Dendam Winarsih

Gagal Lagi



Gagal Lagi

0Dino yang mendengar apa yang dikatakan oleh Ian hanya menghela nafas panjang, Bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Mana dia tahu kapan Narsih datang. Dino melajukan mobil agar segera sampai di desa untuk meminta pak ustad mendoakan Nona dan meminta solusi apa yang terjadi dengan mereka.     

Di tempat lain, dukun yang melihat tempat ritualnya hancur total mengepalkan tangannya, dia juga melihat anak buahnya ketakutan dipojokkan. Dia tidak menyangka ritualnya gagal lagi, ini semua ulah dari hantu itu. Dia tidak menyangka kalau hantu itu akan membuat dia tidak bisa melanjutkan ritualnya.     

"Mbah, bagaimana ini, ritual kita gagal lagi. Dia tahu rencana mbah untuk guna-guna orang yang mirip dengan dirinya. Apa nggak sebaiknya kita pacakkan saja paku ke kepalanya dan biarkan dia berubah menjadi manusia seperti di tv itu mbah, dari pada kita guna-guna wanita itu," ucap anak buah dukun itu.     

"Tidak semudah itu, dia mengincar pria yang membunuhnya, jadi kita harus manfaatkan mereka, aku ingin hantu itu membunuh pembunuhnya dan dengan mendekati wanita itu kita bisa mewujudkan apa yang terjadi. wanita itu akan mengikuti perintah kita setelah itu, kita buat keduanya tunduk dengan kita, aku bisa memanfaatkan keduanya," sambung dukun itu kepada anak buahnya.     

Anak buah dukun itu terdiam, dia masih mencerna apa yang dukun itu katakan, tidak mudah untuk dia bisa guna-guna wanita itu, yang ada dia yang akan berhadapan dengan hantu itu pikir anak buah itu sesaat.     

"Jangan kau pikirin dia, biar aku saja yang berurusan dengan dia. Ayo kita mulai lagi. Kali ini pasti berhasil, jangan takut akan gagal. Kau siapkan semuanya seperti tadi dan ini pakai penangkal ini. Kita akan buat mereka tunduk padaku, dengan begitu aku bisa menambah ilmuku lagi," ujar mbah dukun kepada anak buahnya.     

Anak buah dukun itu pun menganggukkan kepalanya, dia hanya ikut saja, dia tidak akan membantah dukun itu dan tidak akan membuat dukun itu murka, lebih baik dia ikut saja. Semua persiapan sudah siap dukun itu mulai lagi dan melakukan ritual yang sesungguhnya.     

Mantra dia komat kamitkan, dia memanggil arwah orang yang meninggal dan membuat dia perlu konsentrasi yang cukup kuat. Sampai pada akhirnya meja di depan dukun bergetar dan semuanya tumpah kemana-mana. Dukun itu masih tetap kosentrasi dan tidak mengubah posisinya. dia tidak mau gagal lagi.     

"Dino, ayo kita turun. Sudah sampai di rumah ustad itu. Semoga ustad Burhan ada dan bisa membantu kita nantinya, ayo cepat kita bawa Nona masuk, dia sudah kelihatan beda, saya rasa dia mulai merasa sesuatu. Ayo cepat keburu makin susah kita mengobatinya." Ajak mang Jupri yang bergegas turun dari mobil.     

"Nona ayuk nak, kita segera pergi dari sini, kita ke temu pak ustad dulu ya," ucap bibi Sumi kepada Nona.     

Nona yang lemas langsung keluar, di susul Paijo dan lainnya. Ian yang mau keluar terhalang Narsih yang melihat ke arah rumah pak ustad, rambut acak-acakkan Narsih menutupi wajah Ian yang ingin keluar. Paijo yang melihat Ian belum keluar masuk dan melihat keduanya.     

"Kalian mau pacaran ya? Kalau iya, lanjut saja. aku masuk dulu." Paijo terkekeh karena sukses menggoda dua makhluk beda alam itu.     

Narsih yang melihat wajah Ian yang datar dan cemberut tersenyum kecil, dia menghilang dari hadapan Ian. Ian mendengus melihat senyum jelek Narsih. Ian keluar dan membanting pintu dengan cukup keras.     

