Dendam Winarsih

Lepaskan Dia



Lepaskan Dia

0"Kau lihat kan bukan dia, jadi mana mungkin Nonaku melakukan itu semua. Dia buat apa membunuh Deka, dia saja tidak tahu kalian, yang dia tahu aku, jadi jangan takut kalau kalian diincar," ucap Bram.     

Bram berusaha untuk tidak emosi, dia frustasi karena sudah lama tidak bisa bertemu Nona, rasa rindu pasti tapi dia tidak tahu bagaimana mendekati Nona saat ini sejak kejadian penculikan itu. Ini semua ulah Deki sialan itu.     

"Aku tidak tahu apapun Bram. Tapi menurutku, lebih baik lepaskan dia, kita pikirkan cara membuat Narsih tidak mendekati kita lagi dan menjauh untuk kita selamanya, entah kita yang habis di tangan dia atau dia aku tidak tahu sama sekali," ucap Diman yang menepuk pundak Bram dan meninggalkan Bram seorang diri.     

Bram masuk kembali ke dalam untuk melihat Deka sahabatnya itu. Karena dia Deka seperti ini. Jadi dia berusaha untuk menenangkan keluarganya. Nona dan Mang Dadang akhirnya sampai di rumah dan mengelus dada, mereka bertemu dengan Bram walaupun berselisih jalan.     

"Kalau kita ketemu dia tadi maka habislah kita Nona, mamang tidak tahu harus apa saat bertemu dia, dia pasti tahu kalau kita yang melakukan itu pada temannya itu."     

"Mamang benar, kita tidak tahu kalau sampai ketahuan habis kita dan aku belum bisa bertemu dengan dia saat ini," ujar Nona yang masih belum bisa membayangkan bagaimana dia bertemu dengan Bram.     

Nona masuk kekamar, dia ingin ganti pakaian dan istirahat, Mang Dadang juga ingin istirahat, dia sudah lelah karena harus lari dari Bram. Keduanya tidur sampai sore hari lebih tepatnya malam. Dino yang baru pulang dari liputan kaget karena rumah sepi dan lampu tidak nyala.     

"lah, itu rumah kayak rumah yang tidak ada penghuninya. Pada kemana mereka berdua? Apa mereka kencan dan sedang enak-enak jadi lupa," ucap Ian sekenaknya.     

Dino mengeplak kepala Ian yang mengatakan kalau keduanya sedang enak-enak. Paijo terkekeh karena mendengar apa yang dikatakan oleh Ian. Paijo membawa makanan untuk mereka makan bersama. Dino membuka pintu dengan kunci cadangan.     

"Gelap sekali rumah ini. Nona ... Nona kau di mana?" teriak Dino yang memanggil Nona.     

Ian menyalakan lampu dan ruangan terang benerang. Ian dan Paijo ke kamar mandi untuk cuci kaki dan tangan. Setelah itu keduanya masuk kamar dan melihat Mang Dadang terkapar.     

"Lihat, dia tidur kayak kebo, bangunkan dia Paijo," cicit Ian.     

Paijo mendekati mang Dadang tapi tidak ada yang bangun sama sekali. Ian yang melihat paijo bangunin Mang Dadang terlalu lembut, berteriak di telinga mang Dadang.     

"MANG DADANG BANGUN CEPAT!" teriak Ian dengan kencang.     

Mang Dadang yang tertidur pulas bangun dengan wajah ketakutan. Dia memandang ke arah sekelilingnya. Ian dan Paijo melambaikan tangannya. Mang Dadang memasang wajah datar dan masam.     

"Kalian tega membangunkan aku dengan tidak ada akhlaknya sama sekali." kesal Mang Dadang yang mengusap wajahnya.     

Ian dan Paijo tertawa geli melihat kelakuan mang Dadang. Di luar Dino mendengar suara teriakkan Ian yang tentu dia akan menjahili mang Dadang tentunya. Dino geleng kepala karena kelakuan sahabatnya itu.     

"Nona ... Nona ... bangun Nona udah malam ini." panggil Dino.     

Panggilan Dino tidak direspon oleh Nona. Ian yang mau mandi melihat Dino memanggil pujaan hati yang hanya hatinya yang tahu orangnya tidak tahu. Ian mendekati Dino dan membisikkan ke telinga Dino.     

