari kedua temannya. Apa temannya tidur atau pingsan. Ian berjalan dan langsung menatap ke arah temannya yang berdiri tanpa gerak. Dino dan paijo Yang melihat kearah Ian yang datang.     

"Kalian kenapa? Dan kau siapa?" tanya Ian yang melihat ada pria bermuka dingin dan pucat berdiri di belakang kedua sahabatnya.     

Dino dan Paijo yang mendengar pertanyaan kau siapa dari Ian membuat mereka merasakan mati rasa, kaki Dino dan Paijo lemah dan tidak bisa berdiri mendengar apa yang dikatakan oleh Ian.     

"Kau bilang apa tadi? Kau siapa?" tanya Dino kepada Ian. Ian menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan Dino.     

Jangan lupa singgah di Kutukan Nyai Darsimah simpan di rak kalian novel ke duaku ya, Mauliate Godang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.