Dendam Winarsih

Kelakuan Mbak Manis



Kelakuan Mbak Manis

0Dino hanya geleng kepala, Ian dan Narsih tidak pernah akur sama sekali. Ian yang kelakuan absurdnya sedangkan Narsih juga sama kelakuan mbak manis membuat Ian dan dia juga sedikit kesal.     

"Sudah kalian katakan Dino, Paijo?" tanya mang Dadang kepada keduanya.     

"Sudah, pak RT menyetujuinya dan dia mengatakan tidak bisa lama juga, karena tidak enak sama warga sini. Kalau bisa kita cari dia rumah dekat sini saja, aku ingin dia nyewa di sini saja. Kapan habis kontrakkan Nona?' tanya Dino pada Nona.     

"Bulan depan sudah bayar lagi," ucap Nona.     

"Kita cari saja dia dekat sini. Aku dengar di samping kita ini ada sewa juga. Kamu di sini saja, kita keluarkan barang dia dari belakang saja bagaimana?" tanya Paijo.     

"Ide bagus juga itu, nanti aku tanyakan ke ibu sebelah, siapa tahu kan dia mau sewakan itu rumah," ucap Dino kepada Paijo.     

Paijo menganggukkan kepalanya dan mendekati Ian yang sedang menata makanan yang sudah dia panaskan. Bibi Sumi banyak kasih makanan dan dia juga membawakan sayuran dan banyak lagi untuk dia bawa pulang.     

"Masak apa? Kau rajin sekali, kau pasti semangat kan karena ditemani mbak manis Dino kan?" tanya Paijo yang menggoda Ian.     

Mang Dadang terkekeh karena Paijo berhasil menggoda Ian dan itu membuat Ian kesal abis. Ian meletakkan secara kasar piring hingga berbunyi di atas meja.     

"Busyet dah ini orang kenapa kau marah, kau ini luar biasa sekali. Aku hanya bertanya saja, sensitif sekali, lagi datang bulan ya," cicit Paijo yang memakan tempe yang dibumbui.     

"Cih! Makan saja sana, banyak sekali kisah kasihmu di meja makan ini," ucap Ian yang duduk dan mengambil nasi dengan cepat dan tentu dengan banyak hingga piring tertutup dengan nasi dan lauk.     

"Kau lapar atau apa Ian? Makanmu itu seperti orang tidak makan seratus abad saja. Duh gimana itu perut muat tidak ya," cicit Paijo yang melihat piring Ian penuh makanan.     

Ian tidak mengubris apa yang dikatakan oleh Paijo dia sibuk makan dan tentu saja dia tidak mau berdebat. Rasa lapar dan rasa kesal karena Narsih campur aduk. selesai Makan Nona mencuci piring. Dia tidak mau malas di rumah Dino, walaupun Dino melarangnya, Nona tetap membantunya.     

"Dino, apa dukun itu tidak melakukan hal lain lagi kah? Aku takut dia melakukan hal itu lagi. yang ada Nona yang kasihan. Baru sembuh eh, dia malah diserang lagi oleh tuh dukun," ujar Ian yang mengunyah buah jeruk.     

"Itu yang aku takuti, aku takut dia berusaha melakukan lagi, kita kan tahu sendiri bagaimana dia melakukan hal itu pada Narsih, kali ini dia ingin membuat Nona mendapatkan hal yang sama dan kita tidak tahu Bram seperti apa, apakah dia sudah bisa di dekati atau malah punya rencana lain," ucap Dino kepada yang lainnya.     

"Kita berjaga saja, jangan sampai dia melakukan hal yang sama lagi, kita kan sudah dikasih tahu pak ustad, untuk tetap berdoa, jadi kita berdoa saja," sambung Mang Dadang kepada Dino dan temannya.     

"Iya benar apa yang Mang Dadang katakan, kalau dia mau melakukan hal itu lagi, maka kita yang akan bertindak untuk itu saudara-saudara kita harus bersatu. Oklah, kita harus bergerak dulu, ada liputan tentang demo, ayo Ian, Paijo kita pergi nanti pak tua itu mengomel. Mang titip rumah dan Nona ya," ucap Dino.     