"Masuk dan panggil secara langsung dan kalau perlu kecup keningnya dan kalau mau bibirnya anggap saja kami tidak ada," bisikkan Ian seumpama setan yang sedang membujuk umat manusia.     

Dino memasang wajah datar karena Ian berkata seperti itu. Dino hampir tergoda tapi dia cepat pergi dari pintu kamar Nona. Ian hanya mengidikkan bahunya saja. Ian yang jahil langsung berteriak kencang, Nona yang sudah bangun dan menyisir rambutnya langsung kaget dan mengusap dadanya.     

"Sialan si Ian ini, mau buat aku mati muda apa, aku kan belum menikah," gumam Nona yang keluar dari kamar dan melihat semua orang sudah pulang.     

"Loh Dino, kamu sudah pulang ya? Kok cepat?" tanya Nona yang keluar dari kamar mendapati Dino sudah pulang dan yang lainnya juga.     

"Cih, hanya dinosaurus yang kau khawatirkan dan kau tanyakan Non, kenapa tidak kami berdua, dasar pilih kasih," ketus Ian yang langsung masuk kamar mandi.     

Ian mandi di kamar mandi luar karena Mang Dadang mandi di kamar mandi kamar. Paijo terkekeh karena Ian cemburu dengan keromantisan temannya. Nona dan Dino saling pandang dan salah tingkah.     

Ceklekk!     

Mang Dadang keluar dari kamar dan bergabung dengan Dino. Mang Dadang sudah siap untuk solat magrib. Satu persatu keluar dan bergabung untuk solat berjamaah. Mang Dadang yang jadi imam malam ini. Selesai solat mereka langsung makan dengan tenang.     

"Kami tadi ke rumah sakit." Mang Dadang memulai pembicaraan.     

Dino,Ian dan Paijo kaget, karena mang Dadang mengatakan rumah sakit. Ketiganya melihat ke arah Nona yang sedang makan. Ketiganya kembali ke hadapan mang Dadang.     

"Siapa yang sakit mang? Mang Dadang sakit ya? Atau Nona? Atau ...." Dino menghentikan omongannya karena omongannya dipotong oleh Ian.     

"Atau Narsih? Mbak manis si dinosaurus ini mang?" tanya Ian sekenaknya.     

Plakkk!     

Paijo memukul kepala Ian yang dari tadi nyesalin. "mbak manis dinosaurus tidak sakit dan tidak bakalan sakit, kecuali kamu yang sakit!" geram Paijo yang Ian kalau ngomong agak sekenaknya saja.     

"Bukan gitu kali, aku hanya tanya saja, siapa tahu dia sakit kaki karena tidak nyecah tanah."     

Gubrakkk!     

Suara gebrakkan terdengar dari kamar tidur mereka. "tuh, mbak si dinosaurus sudah sakit jiwa, masuk kok lewat kamar, masuk lewat depan, tidak sopan," cicit Ian yang mengunyah ayam bakar.     

Dino dan lainnya geleng kepala karena mendengar ocehan Ian. "mang ngapain ke rumah sakit?" tanya Dino yang penasaran.     

Mang Dadang menceritakan maksud mereka ke sana. Ian yang mendengar apa yang dikatakan oleh Mang Dadang kesedak ayam. uhukk ... uhukk. Dino membolakan matanya, kali ini emang Ian buat masalah lagi.     

"Di-dia masih hidup uhukkk ... kok bisa mang?" tanya Ian yang benar-benar penasaran.     

"Ian kondisikan mulutmu itu, kau luar biasa joroknya. nasimu nyembur itu," kesal Dino yang kena semburan ayam bakar Ian.     

"Kami mana tahu, intinya seperti itu, dia kejang dan menganggap Nona ini Narsih, kami sampai kaget dia seperti itu. Kami kabur dan saat di lobby, Bram masuk ke dalam mungkin dia mau ketemu dengan temannya siapa Nona namanya?" tanya Mang Dadang.     

"Deka mang," jawab Nona.     

"Nah Deka, saya rasa dia mau ke dalam, untung kami cepat pergi kalau tidak habis kami," ucap mang Dadang.     

Dino terdiam sesaat. Apa yang terjadi dengan sahabatnya Bram itu ya? Apa dia koma lagi atau meninggal?     

"Dapat jimatnya?" tanya Paijo. Nona dan Mang Dadang geleng kepala.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.