Dendam Winarsih

Kiriman Guna-guna



Kiriman Guna-guna

0Bram yang sudah di mobil berpikir sejenak, dia merasa kalau Nona sudah mulai menghindari dirinya. Bram geram karena Deki Nona menghindarinya. Bram mengepalkan tangannya dengan kuat, dia ingin sekali membunuh Deki saat ini juga, tapi dia tidak mau mengotori tangannya.     

Pak supir yang melihat bosnya di selimuti amarah berusaha untuk bertanya, walaupun tidak dijawab oleh tuannya, pak supir tetap akan bertanya kenapa bosnya menunjukkan wajah yang tidak sedap dilihat.     

"Pak, maaf saya ikut campur, kalau boleh tahu bapak ada masalah kah? Apa masalah bapak dengan wanita yang waktu itu ya?" tanya pak supir yang sedikit takut jika majikannya marah.     

"Iya, dia sudah tidak mau bertemu saya, karena si Deki sialan itu, dia sudah membuat Nona hampir kehilangan nyawanya, sekarang dia tidak mau bertemu saya lagi. dasar sial sekali," geram Bram yang meluapkan kekesalannya.     

Pak supir menganggukkan kepalanya, dia paham berarti majikannya ini putus cinta. Dia juga paham kenapa wanita itu tidak menyukai majikannya.     

"Mungkin salah paham kali pak, jelaskan jika anda tidak melakukannya, tapi pak Deki. Kan dengan begitu bisa buat dia paham, jika tidak paham juga bisa pakai guna-guna pak, biar dia tertarik dengan pak Bram," ucap pak supir.     

"Maksud kamu? Guna-guna gimana?" tanya Bram yang kaget.     

Pak supir menganggukkan kepalanya, Bram terdiam sesaat, kenapa harus guna-guna kesannya dia tidak bisa menaklukkan Nona. tapi kalau bisa membuat Nona ada di dekatnya kenapa tidak.     

"Apa kamu tahu di mana bisa saya temui orang yang bisa kirim guna-guna itu?" tanya Bram dengan wajah yang penasaran.     

"Kiriman guna-guna itu banyak syaratnya, jika tidak dipenuhi bisa kena ke kita, apa bapak sanggup. Kalau sanggup saya bisa bawakan pak Bram ke sana. Tapi, tidak sekarang pak Bram, nanti jumat kliwon." Pak supir mengatakan apa yang dia ketahui.     

"Baiklah, atur saja. Saya ikut saja, jika syaratnya bisa saya penuhi maka saya akan lakukan. Kira-kira syaratnya susah tidak?" tanya Bram yang penasaran.     

"Setahu saya hanya foto saja, sisanya nggak ada lagi, tapi tidak tahu kalau dia bilang ada lagi." pak supir menjelaskan apa yang harus Bram bawa.     

Bram menganggukkan kepalanya, dia akan mencoba siapa tahu benar. Paling tidak, Narsih tidak akan mendekati dia karena ada Nona di sebelahnya. senyuman penuh kemenangan terbit di wajah Bram.     

Di gubuk yang sepi, dukun yang sudah kehilangan makhluk astralnya karena Narsih hanya duduk terdiam dan tidak bisa berpikir apapun. Helaan nafas panjang terdengar dari mulut sang dukun. Anak buah yang menyelamatkan dirinya memandang sang dukun yang sedang melamun.     

"Mbah, kenapa melamun? Apa karena yang kemarin tidak berhasil ya?" tanya anak buahnya.     

"Iya, saya tidak tahu, kalau Narsih begitu kuat. apa kita manfaatkan Narsih untuk membalaskan dendamnya, dengan begitu dia akan berterima kasih ke pada kita dan menuruti apa yang kita inginkan?" tanya dukun itu pada anak buahnya.     

Anak buah dukun itu terdiam sesaat. Apa benar mau membantu Narsih yang ada dia yang akan terbunuh. Dukun yang tidak menjawab apa yang dia tanyakan hanya diam.     

"Bukan saya tidak setuju. tapi apa mbah yakin kita mau bantu? Kalau malah kita bantu dan dia tidak mau balas jasa kita bagaimana? Manusia saja kadang lupa dengan kebaikkan kita apa lagi dia," jawab anak buahnya.     

