Dendam Winarsih

Aku Menyukainya



Aku Menyukainya

0makhluk yang mendatangi Dino dan kedua sahabatnya itu adalah suruhan dari dukun itu. Dia tahu jika makhluk itu pasti akan membuat dia bisa membawa Narsih dan wanita yang jadi incarannya itu. Dia tidak peduli sama sekali dengan tugasnya membantu Bram. Keuntungan mendapatkan Narsih dan wanita itu yang dia harapkan.     

"Mbah, bagaimana dengan makhluk itu? Apa dia tidak menyusahkan mbah kan?" tanya anak buah mbah dukun yang masih hidup sampai sekarang.     

"Dia tidak menyusahkan aku, kau hebat bisa mencari makhluk itu, aku tahu kau pasti bisa melakukan itu, dimana kau menemukan dia?" tanya dukun itu kepada anak buahnya.     

"Di kuburan mbah, dia itu sudah lama meninggal dan dia dibunuh saat mau malam pertama dengan istrinya, aku kurang tahu siapa cuma kata warga istrinya gentayangan kemana-mana," ucap anak buah dukun itu pada sang dukun.     

Mbah dukun itu mencerna apa yang dikatakan anak buahnya. Kenapa bisa sama dengan Narsih pikirnya apa dia arwah suami Narsih. mbah dukun terdiam sesaat memikirkan kemungkinan itu arwah suami Narsih, tapi tidak mungkin karena, suaminya Narsih jasadnya pasti sudah hancur di telan usia.     

"Mbah, kenapa diam saja. Itu dia muncul. namanya Joko, saya memanggil dia itu tuan, jadi tuan bisa panggil dia itu dan kendalikan saja dia ya," ucapnya kembali.     

Mbah dukun melihat makhluk yang dia kendalikan itu di depannya. Untuk melawan Narsih harus yang seimbang dengannya. Dia tidak boleh kalah kali ini. Bram yang mendapat laporan kalau sahabat Nona ke rumah sakit mulai cemas, apakah itu Nona. Tapi, dia salah menduga kalau yang sakit sahabtnya yang lain, tapi sakit apa pikirnya.     

"Pak, kami sudah tiba di rumah sakit, apa anda akan menyusul ke sana?" tanya anak buah Bram.     

"Nanti saja, biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan, kalian ikuti saja, cari keberadaan Nona di mana, aku mau kalian segera dapatkan dia. Aku mau dia bersamaku. Paham kan?" tanya Bram pada anak buahnya.     

"Baik pak," jawab anak buah Bram.     

Panggilan berakhir, Bram masih mencari keberadaan Nona, dia sudah tidak kembali kerumah dan mengikuti sahabatnya juga tidak ketemu juga, karena dia tidak menemukan Nona di sana. padahal Nona berada di rumah Dino.     

Di rumah sakit, Dino sedang menunggu Paijo diperiksa dan diobati oleh suster dan dokter. Ian menemani Dino, dia masih memikirkan bagaimana cara menemukan siapa makhluk yang menjumpai dia.     

"Ian, bagaimana jika dia datang lagi, kita juga harus menghadapi Bram juga, apa tidak cukup kita dibuat gelisah dengan dendam Winarsih yang belum juga kesampaian, Bram sulit untuk kita taklukkan, Nona saja kesulitan untuk mendapatkan jimat pelindung itu, sekarang datang lagi. Apa kita menyerah saja?" tanya Ian dengan tatapan penuh harap.     

Dino menghela nafas panjang, dia sudah bingung mau berbuat apa, dia juga tidak tahu sampai kapan Bram mau mengakuinya. sejarahnya dia itu licin dan tidak mungkin dia lengah pikirnya.     

"Kita tidak punya pilihan lain, kita sudah masuk dalam lingkaran ini, jadi untuk mengakhirinya kita harus segera menyelesaikan ini, buat Bram sepenuhnya percaya kepada Nona. Walaupun kita tidak menyukainya tapi kita bisa buat Bram percaya dan mau menyerahkan jimat itu." Dino mengatakan itu sambil melihat ke arah Ian     

"Kalau begitu, buat dia tidur dengan Bram, dengan begitu dia bisa mengambilnya saat dia tidur," ucap Ian yang memandang ke arah Dino.     

