Dendam Winarsih

Pergi Kau



Pergi Kau

0Narsih masih melihat anak buah Bram yang masih bertahan di dalam mobil. Anak buah Bram juga tidak berani untuk keluar. Narsih duduk di depan kaca mobil yang langsung menghadap ke dalam.     

"Bos, dia masih di sini. Dan lihat dia bawa orang itu, mungkin itu orang yang di mobil itu ngga bos?" tanya anak buah Bram kepada bosnya.     

Bos yang mereka tanyakan diam dan tidak berani untuk menjawabnya, mereka terlalu takut untuk melihat ke luar. Narsih begitu menakutkan di mata mereka.     

"Coba lagi kalian stater kembali ini mobil, aku ingin segera cepat pergi dari sini, cepat sedikit," ucap pria yang dipanggil bos itu.     

"Baik bos." Anak buah yang bertindak sebagai pengemudi langsung bergerak dan mencobanya tapi tetap tidak bisa, mereka kesusahan untuk menyalakan mesin mobil.     

Narsih menurunkan pria yang dia bawa tadi. mereka kaget itu toni yang mereka sangka sudah pergi ternyata ada bersama dengan pria itu dan tentu saja itu membuat mereka bertanya apa sudah meninggal atau belum.     

"Aku tidak tahu kenapa dia ada bersama wanita itu? Apa kalian melihat dia? lihatlah, dia tidak membuka matanya, dia meninggal," jawab anak buah Bram kepada rekannya yang lain.     

Bagaimana ini bos? Apa kita harus pergi tanpa dia?" tanya mereka lagi pada bos yang hanya memandang wanita itu dengan tajam.     

"Coba lagi." perintah pria itu pada supir yang sudah hampir menyerah itu.     

Supir itu lagi-lagi berusaha dan mencobanya tapi hasilnya nihil dan tidak ada sama sekali. mereka tidak bergerak sama sekai. Narsih melakukan hal yang sama dia menghantukkan kepalanya ke kaca depan mobil. Tentu dia sangat ketakutan dan berusaha untuk menyalakan mesin kembali. mereka mencoba dan terus mencoba namun hasilnya nihil dan tidak ada sama sekali.     

"Bagaimana ini, kenapa tidak ada perubahan sama sekali, mesinnya benar-benar padam tidak mau menyala sama sekali ini, bagaimana ini," ucap supir dengan raut wajah yang ketakutan.     

Semua yang di mobil ketakutan dan tentu membuat bos mereka semua tidak bisa berkata hanya teriak kencang ke Narsih yang berhasil memecahkan kaca depan mobil dan perlahan masuk ke dalam. Dengan golok di tangannya Narsih melihat semua pria yang di depannya itu.     

"Pergi kau, jangan dekati kami! Pergi dari sini paham? Dan apa salah kami padamu hahhh?" tanya pria yang dipanggil bos itu.     

"Kalian sudah berani mendekati wanita itu dan kalian juga sudah berani membuat diri kalian masuk dalam kematian sekarang kalian akan menerima akibatnya," ucap Narsih kepada pra yang bertanya dan memintanya pergi itu.     

"Aku tidak ada hubungannya denganmu jadi pergilah! Aku hanya berhubungan dengan wanita itu saja, jika kau tidak pergi maka aku akan melemparmu keluar dari mobil ini!" teriak pria itu kepada Narsih yang semakin dekat dengannya.     

Narsih tersenyum dan tertawa hahahahahahah! dia berteriak kencang dan tentu membuat dia merinding dan gemetar, dia takut karena mulut Narsih keluar berbagai macam hewan yang hidup di dunia tanah.     

Anak buah Bram muntah karena tidak sanggup melihat hewan itu keluar dari mulut wanita yang menyeramkan itu, mereka gemetar dan tentu membuat dia makin ketakutan. Narsih menarik golok yang terpacak di kepala mereka mereka dan tentu membuat mereka makin ketakutan.     

"Bukan aku yang pergi tapi kalian yang akan pergi!" seringai di wajah Narsih membuat mereka begitu menakutkan dan membuat mereka gemetaran.     