"Kita dekati saja manusia yang membantu Narsih itu, dia pasti akan membujuk Narsih untuk membalas jasa kita, mereka kan dekat dengan Narsih." Dukun itu mengatakan kalau Narsih akan mengikuti apa kata mereka semua.     

Dukun itu tidak tahu, jika Narsih ada di atap gubuknya mendengar apa yang dibicarakan keduanya. Narsih tidak merespon apapun dia masih betah menunggu apa yang akan dibicarakan oleh keduanya.     

"Kita guna-gunakan saja wanita itu. Buat dia membujuk temannya itu, siapa tahu dia bisa bujuk Narsih juga mbah," ucap anak buah dukun itu lagi.     

Dukun itu tersenyum dia senang ide dari anak buahnya, tapi dia merasa ada yang melihatnya, dukun itu memberikan kode kepada anak buahnya, dia menunjuk ke arah atas. Anak buah dukun itu memandang ke atas dan kembali melihat si mbah.     

"Dia di atas, sepertinya dia mendengarkan rencana kita. Kita harus berpura-pura tidak tahu. Kita ikuti saja pria yang kemarin itu saja, aku mau lihat dia ngapain saja, kenapa dia tidak datang menemuiku, aku memerlukan uang mereka untuk membuat semua rencanaku berjalan dengan lancar." Dukun itu heran kenapa bram dan temannya tidak datang sejak peristiwa itu.     

"Mungkin dia mencari dukun lain. Dia mengira mbah sudah meninggal karena dia," ucap anak buahnya menunjuk ke arah atas.     

Narsih yang sudah tahu kalau keberadaan dia di ketahui langsung pergi dari gubuk itu. Dia akan menyelamatkan dan melindungi Nona yang wajahnya mirip dengan dirinya. narsih pergi untuk bertemu dengan Nona dia akan mencoba memperingati Nona untuk berhati-hati.     

Bram kembali ke kantor dia tidak mau meninggalkan kerjaannya, dia ingin menyelasikan pekerjaan dan segera pulang kerumah. Ketukkan pintu ruangan terdengar, Bram menyerngitkan keningnya, siapa yang datang ke kantornya.     

Tok ... tok ...     

"Masuk." sahut Bram dari dalam.     

Pak supir membuka pintu dan menundukkan kepalanya. Bram mempersilahkan pak supir untuk duduk dan mendengar apa yang akan di sampaikan oleh pak supir kepadanya.     

"Ada apa pak?" tanya Bram kepada pak supir.     

"Saya mau kasih tahu kalau yang saya ceritakan itu memberi tahukan kalau syaratnya anda harus kasih foto dulu, dia mau tahu siapa orangnya dan jika sudah tahu ke belakangnya gampang pak," ucap pak supir kepada Bram.     

"Jadi hanya foto saja, saya akan kasih ke dia, kapan saya bisa jumpa dengan dia?" tanya Bram yang antusias untuk melakukan rencana untuk kiriman guna-guna.     

"Kalau ada foto bisa kita ke sana. Dan dia akan lakukan saat jumat kliwon, makanya dia mau lihat dulu, apakah mudah atau tidak," ucap pak supir.     

Bram terdiam sesaat, dia bingung kalau orang yang mau dia jumpai tidak mau bagaimana, dia takut jika melihat Nona pasti wajah Narsih yang dilihatnya. Yang ada orang tersebut bisa meninggal.     

"Dia yakin bisa pak? Takutnya dia tidak punya ilmu yang cukup untuk melakukannya." Bram memastikan apa orang tersebut itu bisa melakukannya atau tidak.     

"Makanya harus kasih tahu dulu, fotonya dilihat, jika tidak dilihat bagaimana tuh orang sanggup pak," sambung pak supir kembali.     

Bram lagi-lagi berpikir sejenak dia tidak bisa mengambil keputusan dulu, jika dia ambil keputusan gegabah bisa bahaya nanti, yang ada apa mimpi itu terjadi.     

"Nanti saya pikirkan dulu. Bapak bisa kembali bekerja, saya akan jumpai dia tapi tidak sekarang." Bram memutuskan untuk tidak mengambil keputusan cukup berat jika berhubungan dengan hal seperti itu yang ada Narsih yang datang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.