Dendam Winarsih

Mulai Ritual



Mulai Ritual

0Dukun yang membuat Nona teringat dia mulai menjalankan ritualnya. Dia langsung mulai tanpa menunggu berlama-lama. Dukun itu tahu kalau Narsih pasti mengatakan itu pada anak muda itu, dia tidak mau mereka mencegah apa yang akan dia lakukan. Dukun yang dibantu oleh anak buahnya itu segera mulai ritual.     

"Mbah ini semuanya, tapi apa mbah tahu wajahnya? Kalau tidak tahu bisa tidak kena guna-gunanya," ucap anak buah dukun itu.     

"Kau tenang saja, aku masih ingat wajahnya, dia seperti wajah hantu itu, jadi mana mungkin aku melupakannya," ucap dukun itu.     

Anak buah dukun itu hanya menganggukkan kepalanya, dia menyiapkan semua yang dukun itu minta. Dupa, kemenyan dan kembang tujuh rupa juga dia siapkan semuanya. Tidak ada yang ketinggalan sedikitpun.     

"Mbah, bukannya baik bulan purnama dan itu jatuh besok malam dan bertepatan dengan jumat kliwon, itu lebih bagus menurut saya," ucap anak buah.     

Dukun itu diam dan tidak mengatakan apapun, dia maunya besok, tapi dia tidak mau jika mereka pergi ke tempat dukun lain meminta jimat pelindung, itu yang dia takuti. Anak buah dukun itu menatap ke arah si mbah menunggu jawaban dari si mbah.     

"Tidak apa, aku tidak mau mereka mencegah apa yang aku lakukan, kau tahu kan Narsih mendengar apa yang aku katakan tadi, jadi aku mau kita lakukan sekarang, kalau besok kita akan lakukan lagi, jika ini tidak berhasil. sekarang bersiaplah, bantu aku segera ya," ucap si mbah yang sudah mematik api dan membakar dupa. Aroma kemenyan terhirup dan menyengat di hidung, jika yang tidak tahan mencium aroma itu pasti akan mual, tapi jika sudah biasa seperti si mbah dan anak dukun itu pasti tidak akan mual.     

Dukun yang mulai ritual berkomat kamit membaca mantra yang hanya dukun itu yang tahu, dia juga melempar kemenyan ke tempat kendi kecil yang sudah mengebul asap dan ada dupanya.     

"Hai, makhluk yang tidak terlihat datanglah ke sini dan buatlah seseorang yang aku pikirkan di ingatanku untuk segera mengingatku dan datang kepadaku tanpa perlawanan." Dukun itu mulai membaca mantra untuk dia tujukan ke Nona.     

Nona yang duduk di sebelah bibi Sumi mulai merasa tidak enak, kepalanya pusing, Ian yang melihat Nona mulai gelisah menepuk pundaknya. Dia tahu kalau Nona sudah mulai dikerjain oleh mereka, entah itu dukun entah itu Bram. perjalanan mereka masih jauh dan belum sampai sama sekali.     

"Nona, kau baik saja kah? Kau kenapa menunduk Nona dan tunggu bau kemenyan ini mang," kata Ian yang mencium aroma kemenyan yang sangat pekat.     

Semua orang melihat ke arah Ian dan mencium aroma kemenyan yang seperti yang dikatakan oleh Ian. Paijo membuka kaca mobil agar aromanya tidak begitu pekat. Nona mulai gelisah, dia mulai bergerak ke sana ke mari. Bibi membacakan doa dan mengelus punggung Nona agar dia tidak ikut ke dukun itu.     

"Bu, bacakan terus ya, jangan buat dia terikut oleh mereka ya, jangan buat dia lengah," ucap mang Jupri.     

Paijo yang duduk di belakang bersama Ian ikut membaca doa, mereka tidak mau Nona mengikuti apa yang dia rasakan. Dino semakin laju membawa mobil agar segera sampai. Dia takut jika Nona terpengaruh bisa bahaya pikirnya. Perjalanan mereka masih terlalu jauh dan tidak mungkin mencari ustad lainnya.     

