Dendam Winarsih

Dia Menyeramkan Sekali



Dia Menyeramkan Sekali

0Dino dan Paijo terdiam saat Ian mengatakan siapa dia kepada orang di belakang mereka. Apa maksudnya ia berkata seperti itu. Ian yang tidak mendapatkan jawaban dari Dino dan Paijo menelan salivanya. Berarti orang di belakang keduanya bukan manusia pikirnya.     

Ian yang ingin mundur tidak bisa melanjutkan langkahnya, dia ingin keluar dan melarikan diri pun tidak bisa, tapi dia harus keluar masa bodoh dia dikatakan tidak setia kawan, yang penting kabur pikirnya lagi. Dino yang melihat Ian yang ingin mundur langsung bergerak menangkap Ian. Dia geleng kepala dan tersenyum kecil.     

"Jangan kabur kamu ya, aku harap kau jangan meninggalkan kami, kau harus bersama kami paham kau Ian," ucap Dino kepada Ian yang sudah berwajah sendu.     

Ian melirik pria yang di belakang Dino dari atas sampai bawah dan tepat dibawah terlihat kaki pria itu mengambang tidak menjejakkan kakinya di lantai. Ian mulai menggigil karena melihat kenyataan bahwa di pagi bolong lebih tepatnya siang bolong ketemu sama yang tidak enak dipandang.     

"Aku mau pingsan, dia menyeramkan sekali. kali ini apa lagi, kenapa harus ada lagi, aku tidak bisa seperti ini, aku sangat takut. Aku pingsan dulu ya teman-teman," cicit Ian yang langsung pingsan di tempat.     

Dino yang memegang baju Ian menahan tubuh Ian, Paijo ikut menahan tangan Ian agar mereka berdua tidak jatuh. Kali ini habis lah kita, siapa yang di belakang saat ini pikir Paijo. paijo melirik ke belakang dan wajahnya sangat pucat dan dia sangat tampan, tapi siapa pikirnya dalam hati.     

"Dino, apa kau kenal dia?" tanya Paijo.     

Paijo melirik kearah Dino, tapi Dino tidak menjawab hanya gelengan kepala saja yang ditunjukkan oleh dirinya. Paijo menelan salivanya dan langsung menyekat keringatnya.     

"Kita tanya saja bagaimana?" tanya Dino kepada Paijo.     

Paijo sudah tidak bisa berkata apapun lagi, dia sudah kalah sebelum berperang, baginya dia sudah terlanjur lemas dan dia juga tidak mau mengingat apapun, mau ikut pingsan juga.     

"Hei, kau jawab lah, jangan buat aku mematahkan leher dan tubuhmu ya. Ayo cepat katakan cepat," sentak Dino yang kesal melihat Paijo diam tidak berbicara apapun.     

"Aku mau bilang apa Dinosaurus? Aku mau tanya apa juga ke dia, kau tidak lihat wajahnya itu, aku tidak tahu dia siapa. Menurutku mungkin dia itu penunggu di sini jadi mau bicara apa lagi, lebih baik kita pergi saja bagaimana?" tanya Paijo lagi.     

Dino terdiam, ide baik jika pergi dari sini. Mengingat si tukang pingsan sudah pingsan duluan dan tentunya membuat dia kesusahan menompang berat tubuh Ian.     

"Ide bagus, ayo kita pergi sekarang, siapa tahu dia terganggu dengan keberadaan kita di sini, ayo kita pergi sekarang," kata Dino yang menyetujui apa yang dikatakan oleh Paijo.     

Paijo yang hendak melangkah harus menghentikan langkah kakinya karena pundaknya dipegang oleh pria dibelakang. Paijo gemetaran karena pundaknya dipegang.     

"Dino, pundakku jangan dipegang, aku takut ini. Mau kabur aku ini, jangan kayak gini aku mohon," cicit Paijo yang sudah ketakutan.     

Dino yang sudah sedikit menjauh dari Paijo menoleh ke arah Paijo dan melihat Paijo masih di belakang karena pundaknya di pegang oleh pria yang tidak mereka kenal. Dino menelan salivanya dan memandang tajam ke arah Paijo.     

"Jangan tinggalkan aku, aku mohon pada kamu Dinosaurus, ini nggak lucu sumpah dah, aku mau pipis ini, aku takut Dino," ucap Paijo yang sudah gemetar dan menangis sesenggukan.     

