Dendam Winarsih

Awas Kamu Narsih



Awas Kamu Narsih

0Bram pulang dari rumah dukun itu, dia benar-benar marah karena Narsih yang berada di dalam foto itu dari mana dia tahu kalau dia mengambil foto itu dan menunggu Nona. dasar hantu sialan. Bisa-bisanya dia membuat aku malu, awas kamu Narsih aku akan buat perhitungan denganmu.     

Bram begitu geram karena dia tidak bisa membuat Nona bertekuk lutut. Jalan satu-satunya dia harus bertemu dengan Nona langsung dan membawa foto itu ke rumah dukun tadi dan mengguna-gunai Nona.     

"Pak Bram, mau ke mana lagi kita?" tanya pak supir dengan hati-hati.     

Bram menghela nafas dan menatap pak supir dengan wajah datar. "kenapa tidak bilang itu hantu sialan itu?" tanya Bram dengan wajah kesal.     

Pak supir membolakan bola matanya sejak kapan dia tidak mengatakan pada majikannya. "saya sudah katakan pak, dari awal itu saya katakan, tapi pak Bram tidak mendengarkan saya," kata pak supir kepada Bram.     

Bram berdecih karena mendengar apa yang dikatakan oleh supirnya. Bram diam karena dia tidak bisa berkata lagi, dia terlalu bodoh karena tidak percaya waktu itu.     

"Kita ke kantor saja," kata Bram.     

Pak supir hanya ngangguk pelan, dia tidak mungkin melarang majikkannya untuk tidak ke kantor. Bram melihat ke arah jendela dia masih berpikir apa yang harus dia lakukan saat ini. Bram mengambil ponsel untuk menelpon anak buahnya yang bertugas mengawasi Nona.     

Tut ... tut ...     

"Iya halo, pak Bram ada apa ya?" tanya anak buahnya.     

"Halo, kalian belum ketemu di mana wanita itu?" tanya Bram kepada anak buahnya.     

"Belum pak Bram, di rumahnya sepi dan saya tanya tetangga katanya dia pindah, saya kurang tahu benar atau tidak," ucap anak dukun itu kepada majikannya.     

"Sial, kemana dia dibawa temannya itu. Aku harus mengikuti temannya itu, mungkin dia di sembunyikan oleh temannya itu," gumam Bram dalam hati.     

"Pak Bram, anda masih di sana?" tanya anak buah Bram.     

Bram berdehem dan mulai merencanakan untuk mengikuti temannya itu. "ikuti temannya itu, ingat, jangan sampai kalian ketahuan dan jika wanita itu ada di kantor itu maka kalian kabari saya segera. ingat itu," kata Bram memerintahkan anak buahnya untuk mengikuti teman Nona.     

"Baik, akan saya ikuti dia. Kami akan segera ke kantor mereka." anak buah Bram mengiyakan apa yang diperintah oleh Bram.     

Panggilan berakhir, Bram mulai merencanakan akan menculik Nona, dia akan paksa Nona kalau perlu mengancam Nona untuk bersamanya dia akan mengancam akan membunuh sahabatnya itu.     

"Pak, sudah sampai." Pak supir memanggil Bram karena mobil sudah sampai di kantor Bram.     

Pak supir membuka pintu mobil dan mempersilahkan Bram keluar dari mobil, dia juga mempersilahkan majikannya itu keluar. Bram keluar dari mobil dan masuk ke dalam kantor. Pak supir yang melihat majikannya gagal hanya geleng kepala.     

"Sudah aku katakan, tapi dia tidak percaya sama sekali, ya begini lah hasilnya," gumam pak supir pada dirinya sendiri.     

Bram yang di kantor dan duduk di ruangannya kedatangan tamu. Bram melihat kedua sahabatnya masuk ke dalam ruangannya. keduanya duduk dan memandang Bram dengan tajam.     

"Ada apa kalian ke sini? Kalian tidak ada kerjaan lain apa?" tanya Bram yang kesal melihat keduanya datang menemui dirinya.     