Brakkk!     

"Mati anak kambing sepuluh!" teriak mang Jupri yang kaget karena kelakuan Ian yang membanting pintu mobil dengan kencang.     

"Bisa tidak kau tidak membanting pintu mobil dengan kencang Ian? Kau tidak menghargai jantungku yang rentan ini. Kalau copot bagaimana? Kasihan istriku jadi janda kembang." Mang Jupri kesal melihat Ian yang seenak jidadnya main hempas pintu.     

"Ya elah mang, kalau si bibi janda kan ada yang nampung," jawab Ian sekenaknya.     

"SIAPA?" tanya mereka semua.     

Ian memonyongkan mulutnya ke arah mang Dadang. Mang Dadang yang melihat arah mulut monyong Ian tertuju padanya hanya menghela nafas panjang. Bisa-bisanya dia yang kena pikirnya. Semua memandang ke arah Mang Dadang begitu juga dengan mang Jupri.     

"Kau jangan berani menggoda istriku, kita seumuran kita anak desa sini, jangan seperti pagar makan tanaman," sindir mang Jupri kepada mang Dadang.     

Mang Dadang menghela nafas panjang, dia tidak tahu kalau Ian sukses membuat keributan. Bibi yang sudah kesal dengan kelakuan para pria mulai menunjukkan taringnya.     

"Jika tidak ada yang mau ikut pergi dari sini dan jangan ikut." ucap Bibi kepada para pria.     

Semua pria terdiam dan tidak ada yang bicara. mereka masuk ke rumah pak ustad. Pak ustad yang mendengar suara gaduh langsung membuka pintu dan ternyata ada tamu. setelah mengucap salam, mereka di persilahkan masuk dan duduk di kursi.     

"Ada apa ini? Kenapa malam-malam ke rumah saya?" tanya pak ustad kepada tamunya.     

Mang Jupri mulai membuka suaranya dan mengatakan apa tujuan mereka ke rumah pak ustad. "begini pak ustad, sebelumnya saya minta maaf, karena kedatangan kami membuat pak ustad terganggu. Ini anak kami Nona dia sepertinya ada yang ingin mengguna-gunai dirinya, dari tadi di mobil dia tidak karuan dan kalau bisa tolong lah, diobati gitu. Bagaimana caranya, entah kasih air doa atau apa lah, lihat kondisinya seperti ini." Mang Jupri memperlihatkan Nona yang sudah mulai bereaksi.     

Narsih yang di atas atap rumah pak ustad memperhatikan Nona dan dia merasa sedikit bersalah, Narsih segera kembali ke rumsh dukun itu untuk menghajar dukun itu. Dia tidak akan kasih dukun itu ampun sama sekali. Pak ustad mulai meminta air kepada istrinya. Istri pak ustad memberikan air kepada suaminya.     

"Tolong bawa dia ke karpet ini segera," ucap Pak Ustad.     

Bibi segera membawa Nona yang sudah lemas dan pingsan seketika. Dino mengangkat Nona dan membaringkannya, dia cemas karena Nona tidak sadarkan diri. Bibi menjauh dan membiarkan Pak Ustad bekerja. doa dilantunkan oleh Pak Ustad, perlahan tapi pasti, Nona mulai beraksi dan mulai berteriak, dia memanggil nama seseorang dan itu membuat mereka semua saling pandang.     

"Siapa yang Nona panggil mang?" tanya Ian kepada mang Dadang yang memegang kaki Nona.     

Mang Dadang geleng kepala, dia tidak tahu siapa yang dipanggil oleh Nona. Nona terus meronta dan terus menendang mereka yang menahan tangannya. Sekuat tenaga mereka memegang Nona, tapi sekuat tenaga juga Nona berusaha membebaskan diri.     

"Lepaskan aku, aku bilang lepaskan aku. biarkan aku pergi bersamanya. Dia memanggilku. Lepaskan aku!" teriak Nona dengan kencang.     

Jangan lupa samperin Kutukan Nyai Darsimah ya, dan kepoin IG ku Ziahyung02.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.