Dendam Winarsih

Narsih Kenapa



Narsih Kenapa

0Joko yang menghindari hantu wanita yang lebih tepatnya Narsih memeluk lengan mang Dadang. Sungguh dia takut karena dia tidak bisa melihat hal ini. Mang Dadang berdehem dan menghentikan kelakuan Ian dan Narsih yang selalu berantem.     

Brakkk!     

"Bisa diam nggak kalian berdua? Kalian seperti orang yang sedang pacaran yang sedang berantem," cicit Mang Dadang yang kesal.     

Ian hanya diam saja, dia tidak mau melanjutkan pembicaraan dengan Narsih, Ian memandang ke arah pria yang memeluk lengan Mang Dadang.     

"Hei, kau kenapa? Kau pikir mau nyebrang hmm?" tanya Ian yang wajahnya mulai kesal.     

"Aku hanya takut, kau tidak takut melihat dia ya?" tanya Toni yang memandang ke arah ian dan melirik ke arah Narsih.     

Narsih memandang Toni dengan tatapn tajam, dia tahu kalau Toni takut padanya, begitu juga Toni yang takut padanya. Paijo mendekatkan dirinya ke telinga ian dan berbisik.     

"Narsih kenapa?" tanya Pajio kepada Ian.     

Ian geleng kepala karena melihat Narsih terus memandang dirinya. Ian tidak tahu kalau Narsih begitu antusias, biasanya kalau ada yang tidak sesuai ke dirinya dia selalu main bunuh.     

"Kau siapa?" tanya Ian kepada Toni.     

"Saya anak buah bos joger, dia meninggal karena mbak ini membunuhnya dan dia juga diperintah oleh siapa ya tadi bos Joger bilang kok lupa ya namanya," kata Toni yang mengetuk dagunya mengingat nama Bram.     

"Kau tidak tahu nama yang menyuruhmu hmm? Disuruh apa rupanya padamu?" tanya Dino pada Toni.     

Toni geleng kepala, dia tidak tahu karena saat duduk di pangkalan ojek dia diajak dan sampai di sini. "waktu itu duduk di tempat biasa dan ya aku diminta ikut oleh bos Joger, ya sudah aku ikut. Aku pengangguran dan aku juga tidak punya uang jadi di kasih, tugasku hanya disuruh tanya alamat dan terus aku di suruh tunggu di tempat yang tadi setelah itu dikasih uang, lumayan untuk emakku yang sakit untuk berobat," ucap Toni dengan wajah sendu menceritakan ibunya.     

Narsih terharu mendengar apa yang dikatakan Toni yang wajahnya mirip suaminya Joko. Dino dan Ian saling pandang, dia tidak tahu alamat siapa yang di depan ini cari.     

""Kau tahu alamat yang kau cari sampai kau bisa bersama mbak manis Dino?" tanya Ian lagi.     

Dino memutar bola matanya, Ian emang kurang ajar sekali, bisa-bisanya dia berkata kalau mbak manis mbak dia. Toni melihat ke arah Narsih yang menatap dirinya.     

"Saya ke kantor berita dan menanyakan nama nona dan minta alamatnya. Katanya bos Joger untuk bos besarnya, ya saya turun terus minta sama mbak ini, tapi karena saya sesak pipis jadi setelah dapat saya pipis dulu, eh selesai pipis balik lagi mau kasih alamat saya di tinggal dan bertemu dia, saya pingsan terus saya tidak ingat bangun sudah di hutan mana dan bos juga rekan saya meninggal karena mbak ini," jawab Toni.     

Mang Dadang dan Mang Jupri melihat ke arah Narsih. Narsih belum membuka suaranya, dia hanya diam saja dan tidak sedikitpun berbicara. Ke dua Mamang itu tidak berkata apapun mereka heran Narsih kenapa, tidak ganas sama orang atau barbar.     

"Hei, kau jawab dulu itu, kau mau melamun sampai kapan, siapa dia dan anak buah siapa, kenapa dia mau cari Nona kami hahh!" hardik Ian yang kesal dengan Narsih.     

"Bram yang meminta mereka mencari Narsih, bukan hanya dia saja tapi temannya juga mencari Nona kalian, jadi jaga dia baik-baik," jawab Narsih dengan tatapan tajam ke arah Ian.     

