Dendam Winarsih

Jangan Ikut Campur



Jangan Ikut Campur

0Toni bisa bernapas lega dia bisa bekerja walaupun dia tidak tahu kerja apa, sekolah hanya sampai menengah tapi tidak masalah yang penting kerja. Narsih senang karena Dino bisa membantunya dan tentu membuat dia bisa dekat dengan suaminya itu.     

Ian yang melihat Narsih tersenyum kaget, bisa juga Narsih tersenyum biasanya main sikat sana sikat sini. "wah lihatlah mbak manis dinosaurus, bisa-bisanya dia membuat senyuman yang tidak bisa aku katakan dengan kata-kata. Manis sekali, apa hantu bisa jatuh cinta? Mungkin saja," cicit Ian yang menyindir Narsih yang terlihat tersenyum.     

Narsih mulai berubah kembali, dia menunjukkan wajah seramnya ke Ian dan lainnya, tapi Ian tidak lagi takut, entahlah, mungkin karena keseringan melihat Narsih jadi rasa takutnya hilang.     

"Percuma mbak manisnya dinosaurus menunjukkan wajah seperti itu, dikiranya aku takut gitu? Tidak takut kali, dah sana kami mau tidur, bawa dia pergi terserah mau dibawa kemana, asal jangan numpuk di sini. sudah seperti penampungan," ucap Ian yang bangun membawa mangkuk bakso yang sudah habis.     

"Kamu pulang saja, nanti ke sini lagi. Besok saya antar ke kantor dan semoga ada lowongan buat kamu nantinya," ucap Dino kepada Toni.     

"Baiklah, saya akan pulang, saya akan ke sini lagi. Tapi, karena sudah malam, bisa saya tinggal sini saja, besok habis dari kantor masnya saya pergi ke rumah boleh ya?" tanya Toni dengan wajah memohon.     

"Boleh, tinggal sini saja lagian kalian bisa tidur satu kamar," jawab Narsih.     

Ian yang mendengar mengangga, Bisa-bisanya berkata seperti itu. Apa tidak salah berbicara seperti itu. Dino dan yang lain saling pandang dan tentu membuat Narsih kesal. Narsih mengambil goloknya dan menancapkan ke pintu dengan keras. Ian dan yang lainnya masih diam seketika berubah mengiyakan apa yang dikatakan oleh Narsih.     

"Boleh, silahkan saja, aku mengizinkannya. Iyakan mang?" tanya Dino kepada ke 2 mamang yang juga ikut mengangguk.     

Ian hanya berdecih, dia takut tidak tapi ngeri lihat golok itu. Baiklah kalau begitu jangan tanyakan kekesalan yang terjadi. Ian berjalan dan mendekati narsih, dia langsung mengejek Narsih yang didepannya.     

"Minggir, jangan suka menghalangi jalan orang yang ada nanti kamu susah dapat suami baru. Kan kamu suka sama dia kan? Ayo ngaku, nanti aku satukan lah ya, tapi dia harus sepertimu jika tidak jangan mimpi, dasar genit. Singkirkan goloknya, buat ribet aja," ketus Ian yang masuk dan menyenggol Narsih.     

Narsih yang di senggol oleh Ian hanya mendengus kesal, hantu yang tidak ada harga dirinya ya Narsih. Dino dan yang lain hanya tepuk kening, kelakuan Ian dan Narsih kalau sudah bertemu ya seperti ini. Tidak akur sama sekali padahal beda alam.     

"Ya sudah, kita tidur saja, kamu pulang sana Narsih, jangan ganggu kami dan jangan masuk dari genteng," kata mang Dadang kepada Narsih.     

Narsih pergi dan menghilang begitu saja. tidak ada sedikitpun yang mereka omongin, semua sudah masuk tidur dan mimpi yang indah mungkin.     

Di rumah Bram, dia tidak menyangka kalau anak buahnya meninggal dengan cara yang cukup mengenaskan, tidak ada sedikitpun yang masih bernyawa. Bram meminta anak buah yang lain mencarinya dan ternyata semua sudah terlihat terang dan tentu saja dia mendapatkan kabar dari anak buahnya yang lain kalau semua anak buah yang sebelumnya meninggal.     