Dino tidak bisa berbuat apa-apa. Karena dia sudah tidak sanggup mengandeng Ian yang pingsan. Kebiasaan Ian yang selalu pingsan karena melihat hal aneh dan sejenisnya. pundak Paijo yang dipegang makin kencang dan makin kuat sehingga Paijo meringis kesakitan, dia merasakan pundaknya akan lepas dari badannya. Tangannya juga gemetar karena merasakan sakit yang teramat sakit.     

Dino yang kasihan melihat Paijo meletakkan Ian di kursi dan menduduki Ian di sana. Dino kembali untuk bertemu dengan Paijo yang masih tertahan di sana. Dengan keberanian yang mempuni, Dino mencoba berkomunikasi. Entah itu berhasil atau tidak urusan belakang.     

"Saya tidak kenal kamu, kita juga tidak saling kenal, jadi tolong menjauh dari teman saya, dia sangat kesakitan. Tolong, jangan buat teman saya menderita seperti itu, kami salah apa kepada anda dan jelaskan kepada saya anda mau apa?" tanya Dino kepada pria yang pucat pasi itu.     

Dino merasakan kalau pria itu adalah bukan manusia, Dino menunduk dan melihat ternyata benar, dia bukan manusia. Ruangan yang sedikit gelap menambah suasana yang mencekam.     

"Kau tidak perlu siapa aku, serahkan wanita itu dan Narsih, dia milikku," ucap pria berwajah pucat itu.     

Paijo dan Dino saling pandang dan memberikan kode, apa katanya tadi pikir keduanya. Menyerahkan wanita itu dan Narsih hubungannya apa dengan kedua wanita ini, apa ada kaitannya dengan Bram atau dukun itu? Bukannya dukun itu bersama Narsih dan kemungkinan Narsih juga sudah membunuh mereka termasuk dukun itu.     

"Kau bicara apa? Apa hubungannya dengan Narsih dan wanita yang kau sebutkan tadi, kami tidak mengenalnya, kalau kau mau Narsih, cari saja di makam dia, karena dia sudah meninggal, aku tidak ikut campur masalah kalian, izinkan buat kau melepaskan dia," ucap Dino kepada pria yang masih memegang pundak Paijo.     

Paijo sudah menghela nafas panjang, dia tidak sanggup lagi, tubuhnya benar-benar sakit. Malah teramat sakit, dia tidak tahu harus apa saat ini, lidahnya kelu, wajah pucat pasi ingin pergi tapi tidak bisa. Dino bisa merasakan sakit yang Paijo rasakan, tapi dia bisa apa, negosiasi pun terlihat alot dan tidak bisa dikatakan berhasil.     

"Jangan banyak membantah, cepat katakan dimana dia dan aku ingin kau mengatakannya sekarang," ucap pria itu yang makin kencang menekan pundak Paijo.     

Paijo yang tubuhnya ditekan mengerang kesakitan, Paijo menjerit histeris karena dia merasakan sakit yang teramat dalam, dia ingin pingsan karena menahan sakitnya.     

"Cukup! Jangan kau sakiti temanku lagi, aku tidak mau dia menderita, kalau kau mau cari dia di desanya saja, dia dimakamkan di sana, kami tidak tahu apapun, jadi pergilah, jangan siksa temanku yang tidak tahu apapun," ucap Dino yang mulai kesal.     

Ceklekk!     

"Dino, laporan kalian salah ini, minta direvisi managernya," ucap seseorang yang datang dari luar ke dalam.     

Dino yang kaget seseorang datang menoleh ke sumber suara dan rekan kerjanya datang ke ruangannya. Dino kembali menoleh karena suara gubrakkan terdengar. Dino kaget, karena Paijo sudah tergeletak di sana dan matanya terpejam.     

"Paijo, bangun hei, kenapa kau diam saja. bangun cepat," ucap Dino.     

Rekan Dino yang melihat Dino dan Paijo di sudut ruangan mendekati keduanya. Dia kaget melihat Paijo pingsan dan Dino berusaha membangunkan dirinya.     

Yuk mari yang sudah singgah di Kutukan Nyai Darsimah terima kasih yang belum boleh singgah ya dan klik tombol tambah simpan dirak novel Kutukan Nyai Darsimah dukung aku di sana ya Mauliate Godang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.