Dendam Winarsih

Dia Hantu Apa Manusia



Dia Hantu Apa Manusia

0Anak buah Bram sudah sampai di kantor Nona, mereka menunggu di sana, sejak diperintahkan oleh Bram, mereka langsung bergerak, apa lagi Bram sudah memberikan mereka uang kepada mereka.     

"Bos, kita menunggu sampai kapan? Apa kita tidak mencari tahu saja rumah temannya itu? Jika tidak ada di sana kan bisa kita ke rumah temannya, kita tanya sama temannya yang di sini. Dari pada menunggu kan, lebih baik kita cari saja alamat prianya itu. Siapa tahu kita bisa menemukan dia di sana," ucap anak buah yang satunya.     

Bos penjahat itu sedikit berpikir apa benar yang dikatakan oleh anak buahnya, dengan mengikuti sarannya. Kalau menunggu di sini belum tentu bisa ketemu dengan gadis itu pikirnya.     

"Baiklah, kalian tanya sama wanita itu dan coba kalian cari di mana mereka tinggal."     

Di tempat lain orang suruhan Deki juga mencari di kantor Nona, dia menunggu Nona untuk keluar dan dengan inisiatif anak buah Deki, mereka bertanya lebih dulu ke karyawan kantor tempat Nona bekerja.     

"Permisi, boleh saya bertanya, apa di sini tahu yang namanya Nona? Kira-kira dia masuk tidak ya?" tanya anak buah Deki.     

"Nona tidak masuk, karena sedang sakit. Dia sekarang di rumahnya," ucap wanita yang cantik dan berkaca mata itu.     

"Bisa tahu alamat rumahnya?" tanya anak buah Deki pada wanita itu.     

Wanita itu mengangguk pelan, dia memberitahu alamat yang entah benar entah tidak. Dan wanita itu juga tersenyum smirk karena bisa menjebak pria di depannya. Dan sudah di pastikan kalau wanita itu adalah Narsih. Yang menyamar sebagai karyawan sana.     

"Terima kasih banyak ya, kalau begitu abang pulang dulu, jangan rindukan abang ya," ucap anak buah Bram kepada wanita yang diminta alamat rumah itu.     

Wanita itu menganggukkan kepala dan pergi dari hadapan pria itu. Pria itu yang mau bertanya alamat alamat wanita itu langsung kaget karena wanita itu menghilang begitu saja.     

"lah, kemana wanita itu berada ya?" tanya anak buah itu kepada dirinya.     

Rekannya menghampiri pria yang bertanya tadi, dia ingin bertanya pada temannya apakah dia sudah menemukan wanita itu apa tidak.     

Pukk!     

"Ayam goreng tepung! Kau ini luar biasa sekali menakutiku saja. Ada apa kau ke sini?" tanya rekannya.     

"Bagaimana? Apa kau sudah dapat yang kau cari?" tanya rekannya.     

"Sudah lah, ini dia, aku sudah menemukannya dan kau tahu, aku bisa dapat alamat dia tinggal, sekarang kita akan ke sana. Sepertinya dia keluar kota, dari alamatnya beda sekali. Kau bisa lihatkan ini, wanita tadi yang kasih, aku tidak tahu siapa tapi menurutku dia sangat aneh sekali." pria itu pergi dari kantor itu menuju mobil.     

"Wanita mana yang kau bilang? Aku kenapa tidak lihat kau dari tadi berdiri dan berbicara sendiri saja, apa kau tidak mengkhayal kan?" tanya rekannya.     

"Mana mungkin aku mengkhayal, yang ada ini alamat dapat." Temannya tetap mengatakan kalau dia tidak mengkhayal sama sekali.     

Pria itu hanya menggidikan bahunya, dia tidak mau ikut campur. Baginya yang dikatakan oleh rekannya ini tidak masuk akal dia hantu apa manusia hanya Tuhan yang tahu. Keduanya pergi ke mobil dan mulai memberikan alamat kepada bosnya. Mobil segera meninggalkan kantor Nona.     