"Iya, kalian hati-hati jangan buat masalah di sana." Mang Dadang memberikan nasehat kepada ketiganya agar hati-hati.     

Dino menganggukkan kepalanya dan bersiap pergi. Nona mengantar ketiganya pergi dari rumah. Mang Dadang mengangkat piring buah ke belakang. Mang Dadang melihat ada yang aneh di rumah ini, dia membacakan doa dan menghembus nafasnya dengan berat.     

"Nona, kamu masuk ke kamar dan kunci, jangan lupa peluk alquran ya, ingat jangan lepaskan sepertinya ada yang bermain lagi ini, jangan takut mamang akan jaga di luar," ucap Mang Dadang.     

Nona mengangga mendengar apa yang dikatakan oleh mang Dadang. Dia langsung masuk tanpa menunggu lagi, dengan cepat dia mengambil wudu dan memegang alquran seperti yang Mang Dadang katakan. Mang Dadang melihat sekeliling dan narsih muncul dan menatap Mang Dadang.     

Mang Dadang kaget karena Narsih muncul tiba-tiba, Mang Dadang mengelus dadanya yang jantungnya hampir keluar dari tubuhnya. mang dadang duduk di sofa dan menatap Narsih dengan tatapan kesal, selalu muncul saat tidak tepat, masih terang kenapa dia muncul pikirnya.     

"Kenapa kau muncul hmm? Apa kau tidak tahu jantungnya hampir lepas dari tempatnya. kau kenapa?" tanya Mang Dadang.     

"Aku tidak apa-apa, aku ke sini ada yang mau mengganggu Nona, jadi aku mengawasinya, dia mulai lagi," ucap Narsih yang memandang mang Dadang dengan tatapan tajam.     

Mang Dadang yang mendengarnya kaget, dia tidak percaya ketakutan mereka terjawab sudah, ada lagi yang mau menganggu Nona, tapi apa alasannya pikirnya lagi. Mang Dadang menatap ke arah Narsih yang berdiri di depan kamar Nona.     

"Apa salah Nona, Narsih ini kan murni kamu yang mau menuntut balas, kenapa bisa ke Nona larinya, dia tidak salah apapun dan dia itu juga tidak tahu apapun Narsih." Mang Dadang begitu tidak habis pikir masalah ini karena Narsih yang mau balas dendam bukan Nona.     

"Dia mau dimanfaatkan dan dengan begitu aku akan mengikuti apa yang mereka inginkan, tujuannya hanya ke aku Mang tapi mereka memanfaatkan Nona, tapi Mang Dadang jangan takut, aku akan membantu agar Nona tidak mendapatkan serangan lagi," ucap Narsih.     

Mang Dadang menghela nafas, dia menganggukkan kepalanya dan mengusap wajahnya, tidak mungkin dia mengatakan ini semua ke pada Dino dan lainnya. Mereka sedang kerja dan nanti tidak konsentrasi kerjanya. Di belakang dapur terdengar suara sendok jatuh dan banyak hal lain. Mamang hanya menelan salivanya, jelas dia takut, walaupun siang hari, tapi dia masih tetap diam di tempat.     

Narsih pergi dan terdengar suara tawa narsih yang membuat bulu kuduk merinding. Ada apa ini, kenapa bisa panjang urusannya dan siapa yang berulah lagi ini pikir Mang Dadang yang masih menatap ke arah dapur. Dia menunggu apa yang Narsih lakukan dan siapa sosok yang sudah menganggu mereka. sepertinya mereka harus pindah lagi, agar tidak mendapatkan teror dari siapapun itu pikirnya.     

"Ian, aku kok merasa tidak enak ya, takut saja jika ada yang menganggu Nona lagi, Mang Dadang kan penakut juga, apa lagi Nona, dia baru saja sembuh dari guna-guna takutnya ada yang serang lagi." Dino merasa ada yang aneh tapi dia berusaha tenang     

"Kau telpon saja coba, tanyakan kondisinya." Paijo menyarankan untuk menelpon Nona atau nggak Mang Dadang.     

Yuk singgah di IGku Ziahyung02 dan Kutukan Nyai Darsimah juga singgah ke dua novelku ya ditunggu kedatangannya akak semua Mauliate Godang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.