"Saya sudah ke lokasi dan polisi sudah membawa ke rumah sakit. Dan ada juga jejak dua mobil selain mobil kita ada mobil lain dan ada mayat lain juga, menurut anak buah kita itu orang yang sama waktu menculik Nona dan dia juga tidak selamat terbunuh juga hanya ketuanya saja, sedangkan anak buahnya masih selamat." anak buah Bram mengatakan apa yang sesungguhnya.     

"Ini pasti ulah Deki, dia mulai bertindak sendiri. Aku pastikan kau lebih dulu dibunuh oleh wanita itu. Aku pastikan itu." Bram yang mendengar nama orang yang pernah menculik Nona mulai geram. Satu nama yang dia tahu hanya Deki, dia yang menculik dan memberikan ke pada dukun itu dan membuat dia tidak bisa bertemu dengan Nona dan hal ini yang terjadi.     

"Tidak ada yang tersisa sama sekali?" tanya Bram.     

Semua orang geleng kepala dan tentu saja itu membuat Bram geram. Bram bangun dan langsung pergi dari ruangannya, dia ingin segera bertemu dengan Deki, dia sungguh membuat dirinya ingin membunuh Deki. Supir sudah pergi ke tempat deki, deki yang berada di ruang kerjanya kaget mendengar kabar yang dia saja ngeri mendengarnya.     

"Kau yakin? Tidak ada yang tersisa dari mereka?" tanya Deki.     

Deki tahu kalau anak buah Bram meninggal semua, anak buah dia saja meninggal walaupun hanya satu orang. Tapi tetap meninggal dan tentu membuat dia merinding. ternyata hantu itu tidak main-main dan benar kejam. Bram yang sudah sampai di kantor Deki langsung masuk dan menemui Deki.     

Brakkk!     

Pintu ruang kerja deki terbuka dengan kasar. Bram tidak tinggal dia, dia langsung memukul dan menghajar wajah Deki dan tentu saja wajah itu babak belur, tidak ada yang menengahi, mereka saling pukul, asisten Deki melerainya, dia tidak mau kedua sahabat ini bertengkar.     

"Pak tenang dulu, ini kantor kami harap jaga kesopanan anda," ucap asisten Deki.     

"Lepasakan aku dari tangan bodohmu ini, tanganmu kurang sopan menyentuhku, enyahlah sana!" teriak Bram yang sudah kesal.     

Deki mengerang kesakitan dan tentu membuat dirinya malu dilihatin anak buahnya. Bram mengusap bibirnya yang berdarah. dia mendekati Deki.     

"Jangan. ikut campur, jika masih ingin nyawamu selamat di sini. Jauhi dia jangan dekati dia paham!" hardik Bram di hadapan Deki.     

Bram pergi dari hadapan Deki dia menendang kursi dengan kencang. Sudah habis kesabarannya. Bram sudah tidak bisa menahan kesabarannya dia merasa kalau Deki tidak sejalan dengan dia lagi. Urusan pribadi dia bawa ke urusan lain.     

"Kalian semua keluar, jangan ke sini lagi. tunggu panggilan dari pak Deki," ucap asisten Deki.     

Deki menyekat darahnya, dia mulai bergerak dan duduk kembali di kursinya. Dia tidak menyangka Bram memukulnya karena wanita itu. Anda di sini saja ya, saya akan bawa anda obat untuk luka anda pak Deki." asisten Deki keluar dari ruangan bosnya untuk membawa obat merah.     

Deki hanya bisa pasrah, dia tidak berbicara apapun. Luka di bibirnya dan pipinya sudah cukup sakit. Apa lagi dia melihat Bram yang marahnya luar biasa. Di luar Bram sudah mengumpat dan menahan emosinya, dia sudah memukul Deki, tapi apa dengan memukul Deki dia bisa mendapatkan Nona, tidak mudah. Bram sungguh menyesal karena tidak bisa mendapatkan Nona apa lagi Narsih yang benar-benar sudah makin kejam tidak melihat siapa lawannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.