Dino dan lainnya kaget karena Bram dan temannya mengincar Nona. Kalau Bram ok lah dia mengincar Nona, tapi temannya untuk apa pikirnya.     

"Kalau dia suruhan Bram, kenapa kau bawa dia ke sini? Kau mau Bram tahu di mana Nona kami? Kau ini hantu tapi akalmu tidak panjang, kalau kau terkesima dengan pria ini bawa dia dari sini, jangan bunuh dia paham kau!" ketus Ian yang kesal karena anak buah Bram di rumah dia.     

Toni memandang perdebatan satu sama lain. dia hanya diam saja, tidak sedikitpun berbicara sama sekali. Dia tidak tahu ada masalah apa dengan mereke.     

"Saya sebenarnya sudah mau izin pergi, tapi dia membawa saya. Saya mau pulang jumpai mak saya dan mencari kerja tapi dia membawa saya ke sini, apa di sini punya kerjaan?" tanya Toni dengan wajah cengung.     

"Tidak!" teriak Ian dan Paijo.     

"Terus kenapa saya dibawa ke sini?" tanya Toni kepada mereka semua.     

Mang Dadang memijit keningnya, dia tidak menyangka Narsih bisa senekat ini membawa orang. Apa karena dia ingin membunuh di sini apa karena apa pikir Mang Dadang kepada dirinya sendiri.     

"Dia mirip Joko suaminya yang meninggal itu. apa benar Narsih?" tanya mang Jupri kepada Narsih yang terdiam tidak menjawab apapun.     

"Apa mang Jupri bilang, dia mirip suaminya yang meninggal itu, pantas saja kelakuan dia aneh, kau jangan berpikiran dia suamimu, mana ada yang sama dengan suamimu. Dia saja tidak ingat kamu mbak manis. Pikirkan orang yang membunuhmu saja," ucap Ian yang kesal dengan Narsih.     

"Mbak, ini dibunuh sama bos besar itu. Apa alasannya?" tanya Toni yang memandang ke arah Narsih dengan tatapan sendu.     

"Cinta, kau tahu bos besarmu membunuh dia saat dia baru menikah dan mau malam pertama nah, kau tahu kalau wajah suaminya kata mang tadi mirip denganmu, benar kan mang?" tanya Ian kepada mang Jupri.     

Toni menutup mulutnya, dia mengangga karena mendengar apa yang dikatakan pria di depannya ini. Dia melihat ke arah mamang yang ditunjuk oleh pria tadi. Tentu dia kaget dam tidak bisa berkata apapun saat mang Jupri mengangguk kepala.     

"Kenapa bisa kebetulan sekali? Dan kenapa bisa mirip?" tanya Toni pada dirinya sendiri.     

"Jadi, kau mau apakan dia Narsih?" tanya Mang Jupri pada Narsih yang masih diam.     

"Kamu tidak bisa menyuruh dia di sini, dia tidak mungkin di sini. Kamu pahamkan maksud mamang tadi?" tanya mang Dadang lagi.     

Narsih diam saja, dia mau pria ini di sini. Dino melihat ke arah Narsih, dia paham kalau Narsih membawa ke sini karena apa. Dino menarik nafas dan melihat ke arah Narsih.     

"Aku akan tanyakan pekerjaan di kantorku, kalau ada aku akan katakan pada dia mbak. Kau mau kerja kan di sana?" tanya Dino pada Toni.     

"Kerja sebagai apa mas? Saya pasti mau lah, yang penting untuk emak saya biar bisa berobat," ucap Toni yang semangat.     

"Kau jaga Mbak manis Dino, nanti di gaji oleh mbak manis Dino kau mau?" tanya Paijo.     

Ian terkikik karena disuruh jaga mbak manis Dino. buat Apa dijaga pikirnya. Yang ada dia pasti akan balik menjaga kita. Narsih yang melihat Ian tertawa memandang tajam ke arah Ian dan Dino.     

"Jangan dengarkan mereka, kau kerja di kantor berita dan akan aku kabari nanti, sekarang sudah kau pulang saja," kata Dino.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.