Dendam Winarsih

Mengerikan Sekali



Mengerikan Sekali

0Selesai solat Dino dan yang lainnya menyantap makan malam dengan hening. mereka menikmati apa yang di suguhkan. Ian mulai gelisah, dia mencium aroma yang aneh, bau anyir terlihat cium cukup jelas. Ian mengucek hidungnya, bisa saja hidungnya salah pikirnya.     

"Kau kenapa?" tanya mang Dadang yang dari tadi melihat Ian gelisah dan mengusap hidungnya.     

Dino dan Paijo melirik Ian yang sibuk sendiri. Mang Jupri juga merasakan ada hal aneh, dia merasakan ada sesuatu di rumah ini. Mang Jupri melihat sekeliling rumah, tapi tidak menemukan apapun. Bibi dan Nona makin ketakutan, keduanya takut jika ada sesuatu yang membuat dia akan ditangkap kembali.     

"Kamu tenang saja, aku akan menjagamu," ucap Dino yang memberikan ketenangan kepada Nona.     

Nona menganggukkan kepala dan menggenggam tangan Dino. Bibi juga menggenggam tangan Mang Jupri. ian Makin mual dan ingin muntah, karena aroma itu makin menyengat dan itu juga tercium oleh Dino dan yang lainnya.     

"Siapa yang membuang bangkai, ini sangat tidak enak sekali. Nona, kau masak ikan kan, kenapa kotorannya tidak kamu buang?" tanya Ian kepada Nona.     

"Bukan aku yang membersihkan ikan, bibi yang membersihkannya. Tanya saja kalau tidak percaya," ucap Nona.     

Bibi Sumi menganggukkan kepalanya, Ian yang melihatnya menghela nafas panjang, dia tahu ini bukan hanya bangkai ikan saja, tapi seperti jasad manusia yang tidak dikubur. Ian menelan salivanya, dia merasakan keanehan di sekitarnya.     

"Dino, apa ini salah satu teman mbak manis itu ya?" tanya Ian dengan pelan.     

"Aku tidak tahu, aku merasakan sosok yang tadi di ruangan itu. Apa dia tahu rumah kita?" tanya Dino.     

Paijo hanya geleng kepala, dia tidak menjawab apapun pertanyaan dari Ian, dia masih sakit di pundak akibat tangan sosok tadi mencengkram tangannya. Mang Jupri mengangkat tangan untuk menghentikan pembicaraan. Dino yang melihatnya menatap ke arah mang Jupri.     

Srettt ... sretttt ...     

Semua orang yang di ruangan hanya menelan salivanya. Mereka saling melirik satu sama lain. Tidak ada yang berbicara sama sekali, aroma yang Ian dengar makin tercium dan makin menyengat.     

"Mang, makin tercium baunya, apa sebaiknya kita cari di ma ...." perkataan Dino terhenti sesaat mendengar suara hempasan yang cukup keras.     

Brakkk!     

Ian dan Paijo kaget dan berusaha merapat satu sama lain. Keduanya menelan salivanya dan memandang ke arah Mang Dadang dan Mang Jupri. Mang Dadang dan Mang Jupri bangun untuk melihat ke arah sumber suara.     

"Mang, jangan ke sana, nanti kalau Mang terluka bagaimana?" tanya Ian yang menahan tangan Mang Jupri dan Mang Dadang.     

"Kalau tidak dilihat bagaimana mau tahu, sudah kalian salah satu jaga Nona dan bibi Sumi. yang lain ikut mang saja," ucap mang Dadang.     

"Kalian berdua ikut mang Jupri dan mang Dadang. aku yang akan jaga Nona dan bibi Sumi," ucap Dino.     

"Dino, aku kan masih terluka, bagaimana kalau aku saja, kau ikut bersama mereka saja," ujar Paijo yang menunjukkan wajah memelas.     

"Hei, kau saja terluka, apa lagi kau jaga mereka. Yang ada kau pingsan dan mereka tidak kau jaga. Sudah jangan negoisasi. kau Ikut kami saja," sambung Ian yang menarik tangan Paijo.     

Paijo pun akhirnya pasrah, langkah mereka terhenti saat Narsih di depan mereka. Mang Jupri dan mang Dadang menelan salivanya, dia terlalu takut untuk melangkah dan yang lebih buat mereka menelan saliva lagi, terlihat sosok lelaki yang wajahnya sangat mengerikan.     