"Aku tidak mau, pergilah," gumam Nona yang mulai terdengar lirih.     

"Nona, lawan Nona. aku yakin kau bisa, lawan dia Nona, jangan buat kau mengikuti mereka, ingat ya, jangan buat kau terpengaruh dengan dirinya, ingat itu," ucap Ian yang mengelus punggung Nona sambil membacanya.     

Narsih yang melihat langsung pergi, dia tahu kalau ini ulah dukun itu. Dia ingin bertemu dengan dukun itu dan mengacaukan apa yang dukun itu lakukan. Ian yang melihat Narsih pergi sedikit lega, dia tahu kalau Narsih ke tempat yang sudah membuat Nona gelisah dan berbicara sendiri.     

"Kemana dia?" tanya Paijo.     

"Aku rasa dia ke sana dan aku rasa dia tidak mau Nona mengikuti mantra itu. Kita tunggu saja sampai Nona tenang, kalau Nona tenang maka dia sudah melakukan sesuatu," ucap Ian lagi.     

Paijo menganggukkan kepalanya, dia kembali ke Nona yang gelisah dan sibuk dengan dirinya yang mengomel entah apa yang dia katakan. Mang Jupri dalam diam membaca doa. Di gubuk dukun yang sedang melakukan ritualnya, kaget karena kedatangan Narsih dengan tiba-tiba dan juga membuat dukun itu harus menghentikan ritualnya.     

"Kau kenapa mengangguku hmm? Kenapa kau datang ke sini hahh! kau menganggu aku melakukan ritual saja, pergi sana!" usir dukun itu kepada Narsih.     

Narsih yang tidak peduli menghancurkan meja dukun itu dan mengacaukan semua yang dukun itu lakukan, dengan sekali hempasan membuat semua berantakkan. dukun yang melihat mejanya berantakan geram dia bangun dan ingin melempar Narsih dengan sesuati yang membuat Narsih menjauh.     

"Aku tidak ada hubungan dengan kau, aku hanya ingin pembunuhku, aku tidak mau kau ikut dalam masalahku, pergi lah kau, sebelum aku membunuhmu dengan kejam, aku tidak akan membiarkan kau mengganggu mereka, pergi sebelum aku melepaskan kepala dari tubuhmu itu," ucap Narsih dengan wajah penuh amarah.     

Anak buah dukun itu menghindar dari Narsih, dia tahu bagaimana kejamnya hantu ini, dia tidak akan membiarkan siapa saja yang menganggunya. Dukun itu mengepalkan tangannya, dia tidak terima dengan apa yang Narsih katakan tapi, dia tahu kalau berurusan dengan narsih akan panjang.     

"Jika kau terlibat lagi, maka aku akan membuat kau menyesal jika ikut terlibat lagi, ingat itu," ucap Narsih dengan tatapan tajam.     

Narsih pergi begitu saja, dia tidak mau berlama di tempat dukun itu. Dia ingin segera pergi dan kembali melihat Nona. di tempat lain, Nona sudah lemas dan pingsan. Dino yang membawa mobil menghela nafas panjang dan lega karena Nona sudah dalam. keadaan baik.     

"Mang, itu ada air minum. Nanti kasih dia saja air minumnya ya," kata Dino dari depan.     

"Iya nak Dino. Apa kita masih jauh lagi?" tanya mang Jupri kepada Dino.     

"Tinggal beberapa jam lagi, sebentar lagi kita akan sampai mang," jawab Dino kepada mang Jupri.     

Mang Jupri mengganggukan kepalanya, dia lega karena satu masalah telah selesai. "Jangan ngebut kamu ya, ingat kamu bawa orang di mobil." mang Jupri menasehatkan Dino yang membawa mobil untuk berhati-hati.     

"Baik mang," jawab Dino.     

Tidak berapa lama, Narsih datang dan duduk di sebelah Ian. Ian yang kedatangan Narsih kaget karena Narsih tiba-tiba datang di sebelahnya.     

"Kapan mbak manisnya Dino datang?" tanya Ian kepada Narsih yang duduk di sebelahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.