Dendam Winarsih

Apa Aku Selamat



Apa Aku Selamat

0Ian dan mang Dadang akhirnya menyiapkan makan untuk mereka berlima. Sambil menunggu kehadiran Dino yang pulang dari rumah pak RT keduanya sibuk berkutat di dapur dengan ditemani oleh Narsih yang sekarang duduk di atas lemari es.     

"Mang, bisa tidak dia di kondisikan kemana gitu, aku merasa kurang nyaman dia di sana, kita mau ambil makanan di sana dan dia juga di sana, mana mungkin kita singkap itu pakaian dia yang ada aku dikira mau intip dia, ya Tuhan, entahlah aku tidak tahu mau berkata apa," ketus Ian yang meliriknke arah Narsih.     

"Makanya diambil sebelum dia duduk di sana tadi, kalau tidak kamu tarik saja pakaian dia kan mudah, gitu saja kok repot," sambung mang Dadang yang sekenak udil kuda nil.     

"Cih! Tarik pakaian dia, yang ada itu ya, ubun-ubun aku yang ditarik oleh dia bukan pakaian dia yang ditarik oleh aku mang, ada-ada saja, mau ngelucu kok garing kayak peyek," ucap Ian dengan wajah cemberut.     

Mang Dadang tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Ian, Ian benar-benar buat dia senang. Perjalanan menuju rumah pak RT, Nona terlihat gelisah, dia tidak tahu harus berbuat apa. kenapa banyak yang ingin membuat dia tunduk dan mencelakai dia. padahal dia hanya ingin membantu Narsih saja tapi dia yang terseret.     

"Kenapa melamun, siang bolong jangan melamun lah, nggak baik. Oh ya, nanti siangan kami ke kantor. Ada liputan demo, kamu di rumah sama Mang Dadang dulu, istirahat saja di rumah ya," ucap Dino dengan lembut.     

Paijo yang berjalan di belakang hanya melihat kedua sahabatnya berbincang, dia tidak mau ikut campur, biarkan keduanya saling menyelami hati masing-masing pikirnya. Tapi ya gitu lah, orang ketiga dari hubungan orang kedua ya setan. Paijo geleng kepala karena mengatakan hal itu.     

"Kita sudah sampai, jangan keterusan kalian, dasar kalian berdua ini. Kayak dunia milik berdua saja dan kami hanya numpang tanpa bayar sewa." Sindir Paijo yang masuk ke rumah pak RT.     

Ketiganya disambut baik oleh pak RT. Dino mengungkapkan maksud kedatangannya ke pak RT, dia tidak mau kalau warga salah paham dengan kedatangan Nona di rumahnya. Kalau ada istri mang Jupri tidak masalah, ini tidak ada dan tentu akan jadi masalah nantinya.     

"Pak RT, maaf menganggu waktunya, kami mau menyampaikan sesuatu ini pak RT. Ini teman kami Nona, dia rekan kerja kami, karena ada satu hal, Nona akan menginap di rumah kami dan itu tidak lama sampai dia pulih kembali, kami takut jika dia di rumahnya bisa sakitnya kambuh dan tentu saja itu membuat kami khawatir sama dia pak RT," ucap Dino dengan suara pelan.     

Pak RT yang tahu sopan santun warganya mengangguk pelan, dia tidak khawatir dengan Dino yang ingin menumpangkan teman wanitanya itu. Paijo sedikit deg degan karena dia takut pak RT tidak menyetujui apa yang dikatakan oleh Dino.     

"Nggak lama kok pak, hanya beberapa hari saja, setelah pulih dan aman menurut kami, maka Nona akan pergi dari rumah kami. kebetulan Nona perlu pengawasan dari kami, takutnya sakitnya kambuh lagi, iya kan Dino?" tanya Paijo kepada Dino.     

Dino mengangguk pelan kepalanya, dia mengiyakan apa yang Paijo katakan agar pak RT menyetujui dan mengizinkan Nona tinggal di rumahnya. Pak RT menghela nafas panjang dan tersenyum ke arah ke tiganya.     