"Itu orangnya mang, dia yang di kantor kami. mengerikan sekali bukan. Aku rasa dia orangnya yang membawa aroma busuk ini." Ian menunjuk ke arah pria yang di depannya itu.     

Kedua makhluk itu saling berhadapan, wajah penuh amarah terlihat dari keduanya. Dino yang melihat kedua makhluk itu merapatkan Nona di belakangnya, dia tidak mau Nona bisa dicelakai. Nona yang melihat sosok di depannya hanya mundur dan menyembunyikan wajahnya di punggung Dino, Bibi Sumi juga merapatkan dirinya untuk menjauh dari sosok itu.     

"Kau siapa? Apa maumu ke sini?" tanya mang Jupri.     

Mang Jupri memberanikan dirinya untuk bisa bertanya, paling tidak dia bertanya tujuannya apa. Walaupun dia tahu sosok itu kiriman orang lain, tapi niat orang itu belum bisa dia ketahui. Takutnya dia salah persepsi.     

"Aku hanya mau minta mereka saja. Apa kau mau memberikannya padaku?" tanya sosok itu.     

"Pergilah, jangan ganggu mereka. Kau bukan suamiku, kau makhluk yang hanya disuruh oleh dukun itu. Suamiku sudah meninggal lama, biarkan dia tenang," ucap Narsih kepada sosok di depannya.     

Semua orang yang mendengarnya mengangga. Apa maksud dari Narsih mengatakan kalau dia suaminya. Apa dia muncul juga untuk balas dendam.     

"Apa kau mencari mbak manis ini? Kalau kau mencarinya karena rindu bawa saja," cicit Ian dengan suara pelan.     

Narsih yang mendengarnya melirik Ian sekilas. Ian yang takut hanya tersenyum kecut. Sepertinya dia salah meminta Narsih pergi. Mang Dadang mencoba membacakan ayat suci, dia berharap sosok itu pergi. Namun, bukan pergi dari hadapan mereka. sosok itu makin ganas. Dia melekat barang di sekitar tempat dia berdiri.     

Brakkk!     

"AAAAAAA! Hentikan ucapanmu itu. aku tidak ingin mendengarkannya." sosok itu berteriak kencang dan memukul pintu dengan keras.     

Sosok itu terus meronta dan terus membuat dia makin menjerit. Narsih yang mendengar ayat suci itu juga ikut memanas, dia menjerit sambil menangis. Ian dan Paijo mundur mendekati Dino.     

"Apa dia suruhan Bram?" tanya Ian kepada Dino.     

"Aku tidak tahu sama sekali. karena aku bersama kalian kan di sini." Dino memandang ke arah Narsih yang menjerit begitu juga dengan sosok itu.     

Wajah keduanya memerah dan menakutkan. Rumah yang aman kini berubah mencengkram. Barang yang di dalam rumah sudah hancur berserakkan. sosom itu berusaha mendekati mang Dadang dan juga mang Jupri yang terus mengucapkan ayat suci. Sosok itu dengan langkah cepat mencekram leher mang Dadang.     

"MANG!" teriak Dino dan yang lainnya.     

Mang Dadang kesulitan untuk bernafas, dia merasakan tangan sosok ini menekan batang lehernya. Mang Jupri yang melihatnya terus melantunkan ayat suci semakin keras. Narsih yang melihatnya dengan cepat menebas tangan sosok itu yang katanya suaminya.     

Grappp!     

Tangan yang mencekram leher Mang Dadang putus. Tangan itu tertinggal di leher mang Dadang. Mang Dadang berusaha melepaskannya tapi malah tidak bisa.     

"Kalian bantu Mang Dadang cepat, jangan sembunyi saja di sin!" pekik Nona yang melihat mang Dadang sudah pucat.     

Ian dan Paijo langsung berlari dan membantu melepaskan tangan sosok itu. Dengan susah payah keduanya melepaskannya. Tapi, tetap tidak bisa. Mang Jupri ikut membantu sambil membacakan ayat suci, lama kelamaan tangan itu lepas dan berjalan ketempat sosok itu.     

Jangan lupa singgah di Kutukan Nyai Darsimah ya simpan juga di rak kalian Kutukan Nyai Darsimahnya di rak kalian ya, Mauliate Godang     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.