Senjata yang mereka acungkan ke Narsih tidak membuat narsih takut, dia tidak membuat dia gentar sama sekali. Narsih langsung melayangkan golok ke leher yang mereka panggil bos itu.     

Srettt!     

Satu sabetan langsung menancap ke leher pria tersebut. Semua anak buah yang di dalam mobil kaget dan tidak bisa berkata apapun, dia ketakutan dan tentu membuat mereka ketakutan setengah mati. Mereka tidak menyangka jika wanita yang menyeramkan ini begitu menakutkan.     

"Ayo kita pergi dari sini, aku tidak mau jadi korban dia." anak buah yang melihat bos mereka merenggang nyawa langsung menggigil dan tidak berani berbuat apa-apa lagi.     

Mereka berusaha membuka pintu tapi tidak bisa Narsih tidak menunggu lama lagi, dia sudah menyabet semuanya dan tidak ada yang tersisa, anak buah Bram yang berusaha menculik Nona dihabisi dalam satu malam. beda dengan anak buah Deki, dia membiarkan untuk memberi tahukan kepada bos mereka untuk tidak menunjukkan wajah mereka di depan Nona.     

Anak buah Bram yang pingsan tadi terbangun, dia hanya pingsan dan dibawa pergi oleh Narsih tanpa sedikitpun dilukai oleh Narsih. dia melihat Narsih membunuh semua rekannya. Perlahan dia turun dari mobil dan berniat lagi tapi Narsih berada di depannya.     

"Jangan mbak, jangan ganggu saya, aku mohon padamu mbak, aku hanya ingin mencari rezki untuk ibuku yang sakit mohon mbak jangan sakiti saya mbak, saya mohon pada mbak," ucap Toni pada Narsih.     

Toni melihat sekeliling yang tidak ada siapapun, kemana dia bawa, kenapa jauh sekali mana gelap lagi. Ada apa sebenarnya ini, kenapa aku tidak tahu sama sekali pikir Toni yang masih termenung kenapa mereka dibunuh semua.     

"Mbak kenapa bunuh mereka? Dan aku tidak dibunuh juga?" tanya Toni dengan wajah penasaran.     

Narsih terdiam dengan pertanyaan dari Toni. masih menatap pria di depannya ini. Wajahnya mirip dengan suaminya yang meninggal bukan mirip tapi sama dan tidak ada yang berubah sama sekali.     

"Dia mirip dengan kang Joko, ya dia mirip sekali. Apa dia kang Jokoku?" tanya Narsih dalam hati.     

Toni masih melihat Narsih, dia tidak takut lagi, dia tersenyum kepada Narsih dan menatap Narsih dengan tatapan tajam. Narsih menjadi malu karena ditatap seperti itu.     

"Aku akan ajak kamu pergi. Kerja lah dengan dia." Narsih langsung membawa Toni pergi jauh meninggalkan mobil yang sudah tidak ada satu pun yang bernyawa.     

Toni yang dibawa pergi oleh Narsih kaget dan menjerit karena Narsih membawa dia dengan sedikit kasar. Toni pingsan kembali, dia tidak bisa terbang seperti Narsih. Bram yang di rumah menunggu kabar dari anak buahnya, tapi tidak ada kabar sama sekali, dia tidak tahu kenapa tidak ada yang menghubungi dirinya. Bram mencoba menghubungi ketua yang dia suruh tapi tetap tidak ada jawaban.     

"Kemana mereka semua," gumam Bram dalam hati.     

Di tempat lain Deki kedatangan anak buah yang dia suruh untuk menculik Nona. Dia terkejut karena melihat anak buahnya berlumuran darah. Darah ketua mereka yang membuat mereka berlumuran darah.     

"Apa yang terjadi dengan kalian? Kenapa kalian seperti ini?" tanya Deki dengan penasaran.     

Anak buah Deki hanya diam dan saling pandang satu sama lain, mereka tidak tahu harus berkata apa saat ini. Kejadiannya begitu cepat dan menakutkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.