"Baiklah, tapi tolong jangan ada keributan atau hal yang tidak diinginkan. Saya percaya kan kalian. Tapi, tidak boleh lama, tidak enak kalau dilihat warga jika terlalu lama di rumah kalian, tahu sendiri kan rumah kalian 4 lelaki kita tidak tahu siapa yang khilaf bisa saja nak Dino, nak Paijo atau si Ian pecicilan itu dan biaa saja si Mamang kan, jadi untuk ketenangan bersama bisa kan dijaga itu semua," ucap pak RT dengan tegas.     

"Iya, saya mengerti pak, paling yang khilaf Dino pak, saya tidak khilaf kecuali sama anak bapak mungkin iya. Kirim salam ya dari saya," ucap Paijo dengan malu-malu.     

Dino dan Nona membolakan matanya, bisa-bisanya dia mencari kesempatan untuk merayu pak RT untuk bisa dekat dengan anaknya. Pak RT tertawa mendengarnya dia tidak percaya anaknya ada yang suka. Paijo terbilang anak baik-baik jadi pak RT tidak terlalu takut untuk mendekatkan anaknya pada Paijo.     

Dino yang sudah selesai mengatakan apa yang dikatakan, akhirnya memilih pulang, terlalu lama bisa bahaya, Paijo tidak akan berhenti mencari perhatian pak RT dengan rayuan mautnya. Dalam perjalanan Nona tersenyum kecil dan ada sedikit lega.     

"Jangan pikirin apapun, tenang dan fokus saja dengan apa yang ada, ingat ya kamu harus lupakan semuanya, kita akan hadapi bersama." Dino memberikan semangat kepada Nona agar Nona tidak banyak pikiran.     

"Dino, apa aku selamat dari mereka ya? Aku takut seperti Narsih, jika kita tidak selesaikan ini, maka kita akan seperti Narsih. bukan hanya dengan Bram saja, kita harus berhadapan dengan dukun itu, aku takut dukun itu makin membuat kita lambat untuk membuat Bram mendapatkan balasannya, yang ada kita dulu yang seperti Narsih," ucap Nona dengan nada sendu.     

Paijo menghela nafas panjang, dia tidak tahu harus berkata apa, kadang Nona ada benarnya, jika dia tidak bisa menyelesaikan ini maka nasib mereka seperti Narsih yang menggenaskan kematiannya.     

"Aku setuju dengan Nona Dino, kita harus bisa buat Bram melepaskan jimat itu, jimat itu yang membuat kita kesulitan. Narsih saja sulit mendekati Bram dan ketiga sahabatnya itu, apalagi kita. Nona saja yang mendekati Bram harus masuk ke dukunnya Bram dan di culik, jadi kita harus apa coba," jawab Paijo yang mengutarakan isi hatinya.     

Dino makin tidak bisa berkata apapun, dia tidak punya keberanian melawan Bram, yang ada dia akan masuk penjara karena kurang bukti. Paijo, Nona dan Dino diam tidak ada yang menjawabnya, masing-masing dari mereka masih memikirkan apa yang harus mereka lakukan.     

Sampai di rumah ketiganya kaget karena kelakuan Ian yang mengambil kulkas tapi harus jongkok di bawah kain putih Narsih. masih siang tapi Narsih muncul, apa tidak salah pikir mereka bertiga.     

"Dia kenapa muncul ian?" tanya Dino yang penasaran dengan kehadiran narsih.     

"Iya tumben, bukannya makhluk seperti dia muncul malam hari bukan siang hari, yang ada terbakar dan kau kenapa seperti itu, tidak bisakah kau meminta dia pindah?" tanya Paijo yang kesal dengan kelakuan Ian.     

"Cih! Tanya sendiri dengan mbak manis kamu ini, sudah kesal aku dia di sini. Siang, malam, pagi, subuh selalu di sini. Entah siapa yang dia sukai," ucap Ian yang membanting pintu kulkas dengan kencang hingga Narsih bergetar di atasnya dan hilang seketika.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.