Sedangkan anak buah Bram masih mencari siapa yang bisa diajak bertukar informasi dan orang itu jatuh pada wanita yang sama yang memberikan alamat ke anak buah Deki. Narsih berpura menjadi wanita yang bekerja di sana. Dia langsung menemui pria itu yang berjalan ke arahnya.     

"Mbak, aku mau tanya, apa aku bisa minta tolong ke mbaknya, aku mau cari Nona. Sudah lama tidak bertemu. Kami teman lama dan ingin bertemu, rindu pula dengan dia mbak," ucap anak buah bram yang berdusta.     

Narsih tersenyum karena pria ini berdusta, Narsih geleng kepala pelan, dia mau membuat pria ini penasaran dan akan bertanya lagi. Narsih meninggalkan pria ini dan tentu dia ingin pria ini mengejarnya tapi bukan pria ini yang mengejar tapi pria lain dan dia menanyakan hal sama.     

"Ini alamatnya, dia sakit dan tidak bisa bekerja." Narsih memberikan alamat ke pada pria lain dan itu anak buah Deki.     

Sedangkan anak buah Bram entah kemana menghilangnya. Tidak berapa lama pria lain juga menghampiri Narsih dan kali ini anak Bram, Narsih tidak tahu apakah ini anak Bram atau yang lain, dia memberikan alamat yang sama, dia mau keduanya dia habisi dalam satu malam ini.     

"Baiklah, sekarang kita sudah dapat. Tapi kemana si kunyuk itu berada dia tidak tahu apa kalau kita mau cepat pergi," ucap rekan pria yang tadi bertanya alamat kepada Narsih.     

"Tinggalkan saja dia, aku tidak suka membuang waktu. Bos Bram ingin segera mengetahui keberadaan wanitanya. segera pergi dari sana." Bos dari anak buah Bram memerintahkan untuk pergi dan sekarang dia pergi meninggalkan kantor itu menuju alamat yang diberikan wanita itu siapa lagi kalau bukan narsih.     

Dari kejauhan, dia melihat ke arah mobil yang pergi meninggalkan kantor Nona dan Dino. Senyum terbit di wajahnya. Narsih tidak tahu di belakangnya ada pria yang tadi menanyakan alamat Nona. Dia melihat Narsih yang tidak memakai alas kaki dan kakinya menggantung. Dia mengangga dan menutup mulutnya. Walaupun belum berganti seperti semula, kelihatan dari kakinya.     

"Itu siapa? Dia hantu apa manusia? Ke-kenapa dia bisa keluar dan ini pukul 5 sore dan masih terang, siapa yang dia lihat?" tanya pria itu yang memandang dari jauh siapa yang dilihat.     

Pria itu melihat mobil yang dia tumpangi menjauh dan wanita itu tersenyum menyeramkan. Apa benar wanita ini jelmaan dan mengincar temannya.     

"Aku harus mengabari mereka," ucap pria itu.     

Pria itu mengambil ponsel tapi dia tidak menemukan ponselnya dan saat bersamaan wanita itu di depannya dengan pandangan menakutkan. Pria itu diam seribu bahasa, dia tidak mau membuat nyawanya melayang. lebih baik dia masa bodoh, mungkin belum takdir dia untuk pergi dari dunia ini.     

"Eh! Mbak ada apa ya? Kenapa bisa di sini?" tanya pria itu yang bernama Toni.     

"Kamu minta alamat Nona tadi kan?" tanya Narsih dengan wajah datar.     

Toni menelan salivanya, mati dia kali ini. Bisa dia dulu yang meninggal dari pada temannya. Toni tertawa dan menepuk pelan pundak Narsih walaupun dia mengigil. Dia berusaha sok akrab agar dia tidak kena gorok dengan Narsih.     

"Masa sih mbak? Mbak salah dengar kali ya?" tanya Toni sembari tertawa culas. Toni sebisa mungkin dia tetap tenang walau hati menangis, ya walau hati menangis dia tetap tenang agar tidak ketahuan kalau dia takut dan gugup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.