"Kami hanya mau kasih tahu kalau sebenarnya wanitamu yang ke rumah sakit bertemu dengan Deka, aku tidak tahu apa yang dia lakukan di sana. Aku percaya kalau dia mau membunuh Deka," kata Deki yang langsung berbicara dengan wajah yang merah padam.     

"Apa buktinya? Kau jangan asal sebut, nanti yang ada fitnah. Apa kau kesal karena dia tidak bisa jadi tumbal iya? Jadi, kau kambing hitamkan dia?" tanya Bram dengan suara lantang.     

Deki terdiam, dia tidak tahu bagaimana meyakinkan Bram kalau Nona dalang semua ini. Dia hanya menebak apa yang terjadi, dari yang Diman katakan kalau Deka menyebut jangan bunuh dia pasti ini kaitannya dengan hantu itu. Dan tentu saja tidak jauh dari wanita itu juga.     

"Deki! Kenapa kau diam? Bukannya kau bilang dia, sekarang saat Bram bertanya kau diam. Kau tidak asal nuduh kan?" tanya Diman yang meminta penjelasan pada Deki.     

"Dia bukan hanya asal nebak dan nuduh saja, dia emang tidak tahu apapun. Dia selalu main sendiri saja dan nantinya dia akan jadi duri dalam hubungan pertemanan kita," ketus Bram dengan kesal.     

Deki yang mendengarnya mengepalkan tangannya. Dia bangun dan pergi begitu saja keduanya. Bram hanya diam dan memandang tajam ke arah Deki yang pergi begitu saja. Bram memandang ke arah Diman.     

"Kau kenapa percaya pada dia hmm? Apa kau tidak tahu dia yang menculik Nona dan aku berakhir mati di tangan Narsih, sial! Jika tidak umurku akan berakhir saat itu juga," geram Bram masih mengingat kejadian waktu itu.     

"Aku tidak tahu akan hal itu. Aku pikir dia marah waktu itu, emang dia marah atau hanya aktingnya saja." Diman menjelaskan apa yang dia pikirkan.     

Bram hanya masa bodoh, karena dia tidak tahu mau jawab apa, intinya dia harus keluar dari kematian saat itu juga dan tentu membuat dia kesal. Di luar Deki hanya mengumpat karena Bram tidak mempercayai dirinya.     

Deki mengambil ponsel dan mulai melakukan panggilan ke seseorang. "Cari wanita itu, aku mau dia dapat dan seret dia ke markas kita," ucap Deki pada seseorang.     

"Baik." seseorang menjawab dengan cepat apa yang dikatakan oleh orang itu pada Deki.     

Di lorong yang gelap terlihat bayangan putih mendengar apa yang Deki katakan. ya, dia adalah Narsih, Narsih bersembunyi di ruang gelap yang ada di kantor Bram. Dia mendengar apa yang Deki katakan pada anak buahnya.     

"Habis kau wanita sialan. Karena kau aku jadi seperti orang bodoh. aku tidak akan biarkan itu terjadi," ucap Deki dengan wajah yang menakutkan.     

Deki langsung naik lift dan pergi meninggalkan kantor Bram. Dia akan membuat Nona pergi dari kehidupan Bram, karena Nona juga lah dia harus seperti ini. Narsih yang di belakang Deki hanya mendengar rencana dari Deki, dia memandang Deki dengan tatapan tajam.     

Ting!     

Pintu terbuka, deki keluar dari lift. Deki merasakan ada sesuatu di belakangnya dari kantor Bram tadi dia tidak tahu apa itu dan kenapa bisa bulu kuduknya merinding seperti ini.     

"Tidak mungkin ini wanita hantu itu, aku sudah pakai jimat, aku tidak akan bisa dia sentuh," gumam Deki yang terus melangkah pergi dari kantor Bram. Dia tidak mau berlama di kantor Bram dia akan menunggu kabar dari anak buahnya itu jika bisa dia akan membunuh Nona hari itu juga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.