Plakkk!     

Pukulan telak diberikan oleh Dino ke kepala Ian. Dia tidak suka bila Nona harus tidur bersama pembunuh itu. Nona tidak pantas bersama dengan Bram pikir Dino lagi. Ian yang di pukul menatap tajam ke arah Dino, dia mengusap kepalanya yang sakit akibat dipukul oleh Dino.     

"Kenapa kau memukulku? Salahku apa?" tanya Ian yang kesal pada Dino.     

"Cihh! Kau ingin mengorbankan dia ya? Aku tidak menyukainya, dia wanita baik, bukan murahan. Kita cari cara lain saja," ucap Dino dengan suara datar.     

Helaan nafas Ian terdengar, dia menatap Dino dan tertawa. "Kau menyukainya?Jika iya Katakan saja, apa kau takut di tolak?" tanya Ian dengan pandangan menyelidik.     

Dino diam, dia tidak ingin mengatakan apapun, karena Ian sering keceplosan kalau bicara, bisa bahaya dia nantinya. Ian menghela nafas panjang, dia tahu kalau Dino menyukai Nona tapi dia enggan mengatakannya, sudah dia katakan kalau segera katakan tapi Dino tidak mau mengatakannya.     

"Aku hanya kasih saran saja, sisanya terserah kau saja," ucap Ian dengan suara pelan.     

"Aku menyukainya, tapi aku tidak tahu apa dia menyukaiku atau tidak," jawab Dino dengan lirih.     

Ian menghela nafas panjang dan menepuk pundak Dino pelan. "maka dari itu aku harapkan kau katakan saja ke dia, masalah di tolak atau tidak urusan belakang, sebelum bram berbuat di luar jalur. Paling tidak kita bisa mencegah itu dan Nona tahu isi hati kamu Dino, berjuang lah dan semangat ya," ucap Ian yang menyemangati Dino.     

Tidak berapa lama Paijo keluar dengan wajah sendu, terlihat perban di pundak Paijo. ketiganya pulang karena hari juga sudah sore dan jam kerja juga sudah selesai. Urusan pekerjaan nanti di sambung di rumah saja pikir ucap Ian dalam hati.     

Di rumah gubuk, mbah dukun sibuk dengan mangkuk sesajinnya. Dia mengawasi Dino dari kejauham, terlihat wajah senang karena salah satu dari pria yang mengenal Narsih dan Nona terluka karena makhluk suruhannya. Terlebih dia tahu jika salah satu pria itu menyukai targetnya.     

"Hahaha, aku akan buat kalian bertengkar, tidak akan aku biarkan kalian hidup tenang, aku ingin kalian menderita, sebisa mungkin aku buat kalian bertengkar," ucap mbah dukun dengan senyum smirk.     

Mbah dukun senang, dia bisa menemukan anak buah yang mempunyai akal yang cerdas, dia membawa makhluk dari desa jauh. Dia tidak peduli siapa makhluk itu, tapi dia tetap penasaran kisah kematian makhluk itu hampir mirip dengan kisah kematian Narsih dan suaminya.     

"Mbah, makan dulu, sekalian obatnya juga, saya tidak mau mbah memikirkan mereka. percaya sama saya, kalau mbah bisa mendapat apa yang mbah inginkan, dia akan membantu kita," ucap anak buah si mbau sambil menunjukkan ke arah makhluk yang berdiri di sisi lemari.     

Mbah dukun melihat ke arah yang ditunjuk anak buahnya itu, dia percaya karena dia melihat sendiri kejamnya mahkluk itu, manusia saja tidak sanggup apa lagi dia. mbah dukun mencoba untuk menjaga kondisinya karena dia tahu kalau dia akan banyak menghabiskan energi untuk mendapatkan yang dia inginkan jika dia tidak istirahat maka kejadian yang tempo hari akan terjadi lagi, beruntung dia bisa selamat, jika tidak maka dia akan merasakan kekejaman narsih seperti yang dia lihat sendiri dengan kedua bola matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.